7 Cara Pastikan Natal Semarak dan Ramah Anak

24 Desember 2018 15:58 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tanpa sadar orangtua bisa membuat anak stres saat Natal (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tanpa sadar orangtua bisa membuat anak stres saat Natal (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Natal tiba! Semaraknya menyebarkan sukacita dan rasa bahagia. Eh, tapi tunggu dulu, apakah Anda yakin si kecil juga bahagia? Faktanya tanpa kita sadari anak bisa saja merasa stres saat Natal karena momen istimewa ini terlalu memberikan tekanan di luar batas yang bisa ditanggungnya.
ADVERTISEMENT
Seperti apa sih misalnya? Macam-macam, Moms. Mulai dari bagaimana orang dewasa minta anak melalukan sesuatu di luar kehendaknya, memaksa anak mengikuti tradisi yang tidak dipahaminya, dan hal-hal lain yang membuat anak merasa kurang dipahami bahkan tidak dihargai.
Jadi agar kebahagiaan Natal benar-benar bisa dirasakan semua termasuk anak-anak di keluarga Anda, yuk, coba ikuti beberapa cara ini:
Ilustrasi anak menikmati momen Natal (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak menikmati momen Natal (Foto: Shutterstock)
1. Natal tanpa ancaman
Mengancam anak tidak akan dapat hadiah dari Sinterklas kalau nakal atau tidak menjaga sikap? Jangan lakukan deh, Moms! Apalagi bilang Sinterklas akan marah atau Pit Hitam akan memukul dan menculiknya. Coret juga ide untuk pura-pura menerima telepon palsu dari Sinterklas hanya untuk menakut-nakuti si kecil.
ADVERTISEMENT
Para ahli pengasuhan dan pendidikan anak sepakat bahwa pola asuh dengan cara mengancam hanya akan memberikan dampak yang buruk bagi pertumbuhan anak. Mengancam anak juga tidak akan menjamin anak langsung patuh pada Anda. Alih-alih, anak yang terbiasa diancam dan ditakut-takuti akan tumbuh menjadi penakut, kurang percaya diri, dan tidak mandiri.
Daripada mengancam atau menyoroti kesalahan, lebih baik fokus pada perilaku positif anak. Berikan respon yang baik dan juga pujian ketika mereka melakukan hal yang positif. Jelaskan, betapa menyenangkan bila semua bisa menjaga sikap dan berperilaku manis di momen Natal.
Ilustrasi Natal. (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Natal. (Foto: Shutter Stock)
3. Jelaskan apa yang akan terjadi
Anda perlu menjelaskan pada anak apa-apa yang akan ia hadapi dan jalani selama rangkaian perayaan Natal. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami anak dan beri kesempatan pada anak untuk berpendapat atau bertanya bila ada yang tidak ia pahami.
ADVERTISEMENT
Ini penting karena rangkaian perayaan Natal bisa jadi begitu padat dan melelahkan atau membingungkan untuk anak. Bisa saja, ini membuat anak merasa kewalahan atau tertekan sementara ia melihat Anda begitu sibuk dan mungkin kurang memerhatikannya.
Nah, menjelaskan pada anak tentang apa-apa yang akan ia hadapi dan jalani membuat anak merasa lebih siap dan tenang. Anda juga dapat menjadikan ini kesempatan untuk menangkap apa-apa yang anak bayangkan atau harapkan tentang perayaan Natal.
Kado Natal yang banyak bisa membuat anak kewalahan (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kado Natal yang banyak bisa membuat anak kewalahan (Foto: Shutterstock)
4. Biarkan anak dengan caranya
Anak punya cara sendiri dalam mengelola emosi saat menerima kado. Jadi, biarkanlah. Anda perlu menjelaskan pada anak mengenai etika menerima kado atau mengingatkan anak untuk berterima kasih dan bersyukur, tapi selebihnya biarkan anak dengan caranya.
ADVERTISEMENT
Saat si balita mendapat banyak kado misalnya, dia bisa saja merasa kewalahan atau kebingungan lantas tidak mau melanjutkan membuka kado-kadonya di tengah acara. Mungkin dia merasa bosan atau tidak sabar ingin menggunakan (atau memainkan) kado yang sudah dibukanya.
Sebaliknya, mungkin anak justru ingin segera membuka salah satu kado yang menarik perhatiannya meski tidak sesuai dengan urutan yang Anda rencanakan. Mana pun yang terjadi, biarkan saja, Moms! Terlalu banyak mengatur hanya membuat anak tertekan atau menjadi rewel karena merasa tidak nyaman. Tidak mau, kan?
Sinterklas dan pengunjung RS Siloam (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sinterklas dan pengunjung RS Siloam (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
5. Jangan paksa foto
Meski Anda sudah capek mengantri panjang agar si kecil bisa foto dengan Sinterklas, jangan paksa bila saat tiba waktunya anak menolak. Lagipula, foto anak merengut atau menangis di pangkuan Sinterklas juga tidak oke, kan?
ADVERTISEMENT
Pahami dan hargai bahwa anak bisa saya merasa tidak nyaman dengan sosok asing yang tiba-tiba harus menyentuh apalagi memangkunya. Apalagi bila Anda tidak menemaninya.
Anda bisa mencoba mengenalkan anak terlebih dulu, atau menawarkan diri untuk berfoto bersama yang mungkin membuat anak merasa lebih tenang. Tapi bila anak tetap tidak mau, sekali lagi jangan dipaksa ya, Moms!
Biarkan anak tahu kita memahami emosinya dan jadikan ini kesempatan anak untuk mengembangkan kepekaan akan instingnya. Anak akan sangat membutuhkan kepekaan ini setiap kali ia berada dalam satu situasi baru atau berhadapan dengan orang asing.
Lagipula, memang tidak sopan kan, mengambil foto seseorang tanpa izin atau kehendaknya?
6. Jangan paksa cium
ADVERTISEMENT
Natal artinya cinta kasih dan tentunya penuh dengan peluk cium keluarga! Siapa yang tidak suka dengan ide ini? Tapi seperti halnya soal foto, jangan paksa anak memeluk dan mencium anggota keluarga bila ia tidak menginginkannya, Moms. Kita perlu memberi anakwaktu dan ruang juga selalu menghormati otonomi tubuh mereka.
Hormati hak anak untuk mengatakan 'tidak' agar anak merasakan kepemilikan penuh atas tubuh mereka sendiri. Ini sangat penting dan justru perlu dibiasakan sejak dini.
Pastikan pakaian anak saat Natal tetap aman dan nyaman (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pastikan pakaian anak saat Natal tetap aman dan nyaman (Foto: Shutterstock)
7. Anak bukan dekorasi
Terakhir, bila anak Anda masih balita atau bayi, tahanlah hasrat untuk mendadani anak berlebihan. Pilih pakaian yang tetap aman dan nyaman untuk dikenakan oleh anak.
Demi keamanan anak, jangan biarkan anak memakai pakaian dengan detil atau ornamen yang mudah terlepas. Bahaya Moms, anak bisa tersedak karenanya. Hindari juga pakaian yang bisa meningkatkan risiko anak terjerat atau sepatu yang membuat anak mudah tergelincir.
ADVERTISEMENT
Sesuaikan juga dengan kegiatan Natal atau tempat yang akan dikunjungi untuk memastikan pakaian yang dikenakan anak tidak membuatnya kepanasan, kedinginan, gatal, sesak atau tidak bebas bergerak.
Intinya, jangan sampai tanpa sadar Anda menjadikan anak layaknya tropi yang sengaja dibawa untuk dipamerkan atau bagian dari dekorasi!