7 Syarat Bila Ingin Jadi Ibu Pendonor ASI Perah

11 November 2018 13:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ASI Perah  (Foto: Shutter Stock )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ASI Perah (Foto: Shutter Stock )
ADVERTISEMENT
Menyimpan stok ASI perah memang bisa jadi solusi bagi ibu menyusui, ketika produksi ASI miliknya sedang melimpah namun tidak melulu bisa menyusui bayi secara langsung setiap waktu. Tapi Moms, ASI perah juga punya batas maksimal penyimpanannya. Untuk mengakali dan bermaksud baik, Anda mungkin terpikir untuk mencoba mendonorkan ke bayi-bayi lain yang membutuhkan ASI.
ADVERTISEMENT
Hal itu bisa saja dilakukan, tapi yang perlu Anda ingat donor ASI perah tak boleh sembarangan. Pasalnya, ASI juga merupakan salah satu medium mudah dalam menularkan berbagai penyakit ke bayi. Tak tanggung-tanggung, risiko penyakit yang dikhawatirkan ditularkan antara lain HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, CMV (cytomegalovirus) dan HTLV (human T lymphotropic virus).
Sebelum Anda mantap mendonorkan ASI perah, berkonsultasilah terlebih dulu dengan tenaga kesehatan atau konselor menyusui. Lalu mereka akan membantu Anda untuk mengecek ketujuh hal ini:
Pertama, menurut dokter spesialis anak I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, SpA, MARS, yang dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ibu pendonor mesti memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Kedua, kondisi pendonor adalah sehat dan tidak mempunyai kontra indikasi menyusui.
ASI perah berbeda dengan ASI yang disimpan pada payudara ibu yang tak akan basi. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
ASI perah berbeda dengan ASI yang disimpan pada payudara ibu yang tak akan basi. (Foto: Shutterstock)
Ketiga, produksi ASI sudah memenuhi kebutuhan bayinya dan memutuskan untuk mendonasikan ASI perah atas dasar produksi yang berlebih.
ADVERTISEMENT
Keempat, tidak menerima transfusi darah atau transplantasi organ/jaringan dalam 12 bulan terakhir.
Kelima, tidak mengkonsumsi obat, termasuk insulin, hormon tiroid, dan produk yang bisa mempengaruhi bayi. Obat maupunsuplemen herbal harus dinilai kompatibilitasnya terhadap ASI.
Keenam, tidak ada riwayat menderita penyakit menular, seperti hepatitis, HIV, atau HTLV2.
Ilustrasi ASI perah. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ASI perah. (Foto: Thinkstock)
Ketujuh, tidak memiliki pasangan seksual yang berisiko terinfeksi penyakit, seperti HIV, HTLV2, hepatitis B/C (termasuk penderita hemofilia yang rutin menerima komponen darah), menggunakan obat ilegal, perokok, atau minum beralkohol.
Bila sudah melalui tujuh hal di atas, selanjutnya ibu pendonor ASI perah mesti menjalani skrining meliputi tes HIV, human T-lymphotropic virus (HTLV), sifilis, hepatitis B, hepatitis C, dan CMV (bila akan diberikan pada bayi prematur). Namun apabila ada keraguan terhadap status pendonor, tes dapat dilakukan setiap 3 bulan.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, ASI perah tetap harus diyakini bebas dari virus atau bakteri dengan cara pasteurisasi atau pemanasan. Cara melakukannya bisa Anda cek di sini.
Penulis: Nanda Saputri