Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Alasan Kenapa Harga Susu Formula Relatif Mahal
17 September 2018 14:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Sebagian orang tua tertarik untuk memberi anaknya susu formula , karena kelebihan pada kandungan susu yang disebut-sebut sangat baik buat anak. Tapi, sebelum memutuskan, sebaiknya Anda pertimbangkan lagi, Moms. Bila kondisi ibu dan bayi sama-sama tidak mengalami kendala terlalu berarti dalam proses pemberian ASI, maka sebaiknya berikan saja bayi Anda ASI.
ADVERTISEMENT
WHO juga telah merekomendasikan bahwa ASI sebagai satu-satunya makanan pokok bayi selama 6 bulan pertama dan tetap bisa dilanjutkan pemberiannya hingga anak berusia 2 tahun. Tentu rekomendasi itu bukan tanpa alasan, Moms. Kandungan nutrisi ASI merupakan yang terbaik bagi bayi dan sebetulnya tidak bisa ditandingi oleh susu formula paling mahal sekalipun.
Ya Moms, Anda mungkin menyadari harga susu formula memang begitu mahal. Untuk kemasan kaleng 800 gram, susu formula bubuk dibanderol seharga Rp 130 ribu - 470 ribu. Ukuran itu biasanya akan habis hanya dalam waktu seminggu. Jadi dalam sebulan, Anda mesti mengalokaksikan dana sebesar Rp 1,8 juta untuk susu formula.
Kenapa harga susu formula cenderung mahal?
Menurut dr Galih Linggar Astu Sp.A, dokter spesialis anak dari Brawijaya Hospital, Depok, produsen mematok harga tinggi karena proses produksi susu formula cukup rumit dan panjang. Untuk membuat satu kilogram susu formula bubuk, dibutuhkan 8 liter susu sapi untuk diproses.
ADVERTISEMENT
“Dengan metode pemanasan cepat, susu sapi masuk ke dalam pipa yang panas sekali lalu keluar dalam bentuk bubuk. Dalam proses itu, ada mineral-mineral dan vitamin yang larut sehingga harus ditambahkan lagi. Ini juga yang bikin susu formula mahal,” papar dr Galih.
Perlu diketahui susu sapi harus melalui proses pasteurisasi, beberapa kali tahap pengeringan, percampuran dengan perisa, mineral, dan probiotik, pemanasan, penguapan, pengemasan, hingga akhirnya siap didistribusikan.
Pengemasan susu formula juga harus hati-hati agar produk tidak rusak sehingga menambah biaya produksi. Belum lagi biaya distribusi susu formula yang diimpor dari luar negeri dan biaya pemasaran yang bisa meroket.
“Ongkos marketing susu formula juga mahal lho. Produsen bisa menggaet konsumen dengan berbagai macam cara,” tambah dr Galih.
Ia juga mengingatkan agar ibu turut memperhitungkan biaya konsekuensi. Artinya, memilih untuk memberi susu formula pada bayi berpotensi mengakibatkan sejumlah kerugian yang tidak murah.
ADVERTISEMENT
Misalnya, bayi yang minum susu formula cenderung lebih sering sakit. Alhasil, bayi harus menemui dokter lebih sering. Biaya pun bertambah. Belum lagi ketika bayi sakit, aktivitas orang tua juga terganggu. Ada ongkos kerugian material juga di balik hal ini.
“Jadi sebenarnya, memilih memberi ASI pada anak jauh lebih hemat dan manfaatnya jauh lebih besar,” tutup dr Galih.