Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Idealnya, Berapa Takaran Susu Formula untuk Bayi 9 Bulan Ke Atas?
15 September 2018 13:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Berapa banyak gelas susu formula yang dibutuhkan oleh bayi setiap harinya? Pertanyaan seperti ini mungkin sering kali diajukan oleh ibu yang memberikan susu formula pada anaknya. Berbeda dengan pemberian ASI yang bisa diberi sekehendak bayi inginkan, susu formula ada takarannya tersendiri, Moms, sehingga tak sembarang takaran bisa Anda berikan pada bayi.
ADVERTISEMENT
“Bayi berusia enam bulan ke atas, bisa diberi sekitar 500 cc dan untuk anak berumur satu tahun ke atas itu sekitar 300 cc. Nah, kebutuhan cairan lainnya bisa diambil dari makanan lain, misalnya lewat jus buah. Lalu kalau sudah MPASI, bisa dari kaldu, misalnya. Air putih juga sudah boleh kalau sudah enam bulan ke atas,” kata dr. Galih Linggar Astu, SpA dari Brawijaya Hospital, Depok, saat diwawancarai kumparanMOM.
Tapi tentunya, takaran ini akan berbeda dengan bayi yang memiliki kondisi kesehatan khusus, seperti gizi buruk.
“Tapi kalau kondisi khusus misalnya bayi yang memerlukan gizi khusus, misalnya pada kasus gizi buruk, itu kita hitung terpisah ya. Sekarang, kita bicara kondisi bayi pada umumnya. Jadi, kenapa harus segitu takarannya? Ya, karena kita nggak mau jadwal pemberian makanan yang padat itu terganggu dengan jadwal susunya dia,” tambah dr. Galih.
ADVERTISEMENT
Namun, sebelum Anda memberikan susu formula anak, pastikan itu sudah atas rujukan dokter, sebab Badan Kesehatan Dunia atau WHO, telah merekomendasikan ASI sebagai satu-satunya makanan pokok bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya, dan boleh tetap dilanjutkan pemberiannya hingga anak berusia kurang lebih 2 tahun.
Dengan kata lain, bayi boleh diberi susu formula bila ada alasan kuat yang melatarbelakanginya. Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), misalnya dalam beberapa kelainan genetik, sehingga tubuh bayi tak punya enzim tertentu untuk mencerna salah satu komponen dalam susu, baik pada susu manusia maupun susu hewan.
Alhasil, bayi tidak boleh menyusu, dan ia membutuhkan formula khusus yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Namun, hal itu jelas tak terlepas dari pengawasan dan penanganan dokter anak, ahli penyakit endokrin, metabolik, dan gizi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masih menurut laman IDAI, kondisi sang ibu juga bisa menjadi faktor tidak bisanya ia untuk menyusui. Misalnya bila ibu mengidap HIV positif.