Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ibu hamil harus benar-benar memerhatikan asupan makanan yang dikonsumsi. Pasalnya, semua makanan yang Anda konsumsi juga akan diserap nutrisinya oleh janin melalui plasenta. Oleh sebab itu, saat hamil, Anda wajib mengkonsumsi makanan bergizi dan bernutrisi tinggi. Hindari pula mengkonsumsi makanan yang bisa membahayakan kesehatan Anda dan janin, Moms.
ADVERTISEMENT
Salah satu jenis makanan yang sebaiknya tidak Anda konsumsi selama masa kehamilan adalah makanan yang mengandung ganja. Ganja atau mariyuana adalah psikotropika yang mengandung tetrahidrokanabinol dan kanabidiol.
Kandungan itu membuat pemakainya bisa mengalami euforia. Ganja biasanya juga dibuat menjadi rokok untuk diisap supaya efek dari zatnya bereaksi. Itulah kenapa, ibu hamil juga tidak diperkenankan untuk merokok, Moms.
Selain membahayakan kesehatan janin, para ilmuwan percaya bahwa menggunakan ganja selama masa kehamilan dapat berpengaruh pada daya ingat atau memori bayi di dalam kandungan.
Kepercayaan itu mereka dapat usai melakukan penelitian tentang dampak penggunaan ganja pada tikus. Temuan ini menjadi penting sebab penggunaan ganja oleh ibu hamil dilaporkan meningkat dua kali lipat dalam 15 tahun terakhir.
Ganja sering disebut sebagai obat yang efektif untuk mencegah mual di pagi hari. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan ganja juga telah dilegalkan di banyak negara.
ADVERTISEMENT
Melihat hal tersebut, tim peneliti dari Harrison School of Pharmacy Auburn University, AS, memutuskan untuk menyelidiki efek penggunaan ganja pada ibu hamil dan bayinya dengan memodelkannya pada tikus.
Mereka telah mempresentasikan hasil riset ini pada pertemuan tahunan Society for Neuroscience dan pertemuan Experimental Biology 2019 yang diadakan American Society for Pharmacology and Experimental Therapeutics.
Dalam riset tersebut para peneliti memberikan THC, bahan psikoaktif ganja, kepada tikus hamil, dan menemukan bahwa senyawa tersebut memang dapat bergerak melintasi penghalang plasenta darah ke janin. Setelah anak-anak tikus lahir, tim menilai ingatan mereka melalui serangkaian tes perilaku.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tikus muda lebih pelupa ketimbang dengan anak tikus yang dilahirkan dari induk yang tidak diberi THC.
ADVERTISEMENT
“Mereka tidak dapat melakukan tugas yang diberikan seefisien keturunan normal pada usia yang sama,” ujar Priyanka Pinky yang memimpin riset ini, seperti dikutip dari IFL Science. "Ini membuat kami berpikir 'apa alasan di balik ini?' Kami menyelidiki lebih lanjut di tingkat molekuler dan kami mengidentifikasi penyebabnya.”
Para peneliti kemudian beralih ke molekul protein tertentu yang dikenal sebagai molekul adhesi sel saraf yang ditemukan di otak. Mereka menemukan, tikus yang lahir dari induk yang diberi THC memiliki molekul adhesi yang lebih sedikit dibanding tikus yang lahir dari induk yang tak diberi THC.
Peran molekul adhesi sel saraf ini adalah untuk menjaga koneksi antara neuron otak dan hipokampus, yang merupakan tempat ingatan baru terbentuk. Dengan sedikitnya molekul protein tersebut, koneksi antara keduanya menjadi lambat, dan inilah alasan mengapa bayi tikus dari induk yang diberi THC lebih pelupa.
ADVERTISEMENT
"Penelitian di laboratorium kami telah menunjukkan bahwa menggunakan ganja selama kehamilan memiliki efek jangka panjang pada pembelajaran dan memori, serta dapat berlanjut selama masa remaja," kata Pinky.
Moms, penting untuk diketahui bahwa penelitian baru ini dilakukan dengan menggunakan tikus, bukan manusia. Sehingga efek yang sama mungkin saja tidak akan terlihat pada bayi manusia. Oleh karenanya, para peneliti menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan efek sebenarnya dari penggunaan kanabis pada bayi yang belum lahir.
Pada penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa penggunaan ganja selama masa kehamilan bisa menimbulkan berbagai efek samping, di antaranya kelahiran dengan berat bayi yang lebih rendah, masalah perkembangan saraf, dan risiko kelahiran mati yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, penelitian tersebut dilakukan dalam skala kecil, dan memerlukan penelitian dengan skala yang lebih besar untuk memastikannya.
Oleh karena ganja dapat membahayakan bayi di dalam kandungan, para ilmuwan tidak dapat meneliti wanita hamil dan memintanya menggunakan ganja. Sejauh ini penelitian hanya mengandalkan laporan dari para ibu yang menggunakan ganja selama masa kehamilan.
Ganja sendiri telah dilegalkan penggunaannya di 33 negara bagian AS dan banyak negara lainnya, termasuk Thailand di Asia Tenggara. Sebuah studi tahun 2018 menemukan bahwa hampir 70 persen apotek di Colorado, AS, merekomendasikan ganja sebagai obat mual di pagi hari.
Namun, berbagai badan kesehatan seperti American Medical Association sebenarnya telah menyarankan agar penggunaan ganja sebagai obat mual dihentikan selama hamil karena tidak sebanding dengan risikonya.
ADVERTISEMENT