Balita Masuk PAUD, Perlu Enggak Sih? Ini Kata Psikolog

9 September 2018 12:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perlukah Balita Masuk PAUD (Foto: Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Perlukah Balita Masuk PAUD (Foto: Freepik)
ADVERTISEMENT
Orang tua, khususnya yang memiliki anak usia balita tentu tidak asing dengan istilah Pendidikan Anak Usia Dini atau lebih populer dengan singkatan PAUD. Maklum, kini PAUD semakin banyak dan mudah ditemui di mana-mana.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, sebenarnya tidak sedikit juga yang masih kurang paham dan bertanya-tanya: apa bedanya PAUD dengan TK (Taman Kanak-kanak), TK-BA (Bustanul Athfal/), RA (Raudhatul Athfal) atau KB (Kelompok Bermain)?
Tidak usah bingung, Moms. Sebenarnya, sama saja kok. PAUD adalah pendidikan yang memberikan pengasuhan, perawatan, dan pelayanan kepada anak usia lahir hingga 5 atau 6 tahun atau akhir masa balita.
Pertanyaan selanjutnya yang lazim muncul adalah: kenapa balita perlu masuk PAUD? Apa yang perlu mereka pelajari sampai harus sekolah di usia dini? Belum lagi pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua.
Ilustrasi Kegiatan Balita di PAUD (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kegiatan Balita di PAUD (Foto: Thinkstock)
Psikolog Anak dari Klinik Kancil, Alzena Masykouri menjelaskan mengenai hal ini. Klinik Kancil adalah Sentra Tumbuh Kembang Anak di daerah Duren Tiga Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
“PAUD berguna sebagai dasar untuk belajar lebih lanjut bagi orang tua,” kata Alzena. Meski begitu, tugas mendidik anak tetaplah harus dipegang orang tua sebagai tangan pertama. Selebihnya, PAUD bisa menjadi partner bagi orangtua.
“Ada lembaga yang memberikan panduan, itu makanya PAUD adalah partner atau rekan orang tua, kecuali jika orang tua bisa melakukan sendiri,” katanya.
Menurut Alzena, orang tua bisa menilai kemampuan mereka ketika memutuskan akan melibatkan PAUD atau tidak dalam mendidik anaknya.
Kemampuan itu meliputi keterampilan orang tua dalam mendidik anaknya sesuai dengan perkembangan usianya. Tak terkecuali kemampuan dalam penyediaan waktu untuk mendidik anak. “Idealnya, orangtua mampu mendampingi, mengamati, memberikan aktivitas yang beragam,” kata Alzena.
Meski ada PAUD, orang tua jadi pendidik utama balita
 (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Meski ada PAUD, orang tua jadi pendidik utama balita (Foto: Thinstock)
Namun pada prakteknya, ia tidak menafikan jika kondisi orang tua di Indonesia sangat beragam. Mayoritas orang tua muda masih awam terkait pendidikan bagi anaknya secara mandiri. "Maka, diperlukan partner dalam membimbing dan mengembangkan stimulasi yang dibutuhkan anak usia dini, seperti halnya PAUD,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
“Tapi kemudian bukan lantas menyerahkan sepenuhnya pada PAUD, lho,” ungkapnya lagi. Meski ada PAUD, orang tua tetap mempunyai tugas-tugas yang harus dijalankan.
“Pertama, tugas orang tua adalah menyayangi. Bukan semata jadi mentor atau guru. Kedua, mengembangkan kebiasan yang baik. Bila di sekolah anak mendapat stimulasi, di rumah perlu dikembangkan juga bersama orangtua,” katanya.
Pembelajaran PAUD. (Foto: Prameshwari Sugiri)
zoom-in-whitePerbesar
Pembelajaran PAUD. (Foto: Prameshwari Sugiri)
Penjelasan Alzena ini senada dengan laman PAUD Kemdikbud RI yang menyebutkan bahwa pendidikan bagi anak usia dini sangat penting , karena saat itu dimulainya pembentukan mental dan karakter semasa kecil atau pada usia 0-5 tahun sebelum masuk sekolah pada tingkat pertama di sekolah dasar (SD).
Jadi, tak usah bingung lagi ya, Moms. Mulailah mencari tahu tentang berbagai PAUD yang ada di sekitar rumah agar bisa memilih yang paling sesuai untuk balita Anda. Pasalnya, meski tahun ajaran baru jatuh pada bulan Juli, pendaftarn sekolah-sekolah termasuk PAUD umumnya akan dimulai sejak akhir tahun. Dengan kata lain, sebentar lagi!
ADVERTISEMENT