Bayi Jangan Terlalu Sering Digendong! Ini Alasannya

4 Mei 2018 16:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu menggendong anak. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu menggendong anak. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Saat memancing bayi agar ia mau makan, menangis, gemas karena tingkah lucunya, dan berbagai alasan lain, orang tua cenderung akan langsung menggendong si bayi. Tidak salah, Moms. Bahkan, aktivitas menggendong juga punya banyak manfaat bagi ibu dan si kecil. Sebut saja, menguatkan ikatan ibu dan bayi, memberi bayi rasa nyaman dalam dekapan Anda hingga menjaga suhu tubuh bayi berkat sentuhan kulit dengan ibu.
ADVERTISEMENT
Tapi ceritanya bisa jadi berbeda bila bayi Anda sudah menginjak usia 9 bulan. Di saat inilah Anda perlu mengurangi frekuensi menggendong bayi. Terlalu sering digendong, dapat menghambat tumbuh kembang bayi! Kok, bisa?
Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi perlu didorong dengan berbagai aktivitas, agar pada usia 9 bulan ia sudah bisa berdiri sendiri dan sekitar usia 12 bulan ia sudah bisa berjalan. Bila pada usia tersebut bayi terlalu sering digendong, maka tingkat perkembangan anak pada usia itu menjadi seperti bayi berusia 6-7 bulan.
Ilustrasi ibu menggendong anak. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu menggendong anak. (Foto: Thinkstock)
Jadi Anda tetap diperbolehkan menggendong bayi kok, tapi lakukan seperlunya saja, Moms. Saat bayi sudah mantap berdiri dan berjalan sendiri, dorong dia agar tetap melakukannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Alasan lainnya, bila ia terlalu sering digendong, membuatnya malas bergerak, anak mudah rewel dan cengeng serta pasif. Lebih lanjut, saat malas bergerak, bayang-bayang kesehatan yang buruk pun mengintai, seperti obesitas, diabetes, dan sebagainya.