Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Salah satu tema yang dibahas pada Debat Pilpres Ketiga, Minggu (17/3), adalah soal kesehatan masyarakat. Stunting pada anak juga turut menjadi pembahasan cawapres nomor urut 01, Ma'ruf Amin, dan cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno.
ADVERTISEMENT
Permasalahan stunting pada anak memang masih menjadi perhatian serius di Indonesia. Data terbaru Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia saat ini sebesar 30,8 persen. Angka tersebut masih jauh di atas ambang yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu sebesar 20 persen.
"Masalah stunting sangat-sangat ada dalam tahap yang gawat darurat, di mana sepertiga dari anak-anak kita kekurangan asupan gizi. Prabowo-Sandi meluncurkan program Indonesia emas, dan salah satu dari pada aspek Indonesia emas itu adalah gerakan untuk memastikan ibu-ibu, emak-emak mendapatkan protein yang cukup baik berupa susu maupun protein yang lain,"kata Sandi di lokasi debat, Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Minggu (17/3).
Masalah stunting , menurut Sandi, sudah sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, melalui sedekah putih, program memberikan susu kepada ibu-ibu dan anak-anak bisa mengurangi angka stunting, sehingga terciptalah masa-masa kejayaan anak bangsa yang disebut dalam visi misi Prabowo-Sandi sebagai Indonesia Emas.
ADVERTISEMENT
"Putih itu adalah susu dan kita menjadikan bagian daripada Indonesia Emas, program utama kami. Siapa yang ingin menyumbangkan tablet, kacang hijau, silakan ini merupakan bagian dari pada program partisipatif kolaboratif yang ingin kita hadirkan untuk Indonesia karena tidak bisa diselesaikan pemerintah sendiri," tutur Sandi.
"Dengan program tersebut diharapkan kita bisa mengurangi stunting secara signifikan dalam 5 tahun ke depan sesuai dengan target yang sudah kita canangkan. Kami meyakini jika pemerintah fokus kepada pengurangan masalah, nanti kita akan memiliki generasi muda adalah generasi emas bangsa," imbuh cawapres no urut 02 itu.
Pernyataan Sandi itu kemudian ditanggapi oleh Ma'ruf Amin. Menurutnya, stunting erat kaitannya dengan masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan, yaitu 270 hari di dalam kandungan dan 730 hari pertama setelah anak lahir atau hingga usia 2 tahun.
ADVERTISEMENT
"Isu sedekah putih itu ditangkap oleh banyak pihak memberikan sedekah susu setelah anak itu selesai disusukan oleh ibunya. Padahal stunting itu adalah 1000 pertama sejak dia mulai hamil sampai disusui anaknya yaitu melalui memberikan asupan yang cukup dan melalui sanitasi dan air bersih serta susu ibu selama 2 tahun," jelas Ma'ruf.
Ma'ruf juga menambahkan pernyataan, "Apabila diberikan susu setelah 2 tahun Wal waalidaatu yurdi'na aulaa dahunna haulaini kaamilaini (وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ). Dua tahun sempurna, maka tidak lagi berpengaruh untuk mencegah stunting. Maka stunting sudah tidak bisa diatasi setelah 2 tahun disusukan anaknya."
Benarkah pernyataan tersebut? Apakah setelah berusia 2 tahun stunting pada anak tak bisa diobati?
Dokter spesialis anak yang praktik di Klinik Laktasi RS St. Carolus Salemba, Jakarta dr. Utami Roesli, SpA, IBCLC, FABM memberikan pandangannya terkait hal itu. Dokter yang turut mendirikan Lembaga Sentra Laktasi Indonesia (Selasi) itu mengatakan bahwa stunting pada anak usia 2 tahun masih bisa diobati, tapi sebaiknya dicegah sejak dalam kandungan.
ADVERTISEMENT
“Kalau di atas 2 tahun memang sudah kejadian stuntingnya. Bisa diobatin, tapi dicegah ya sudah tidak bisa. Anak stunting yang diobatin, perkembangan kepandaiannya lebih tinggi dari anak stunting yang tidak diobatin. Meski tetap lebih rendah dari anak normal yang tidak stunting,” jelas dr. Utami kepada kumparanMOM, Senin (18/3).
Ya Moms, dampak stunting pada anak sangat berpengaruh pada kemampuan kognitif, pendidikan dan perilakunya. Stunting yang disertai kurangnya stimulasi kognitif, kekurangan yodium dan anemia defisiensi besi, menyebabkan keterlambatan perkembangan pada anak.
Menurut dr. Utami, salah satu hal yang bisa mencegah stunting pada anak adalah dengan pemberian ASI. "Menyusui mencegah semua masalah mal nutrisi tidak hanya stunting. Tapi juga obesitas. Karena ASI itu disesuaikan sama kebutuhan bayi untuk tumbuh kembangnya," papar dr. Utami.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, selaku tenaga medis, dr. Utami berharap, presiden yang nantinya terpilih, bisa mempunyai tindakan preventif pada stunting .
"Yang harus dipikirkan para pemimpin ini bersama kami orang-orang kesehatan, yaitu preventif bukan kuratif. Jangan pengobatan tapi pencegahan. Jadi jangan sampe sakit, jangan sampe stunting. Pencegahan paling utama itu di 1.000 hari pertama kehidupan, di situ ASI peranannya besar sekali," tutup dr. Utami.