Berapa Jarak yang Disarankan untuk Hamil Lagi Setelah Melahirkan?

2 November 2018 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Testpack. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Testpack. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Setelah kelahiran anak tercinta, bisa saja Anda dan suami sudah merencanakan untuk hamil lagi. Tapi jangan tergesa-gesa, Moms. Jarak antar kelahiran perlu diatur demi kesehatan dan kesejahteraan ibu maupun bayi. Hal ini tercantum dalam riset yang dipublikasikan di JAMA Internal Medicine.
ADVERTISEMENT
JAMA Internal Medicine adalah jurnal medis yang diterbitkan setiap bulan oleh American Medical Association, Amerika Serikat.
"Riset kami menemukan peningkatan risiko pada ibu dan bayi ketika kehamilan berjarak dekat, termasuk untuk wanita berusia lebih dari 35 tahun," kata Laura Schummers, penulis riset ini, dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari laman IFL Science.
Ilustrasi Ibu Hamil Menggendong Balita (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ibu Hamil Menggendong Balita (Foto: Shutterstock)
Adapun temuan bagi wanita berusia 35 tahun ke atas memang begitu penting, mengingat mereka cenderung akan sengaja hamil dalam jarak waktu yang dekat.
Dalam riset ini peneliti menganalisis 150.000 catatan kesehatan ibu dan bayi di Kanada, untuk melihat catatan kelahiran, kode tagihan, data rawat inap, informasi infertilitas, dan catatan sensus, untuk menemukan hubungan antara kematian ibu dan morbiditas, komplikasi kehamilan, persalinan, dan persalinan yang mengancam jiwa.
ADVERTISEMENT
Hasilnya menunjukkan, seorang ibu setidaknya harus menunggu 18 bulan setelah melahirkan bila ingin punya anak lagi. Sebaliknya, bila kehamilan terjadi sebelum 18 bulan maka dapat berisiko membahayakan.
Pada kehamilan ibu yang berusia di atas 35 tahun, maka risiko yang muncul akan lebih besar pada sang ibu. Sebaliknya, kehamilan pada ibu yang berusia 20 hingga 34 tahun, risiko kesehatan akan lebih besar menimpa bayinya.
Ibu berusia 35 tahun atau lebih yang hamil enam bulan setelah kelahiran, mengalami peningkatan risiko sebesar 1,2 persen untuk mengalami kematian atau morbiditas (terkena penyakit) berat dan 6 persen untuk melahirkan secara prematur.
Ilustrasi ibu hamil dan anaknya. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil dan anaknya. (Foto: Thinkstock)
Sementara bagi mereka yang menunggu hamil 18 bulan setelah kelahiran, risiko tersebut turun masing-masing menjadi 0,5 persen dan hampir tiga persen.
ADVERTISEMENT
Adapun wanita berusia 20 hingga 34 yang hamil enam bulan setelah melahirkan memiliki risiko kelahiran prematur 8,5 persen. Sementara mereka yang menunggu untuk hamil 18 bulan setelah kelahiran, risiko kelahiran prematurnya menurun jadi 3,7 persen.
"Jarak kehamilan pendek mungkin menunjukkan adanya kehamilan yang tidak direncanakan, terutama di kalangan wanita muda," kata Dr Sonia Hernandez-Diaz, profesor epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health.
Ilustrasi Adik dan Kakak (Foto: Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Adik dan Kakak (Foto: Freepik)
"Risiko buruk meningkat bisa jadi karena tubuh kita tidak memiliki waktu untuk pulih, jika kita hamil segera setelah melahirkan, atau karena faktor yang terkait dengan kehamilan yang tidak direncanakan, seperti perawatan pranatal yang tidak memadai,” tuturnya.
Atas hal ini, Hernandez-Diaz memberi dua rekomendasi, yakni dengan meningkatkan akses alat kontrasepsi pasca melahirkan, atau dengan tidak melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama beberapa bulan setelah melahirkan.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya risiko kesehatan, Moms, tapi mengatur jarak hamil dan kelahiran juga membuat keluarga Anda lebih sejahtera. Contohnya, Anda dan suami jadi bisa punya jeda waktu menabung untuk dana pendidikan anak yang satu dengan anak lainnya.