Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bolehkah Ibu Hamil Bekerja Shift Malam?
19 Februari 2018 18:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Para calon ibu yang bekerja dengan sistem shifting mungkin akan bertanya-tanya.
ADVERTISEMENT
'Apakah kondisi hamil saya tidak akan menjadi masalah bila harus bekerja pada malam hari?' 'Adakah dampak buruk terhadap kehamilan, hingga terjadi keguguran akibat bekerja pada malam hari?'
Dikutip kumparanMom (kumparan.com ) dari Boldsky , para ahli mengungkap tidak ada hubungannya bekerja pada malam hari dengan keguguran, Moms.
Adapun pemicu keguguran itu banyak faktor. Antara lain kelainan kromosom yang menyebabkan janin tidak berkembang, kesehatan ibu hamil yang tidak memadai (misalnya leher pada rahim lemah, masalah pada plasenta, dan sebagainya), usia ibu hamil yang terlalu muda maupun terlalu tua (di atas 35 tahun), pola hidup dan makan ibu hamil yang buruk, hingga pengaruh penyakit kronis maupun infeksi tertentu pada ibu hamil.
Meski belum ada bukti medis, para ahli tetap tidak menyarankan wanita hamil bekerja pada shift malam. Alasannya, ibu hamil membutuhkan waktu tidur selama 7-8 jam pada malam hari demi kesehatannya serta perkembangan janin. Selain itu, pekerja malam termasuk ibu hamil akan cenderung memilih minum kopi secara berlebihan atau merokok demi tetap terjaga. Hal itu tentu berbahaya bagi kehamilan.
Terlalu banyak mengonsumsi kafein juga bisa memicu keguguran, Moms. Buat ibu hamil yang suka ngopi, satu gelas perhari masih diperbolehkan. Beberapa survei lainnya juga menyebut bahwa wanita hamil yang kurang tidur mungkin akan mengalami kesulitan saat bersalin, sehingga harus bersalin secara caesar.
ADVERTISEMENT
Bagi Anda pekerja shifting, segera diskusikan pergantian jadwal kerja dengan atasan demi kesehatan Anda dan janin.