Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Moms, apa yang biasanya Anda lakukan saat balita menangis keras, menjerit-jerit hingga membentak-bentak seperti orang sedang mengamuk? Malu, panik atau kesal? Memang bisa campur-aduk ya, rasanya. Apalagi bila si kecil ngamuk di tempat umum yang membuat Anda pun jadi tontonan.
ADVERTISEMENT
Tapi ketahuilah, Moms, amukan si kecil yang juga sering disebut tantrum, merupakan hal yang wajar dilakukan oleh balita khususnya usia 2 hingga 3 tahun. Hal ini dijelaskan oleh Dr. Sharon Fried Buchalter dalam buku Children Are People Too.
Dr.Sharon juga menjelaskan, untuk bisa menghadapi amukan balita kita perlu terlebih dulu mengenali penyebab atau jenis tantrumnya. Pasalnya, beda penyebab akan beda juga cara menghadapinya, Moms.
Berikut, penjelasan dan cara menghadapinya:
Tantrum Aktif
ADVERTISEMENT
Misal saat ia ingin satu mainan yang dilihatnya di mal. Rasa marah lalu mendorong anak menangis, menjerit, menghentak-hentakkan kaki atau menendang hingga melakukan hal yang bisa membahayakan seperti menjatuhkan diri atau menghantamkan kepalanya ke tembok!
Bila ini yang terjadi, coba beri anak ruang atau kesempatan untuk meluapkan emosinya. Tapi tetap awasi ya, Moms! Pastikan anak tetap aman dan selamat. Bila anak mulai melakukan hal-hal yang berbahaya, segera bertindak.
Anda juga bisa memberi anak pelukan atau membisikkan kata-kata yang menenangkan, tapi jangan kabulkan permintaan anak hanya untuk membuatnya berhenti mengamuk. Cobalah bersikap konsiten! Bersabar saja. Sikap anak akan berubah setelah amarahnya reda.
ADVERTISEMENT
Bila ini yang terjadi, jangan hukum atau marahi anak ya, Moms! Bantulah anak dengan 'menawarkan' kata-kata yang dapat mengekspresikan perasaannya. Misalnya, "Isya kesal karena mainan kamu diambil Deo?" atau "Kamu marah, ya? Karena Mbak Asih menutup jendelanya?" Dengan begini anak akan merasa dipahami.
Setelah amukannya reda, Anda dapat menjelaskan pada anak bahwa perbuatannya (memukul, menendang, menyakiti orang lain) tidak bisa diterima. Tapi tetap tunjukkan bahwa Anda selalu menyayanginya.
Tantrum Pasif
Akhirnya, ia ngambek atau 'mengganggu' Anda dengan pertanyaan yang bertubi-tubi, terus-menerus mengulangi kalimatnya dan mungkin dengan nada yang tidak enak.
ADVERTISEMENT
Bila ini yang terjadi, hindari langsung menasihatinya. Percuma Moms, saat tantrum seperti ini, si kecil tidak akan mendengarkan nasihat Anda. Lebih baik, tunggu sampai anak berhenti merengek dan jelaskan padanya bahwa apa yang ia lakukan itu tidak baik.
Anda juga perlu mencoba lebih mengenali keinginan dan kebutuhan anak. Saat berpergian misalnya. Kenali kapan anak merasa lelah atau lapar agar bisa menjadwalkan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Misalnya saat diminta naik ke atas panggung, mencoba suatu kegiatan atau 'sekadar' menyalami kerabat yang baru dijumpainya. Sayangnya anak belum dapat mengatasi rasa tidak suka atau keengganannya tersebut, hingga ia malah mengamuk.
ADVERTISEMENT
Bila ini yang terjadi, cobalah menenangkan diri Anda sendiri. Bila perlu, menjauh sebentar dari si kecil. Ini lebih baik daripada Anda terpancing untuk memarahinya.
Bila sudah tenang, Anda bisa memberi anak pilihan. Misalnya saat anak tidak mau mandi. Coba beri pilihan, "Arung mau mandi pakai gayung atau shower, Sayang?" Ini membuat balita merasa punya kendali dan akan cenderung bekerjasama dengan Anda.
Tapi jangan lupa untuk juga menurunkan harapan ya, Moms. Sebaiknya kita tidak berharap balita selalu mau melakukan apa-apa yang Anda minta. Orang tua juga perlu memerhatikan keinginan mereka.