Memahami 4 Jenis Tantrum pada Anak Balita

11 Desember 2018 14:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang tua perlu memahami jenis-jenis tantrum pada anak (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Orang tua perlu memahami jenis-jenis tantrum pada anak (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Tantrum biasa dialami oleh anak, khususnya balita, usia 15 bulan sampai 6 tahun. Tantrum adalah suatu bentuk luapan emosi tidak terkontrol dalam bentuk perilaku agresif serta reaksi amarah berlebihan pada anak.
ADVERTISEMENT
Biasanya, tantrum terjadi karena kondisi tidak nyaman yang anak alami dan merupakan 'alat' bagi si kecil untuk mengungkapkan perasaan atau keinginannya yang belum bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Luapan emosi ini bentuknya bisa bermacam-macam. Tapi umumnya, orang tua menganggap 'mengamuk' adalah ciri anak tantrum. Padahal, jenis tantrum ada bermacam-macam lho, Moms! Ya, anak bisa saja mengalami tantrum meski tidak tampak marah apalagi sampai mengamuk.
Menurut Ronald Mah, konsultan dan terapi keluarga asal California, AS, dalam lamannya Ronaldmah, ada empat jenis tantrum pada anak yang perlu dipahami oleh orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak; tantrum mengamuk, tantrum manipulatif, tantrum putus asa, dan tantrum (akibat) stres.
Untuk memahaminya lebih dalam, kumparanMOM mewawancarai Masfuukhatur Rokhmah M.Psi, psikolog klinis dari Metamorfosis Self Development Center, Sawangan, yang juga pengajar di Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, Depok. Yuk, baca terus sampai habis agar mengerti.
Anak tantrum mengamuk hingga menangis meraung-raung atau menjerit (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak tantrum mengamuk hingga menangis meraung-raung atau menjerit (Foto: Shutterstock)
1. Tantrum mengamuk
ADVERTISEMENT
Tantrum jenis ini adalah jenis tantrum yang paling sering ditemui orang tua. Anak biasanya mengamuk, berteriak-teriak, menegangkan tubuh, berguling-guling hingga menjatuhkan diri ke lantai, melempar bahkan sampai merusak barang jika ada hal yang mengganggunya.
Biasanya, ini terjadi bila anak tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Atau bisa juga karena ia merasa tidak aman, terganggu, ketakutan, atau sedang merasa dalam keadaan berbahaya.
Tak jarang, anak dengan jenis tantrum ini biasanya punya fobia atau ketakutan yang belum diketahui orang tuanya. Saat ia ketakutan, ia cenderung tidak bisa menjelaskan penyebabnya dengan kata-kata, mengamuk kemudian menjadi jalan keluar untuk memberi tahu Anda.
Tantrum pada anak juga bisa bertujuan manipulatif (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Tantrum pada anak juga bisa bertujuan manipulatif (Foto: Pexels)
2. Tantrum manipulatif
Ciri-ciri jenis tantrum ini, anak akan bertingkah seolah-olah menjadi anak baik-baik, biasanya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Anak juga akan menirukan perilaku orang yang tidak disukai. Ia juga akan menarik perhatian orang dewasa dengan cara memprotes berbagai hal. Biasanya, anak yang bertingkah seperti ini untuk mencari perhatian orang-orang di sekitarnya.
Saat tantrum balita bisa jadi diam dan kehilangan gairah (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Saat tantrum balita bisa jadi diam dan kehilangan gairah (Foto: Shutterstock)
3. Tantrum putus asa
ADVERTISEMENT
Pada masa ini, anak yang tantrum bisa jadi cenderung diam. Anak seakan kehilangan gairahnya untuk melakukan sesuatu, merasa tidak berdaya, dan putus asa.
Hal ini bisa terjadi karena lonjakkan emosinya sudah cukup tinggi. Bisa juga pula ketakutan dan rasa ketidaknyamanannya cukup besar. Namun, ia tidak berani untuk menyuarakan sumber ketakutan dan keinginannya. Sehingga yang terlihat hanya ketidakgairahan anak dalam melakukan sesuatu.
Anak yang tantrum akibat stres bisa jadi bersikap berlebihan (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak yang tantrum akibat stres bisa jadi bersikap berlebihan (Foto: Shutterstock)
4. Tantrum (akibat) stres
Akibat perasaan tertekan dengan lingkungannya anak bisa saja mengalami stres. Akibatnya anak bisa bersikap berlebihan, entah itu tantrum mengamuk berlebihan atau justru diam berlebihan karena tidak bisa mengontrol emosinya.
Hal yang perlu Anda lakukan saat anak berlaku seperti ini ialah memberikan anak waktu untuk sendiri. Saat dirasa anak sudah mulai tenang, baru dekati dan cari tahu apa masalahnya.
ADVERTISEMENT
Penulis: Nanda Saputri