Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
5 Alasan Tantrum pada Anak Bisa Jadi Pertanda Baik
5 Mei 2018 16:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tapi Anda tak perlu cemas, karena tantrum juga punya dampak positif untuk anak. Dilansir Parents, tantrum ternyata berperan penting untuk melatih kesehatan emosional dan tumbuh kembang si kecil.
Kenapa bisa begitu? kumparanMOM (kumparan.com ) merangkum alasan-alasan mengapa tantrum pada anak juga bisa menjadi pertanda baik, seperti berikut ini:
Melepas stres
Ketika tantrum, anak akan marah, merengek, menjerit hingga menangis kencang . Ya, ia sedang melepaskan tekanan dan stres dalam dirinya. Maka, beri kesempatan ia untuk bisa merilis perasaan negatifnya sampai selesai. Namun ingat, tetap awasi ia meski Anda terlihat mengabaikannya.
Ketika menangis, secara alami tubuh sedang melepaskan hormon stres atau kortisol yang terkandung dalam air mata. Maka tak jarang, setelah anak selesai menangis ia akan merasa lebih lega dan tenang.
ADVERTISEMENT
“Menangis bukanlah rasa sakit, tetapi proses menjadi tidak luka,” jelas Deborah MacNamara, Ph.D., seorang pendidik orang tua sekaligus penulis buku Rest, Play, Grow: Making Sense of Preschoolers.
Membantu belajar
Manfaat lain tantrum yang disertai tangisan, ialah bisa jadi membantu anak belajar lebih baik. Bagaimana bisa?
Sebuah penelitian menunjukkan jika belajar terbaik anak adalah saat ia merasa rileks, bahagia, tanpa tekanan, dan setelah mampu mengekspresikan gangguan emosinya. Hal itu, sama seperti perasaan lega dan tenang setelah anak mengalami tantrum.
Tidur lebih nyenyak
Pernahkah Anda melihat anak Anda terbangun dari tidurnya dan kemudian tantrum, Moms? Nah sebetulnya, ia sedang berusaha mengeluarkan emosi terpendam atau perasaan negatifnya. Maka biarkan ia melepaskan perasaan itu hingga ia tenang, kemudian peluk erat si kecil dan Anda akan mendapati ia tidur lebih lelap setelahnya.
ADVERTISEMENT
Mengajarkan anak batasan dengan kata ‘tidak’
Setelah anak tenang, tawarkan ia cinta, empati dan pelukan, Moms. Di saat itulah, kesempatan Anda untuk menjelaskan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.
Misalnya katakan, “Sayang, menangis dan menjerit-jerit itu bukan cara baik untuk mengatakan sesuatu, itu tidak bisa diterima. Jadi, katakan saja apa yang adik mau dengan tenang ya”.
Mendekatkan Anda dengan si kecil
Alih-alih balik memarahi atau menghukum si kecil saat tantrum, beri kesempatan ia untuk melepaskan emosi dan perasaan negatifnya. Setelah itu, tawarkan ia cinta dan kasih sayang dengan pelukan hangat.
Bantu ia memahami dan memperbaiki perilaku salahnya dengan baik dan tenang. Lakukan perlahan hingga ia bisa menerima. Jika sudah begitu, ia akan merasa dipedulikan dan disayangi serta lebih dekat dengan Anda sesudahnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya anak, tantrum juga bisa menjadi momen untuk refleksi diri dan melatih kesabaran untuk mengasuh buah hati. Semangat ya Moms!