Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Sebelum siap masuk sekolah, anak dengan autisme perlu dilatih untuk bisa buang air di toilet secara mandiri atau toilet training. Proses ini mungkin tak mudah Moms, tapi cepat atau lambat harus Anda mulai. Sebab jika si kecil sering mengompol atau BAB di sekolah, proses adaptasinya akan terhambat.
ADVERTISEMENT
Menurut buku Panduan Praktis Mendidik Anak Autis: Menjadi Orang Tua Istimewa karya Adriana S. Ginanjar, anak dengan autisme termasuk kelompok yang paling sulit dalam toilet training. Apa penghambatnya?
Kebanyakan anak dengan autisme biasanya memiliki kesulitan dalam memahami instruksi dan mengungkapkan kebutuhannya untuk buang air. Mereka juga biasanya punya masalah sensorik yang membuat tidak bisa merasakan sensasi ketika akan BAK atau BAB. Masalah sensorik juga membuat si kecil tak nyaman berada di toilet dan cemas harus duduk di kloset WC.
Oleh karena itu Moms, Anda memang harus ekstra sabar dan konsisten dalam proses toilet training ini. Berikut yang bisa Anda lakukan saat melatih anak dengan autisme toilet training.
1. Nilai Kesiapan Anak
ADVERTISEMENT
Toilet training untuk anak berkebutuhan khusus harus didesain secara khusus dan diterapkan secara konsisten. Si kecil harus benar-benar siap secara mental. Pada anak lain biasanya bisa dilakukan mulai usia 18 bulan, namun pada anak dengan autisme tunggu dulu hingga usia mentalnya menyamai anak usia 2 tahun.
Jika si kecil merasakan sesuatu saat popoknya basah dan tampak tertarik dengan kegiatan di toilet seperti BAK, BAB, atau cuci tangan, berarti si kecil siap untuk toilet training. Anak juga harus mampu menahan buang air kecil setidaknya satu jam.
2. Buat Suasana Kamar Mandi Menyenangkan
Syarat keberhasilan toilet training adalah anak bisa merasa nyaman dan santai saat menunggu pipisnya keluar. Oleh karena itu buatlah suasana kamar mandiri semenarik mungkin.
ADVERTISEMENT
Misalnya dengan menyediakan bak kecil berisi mainan anak, menyediakan kursi kecil agar kaki anak tak menggantung saat duduk di WC, dan pastikan si kecil menyukai bau sabun yang ia pakai.
3. Lakukan Observasi
Sebelum memulai training, perhatikan kebiasaan buang air anak. Catatlah pada pukul berapa anak biasanya BAK dan BAB. Lakukan pencatatan harian selama dua minggu agar Anda dapat melihat polanya.
4. Buatlah Jadwal
Setelah memahami pola kebiasaan BAK dan BAB si kecil, Anda bisa membuat jadwal kapan si kecil harus ke kamar mandi. Misalnya jika biasanya ia BAB sekitar pukul 10 pagi, anak harus mengikuti jadwal untuk stand by di kamar sebelum BAB berlangsung.
Buatlah jadwal yang menarik secara visual. Misalnya dengan menambahkan gambar atau foto dan letakkan jadwal di lokasi yang mudah dilihat.
ADVERTISEMENT
5. Berikan Pujian
Setelah si kecil menunjukkan kemajuan dalam toilet training, tentu Anda perlu memberikan pujian. Kemajuan bisa berarti ia mau duduk lama di WC, tak lagi sulit saat diminta ke kamar mandi, dan mampu buang air di WC. Pujian tak berarti hanya melalui lisan, Anda bisa memberinya pelukan atau memberikan makanan favoritnya.
6. Lakukan Secara Rutin
Tak hanya anak dengan autisme yang harus konsisten pada jadwal, tapi Anda juga, Moms. Lakukan secara rutin agar terbentuk kebiasaan.