Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ketika bayi lahir, pihak Rumah Sakit umumnya akan melakukan tes pendengaran pada si kecil. Gunanya untuk mengetahui apabila ada gangguan sehingga dokter bisa segera memberi penanganan. Dari tes pertama ini, juga mungkin saja menyarankan si kecil mengikuti tes pendengaran lanjutan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana bila ibu bersalin di bidan atau bayi belum pernah menjalani tes pendengaran namun sudah pulang dari rumah sakit ? Tak usah khawatir, Moms, Anda bisa melakukannya di rumah.
Menurut Laman Kementerian Kesehatan RI, caranya tes dari belakang badan bayi, lalu tepuk tangan atau bunyikan suara yang keras. Dengan menjatuhkan sesuatu misalnya.
Perhatikanlah! Bayi biasanya akan refleks bergerak karena kaget atau mengejapkan matanya, mengerutkan wajah, berhenti menyusu atau jusru mengisap lebih cepat, mungkin juga bernapas lebih cepat, dan ritme jantungnya bertambah cepat. Inilah yang dinamakan refleks moro.
''Refleks moro itu kalau bayi tidak memakai bedong, tangannya seperti mau meluk, kaget,'' ungkap Wakil Ketua Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT), dr. Hably Warganegara, Sp.THT-KL, seperti dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya bila tidak ada respon, Anda perlu segera membawa si kecil ke dokter. Sebab ada beberapa panyakit bawaan pada bayi, salah satunya ialah tuli kongenital yang merupakan gangguan pendengaran total atau sebagian yang dapat terjadi saat bayi baru lahir.
Penyebab tuli kongenital adalah karena faktor genetik dan nongenetik. Bisa juga karena kekurangan zat gizi, infeksi bakteri atau virus (antara lain toxoplasma, rubella, herpes simplex, sifilis (TORCHS), cytomegali virus) dan obat ototoksik dan teratogenik juga berpotensi menyebabkan gangguan pendengaran.
Secara garis besar, gambaran kelainan tuli kongenital pada bayi seperti berikut:
- Kelainan daun telinga (Mikrotia atau anotia) yang bervariasi derajatnya.
- Kelainan liang telinga (atresia liang telinga).
- Kelainan telinga tengah yaitu tidak terbentuknya tulang pendengaran rangkaian tulang yang terputus atau terfiksasi.
ADVERTISEMENT
- Kelainan telinga dalam (gangguan koklea).
Bila tidak segera diatasi, tuli kongenital dapat mengganggu perkembangan kognitif, psikologi, dan sosial sehingga mengakibatkan terjadi gangguan proses bicara, gangguan perkembangan kemampuan berbahasa, gangguan komunikasi, gangguan proses belajar dan perkembangan kepandaian.
''Proporsi gangguan pendengaran karena cacat sejak lahir bisa disembuhkan apabila diobati sebelum usia 3 bulan,’’ jelas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes, dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes.