Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Setiap anak perlu mendapat imunisasi mulai sejak lahir hingga ia tumbuh dewasa. Tujuannya adalah untuk membentuk kekebalan demi mencegah penyakit pada diri sendiri dan orang lain, sehingga kejadian penyakit menular dapat menurun bahkan menghilang.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, sebagai panduan, berikut adalah daftar jenis-jenis imunisasi yang wajib dan disarankan mulai dari bayi baru lahir hingga anak berusia remaja menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
1. Hepatitis B (HB)
Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Setelah itu vaksin hepatitis B disuntikan kembali pada usia 2, 3 dan 4 digabung dengan imunisasi DPT dan Hib dalam vaksin DPT-HepB-Hib.
2. Polio
Bayi perlu mendapat imunisasi polio untuk mencegah kelumpuhan akibat serangan virus polio liar yang menyerang sel-sel syaraf di sumsum tulang belakang. Bila menyerang otak dapat lumpuh seluruh tubuh dan kematian. Vaksin polio diteteskan ke dalam mulut bayi baru lahir ketika akan pulang ke rumah.
ADVERTISEMENT
Kemudian dilanjutkan pada umur 2, 4, 6, 18-24 bulan dan 5 tahun. Vaksin polio suntikan (IPV) pada umur 4 bulan, dilakukan bersama imunisasi DPT-HepB-Hib. IPV rutin diberikan khusus untuk bayi balita yang kekebalannya rendah karena penyakit atau karena sedang dalam pengobatan yang mengganggu kekebalan.
3. BCG
Vaksin BCG disuntikkan dikulit lengan atas kanan saat bayi berumur 1-2 bulan Moms. Vaksin ini dilakukan untuk mencegah tuberkulosis (Tbc) berat pada paru, otak, kelenjar getah bening dan tulang yang bisa menimbulkan sakit berat yang lama, kecacatan, bahkan kematian.
Umumnya setelah satu bulan, bekas suntikan BCG dapat menimbulkan benjolan kemerahan yang kemudian pecah, keluar seperti nanah. Cukup bersihkan dengan alkohol ataupun iodin. Bila bayi tidak mengalami nyeri dan demam, ini adalah reaksi yang wajar dan tidak berbahaya Moms. Luka tersebut biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu.
ADVERTISEMENT
Bekas luka suntikan itu pun dapat terlihat seumur hidup Moms. bila tidak ada
bekasnya, asal yakin bahwa kualitas vaksin masih baik, dengan teknik penyuntikan yang benar, maka tidak perlu diulang. Namun bila Anda ragu, diskusikan dengan dokter yang telah dipercaya.
4. DPT atau DpaT
Imunisasi DPT atau DpaT dilakukan untuk mencegah 3 penyakit yaitu Difteri, Pertusis dan Tetanus. Vaksin DPT atau DPaT disuntikkan di paha saat bayi berumur mulai 2 bulan, dilanjutkan pada umur 3-4 bulan, 4-6 bulan, dan 18-24 bulan. Vaksinasi ini dapat digabung dengan vaksin Hepatitis B dan Hib.
Setelah memasuki usia 5-6tahun, anak kembali melakukan vaksinasi di lengan dengan vaksin DT, 10-12 tahun dan 18 tahun dengan vaksin Td. Vaksin DT dan Td tidak mengandung vaksin untuk Pertusis, dan dosis antigen D dan T lebih rendah, disesuaikan dengan pola penyakit dan kekebalan anak usia tersebut.
ADVERTISEMENT
Perbedaan utama kedua vaksin itu terletak pada komponen antigen untuk pertusis. Vaksin DTPw (whole cell) berisi sel bakteri Pertusis utuh yang berisi ribuan antigen, termasuk antigen yang tidak diperlukan, sehingga sering menimbulkan reaksi panas tinggi, bengkak, merah, nyeri ditempat suntikan.
Sedangkan vaksin DTPa (aseluler) berisi bakteri pertusis yang tidak utuh dan hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja, sehingga jarang menimbulkan reaksi tersebut. Karena proses pembuatan DTPa lebih rumit, maka harganya jauh lebih mahal.
Umumnya, efek samping imunisasi dari DTPa adalah seperti demam, bengkak pada bagian suntikan, kulit pada bagian suntikan menjadi merah dan sakit, dan bayi menjadi rewel. Biasanya efek samping tersebut dapat terjadi dalam tiga hari hingga satu minggu setelah pemberian vaksin.
5. Hib dan Pneumokokus
ADVERTISEMENT
Kedua vaksin ini bertujuan untuk mencegah serangan kuman Hib dan pneumokokus yang mengakibatkan radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan radang otak (meningitis) yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan. Vaksin Hib dan Pneumokokus disuntikkan saat anak berumur 2, 4, 6, dan 15 bulan.
Vaksin Hib digabung dengan vaksin DPT atau DpaT, vaksin pneumokokus terpisah. Radang paru atau radang otak karena kuman pneumokokus, hanya bisa dicegah dengan vaksin pneumokokus tidak bisa dicegah dengan vaksin Hib-HepB-DPT. Demikian pula sebaliknya.
Maka anak yang telah diimunisasi dengan vaksin Hib-HepB-DPT masih bisa diserang radang otak dan radang otak paru oleh kuman pneumokokus, kalau belum diimunisasi pneumokokus. Karenanya imunisasi Hib dan Pneumokokus sama pentingnya.
6. Rotavirus
ADVERTISEMENT
Vaksin Rotavirus diteteskan perlahan ke mulut bayi mulai umur 2, 4 (dan 6 bulan), tergantung pada jenis vaksin. Tujuannya untuk mencegah diare berat akibat Rotavirus, yang dapat mengakibatkan bayi muntah mencret hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, bahkan kematian.
7. Influenza
Imunisasi influenza dilakukan untuk mencegah serangan virus influenza yang mengakibatkan demam tinggi, batuk pilek hebat, sesak nafas, radang paru, yang dapat menyebabkan kematian. Vaksin influenza disuntikkan mulai umur 6, 7 bulan, kemudian diulang setiap tahun pada balita, usia sekolah, remaja, dewasa bahkan usia lanjut.
8. Campak-Rubela
Vaksin campak atau Measles Rubella (MR) disuntikkan mulai usia 9 bulan, 18 bulan dan sebelum masuk SD atau kelas 1 SD. Tujuannya untuk mencegah penyakit Campak dan Rubela. Virus campak mengakibatkan demam tinggi, batuk, pilek , sesak, radang paru (pneumonia), diare, dan radang otak, sehingga banyak mengakibatkan kematian. Sedangkan virus Rubela (campak Jerman) menyerang janin sehingga mengakibatkan keguguran atau bayi kelak buta, tuli, keterbelakangan mental dan kebocoran sekat jantung bayi.
9. MMR
ADVERTISEMENT
Imunisasi MMR untuk mencegah serangan virus MMR, yaitu Mumps (mengakibatkan gondongan, mengakibatkan radang buah zakar, mandul), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman). Suntikan ini dilakukan mulai anak umur 15 bulan, diulang sebelum masuk SD atau kelas 1 SD. Apabila si kecil sudah mendapat MMR, maka ia tidak perlu MR.
10. Imunisasi Cacar air (varisela)
Vaksin cacar air disuntikkan mulai umur 1 tahun. Vaksin ini bertujuan untuk mencegah penyakit cacar air yang dapat merusak kulit, mata, menimbulkan diare, kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin dalam rahim.
11. Imunisasi HPV (human papiloma virus)
Imunisasi HPV untuk mencegah kanker leher rahim karena HPV yang menyerang tanpa gejala sejak usia remaja dan akan mengakibatkan kanker leher rahim pada dewasa. Vaksinasi HPV disuntikkan 3 kali pada remaja perempuan mulai umur 10 tahun, dilanjutkan 1-2 bulan dan 6 bulan kemudian. Untuk program UKS di beberapa provinsi disuntikkan 2 kali dengan jarak 6 bulan.
ADVERTISEMENT
12. Imunisasi JE (Japanese B Encephalitis)
Vaksin JE disuntikkan pada bayi dan anak yang tinggal di daerah endemis JE mulai umur 1 tahun, diulang 1 kali setelah 1-2 tahun kemudian. Atau yang bepergian lebih dari 1 minggu di daerah endemis, mulai umur 1 tahun. Hal ini untuk mencegah radang otak oleh virus JE yang ditularkan oleh gigitan nyamuk. Beberapa daerah endemis JE yang ada di Indonesia pada 2014-2016 adalah Bali, Kalbar, NTT, DIY, Sulut, DKI, Batam.
13. Imunisasai Dengue
Imunisasi Dengeu bertujuan untuk mencegah sakit berat oleh infeksi virus dengue (demam berdarah dengue, dengue syok sindrom). Imunisasi ini disuntikkan pada anak yang pernah terinfeksi virus dengue umur 9–16 tahun, sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Dari semua jenis imunisasi di atas, terdapat beberapa jenis imunisasi wajib yang menjadi program nasional Moms. Diantaranya adalah imunisasi Hepatitis B, polio, BCG, DOT-Hib, MR, DT dan Td. Semua imunisasi wajib tersebut telah didanai pemerintah, sehingga Anda bisa mendapatkannya secara gratis di setiap posyandu ataupun puskesmas.
Sedangkan imunisasi Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, JE-B, MMR, Demam Tifoid, Cacar Air, Hepatitis A, dan HPV adalah imunisasi yang disarankan dan belum disubsidi oleh pemerintah. Meski begitu, bukan berarti imunisasi tersebut tidak penting, Moms.
Menurut Prof. DR. dr. Soedjatmiko , SpA (K), Msi., yang merupakan Sekretaris Satgas Imunisasi IDAI, vaksin yang disarankan juga sama pentingnya dengan vaksin wajib yang didanai oleh pemerintah karena terbukti dapat mencegah sakit berat, cacat, dan kematian. Jadi jangan lupa lengkapi imunisasi si kecil ya, Moms!
ADVERTISEMENT
---------------------------------------------------------------------
kumparanMOM mendukung penuh Pekan Imunisasi Dunia dengan menyiapkan puluhan artikel tentang imunisasi sepanjang minggu ini khusus untuk Anda, Moms. Baca semuanya dengan mengikuti topik Pekan Imunisasi Dunia dan jangan lupa sebarkan pada seluruh keluarga dan teman-teman Anda, ya.