Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Meski disebut salah satu paru-paru dunia, rupanya Indonesia belum bisa jadi tempat tinggal yang paling sehat untuk anak apalagi balita kita. Ya Moms, karena Indonesia justru kerap dirundung masalah kebakaran lahan dan hutan seolah menjadi persoalan yang secara rutin singgah di Indonesia setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Akibatnya? Jutaan keluarga di Indonesia diserang asap tebal yang menggangu pernapasan. Sebut saja di Kota Batam yang saat ini Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)-nya sudah mencapai 157 lebih akibat tercemar asap karhutla. Yang artinya, udara di Kota Batam sudah masuk kategori tidak sehat untuk dihirup, Moms.
Atau di Kalimantan Selatan misalnya, yang hingga saat ini setidaknya sudah ada 30 ribu warga yang kesehatannya terganggu akibat kabut asap karhutla. Angka yang cukup drastis ini dihimpun dari 13 Kabupaten/Kota selama Januari hingga September 2019 dan akan terus meningkat.
Akibat kabut asap, berbagai penyakit pun bermunculan. Mulai dari infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) hingga batuk serta radang tenggorokan.
Sedihnya, ternyata dampak yang dibawa kabut asap lebih parah bagi balita . Sebab, gizi yang diterima balita terbagi untuk imunitas dan pertumbuhan, sehingga ketahanan tubuhnya akan lebih rendah dibandingkan orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Di Sumatera Selatan saja, tercatat ada 2.188 balita yang terkena ISPA hanya dalam waktu sepekan --hingga 2 September 2019. Palembang menjadi kota tertinggi dengan jumlah 1.095 balita yang terdiri dari 276 balita di bawah satu tahun, dan 819 balita berusia satu hingga lima tahun.
Bagaimana dengan anak usia sekolah? Karhutla tak hanya memporak-porandakan ketahanan tubuh, namun juga melumpuhkan kegiatan belajar-mengajar. Di Kalimantan Barat, Riau, dan Jambi, Pemda setempat terpaksa meliburkan seluruh sekolahan di Kabupaten Sekadau karena kualitas udara yang memburuk.
Meski sudah sekitar sebulan, namun hingga saat ini titik-titik api masih terdeteksi. Di Riau saja, hingga Minggu (15/9), masih ada 27 titik api berkategori tinggi yang terlihat.
"Kualitas udara berdasar pengukuran PM10 pada pukul 07.00 sampai dengan 10.00 WIB berada pada kisaran 182 sampai dengan 201 ugram/m3 atau tidak sehat," ujar Plt Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Agus Wibowo, dalam keterangannya, Minggu (15/9).
Untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan dan kabut asap itu, kata Agus, disiagakan sebanyak 5.809 orang. Selain itu pada hari ini sebanyak 6 helikopter diterjunkan untuk melakukan water bombing, 2 pesawat untuk memodifikasi cuaca (Cassa 212-200 kapasitas 1 ton dan CN 295 kapasitas 2.4 ton), dan 3 helikopter untuk patroli udara.
ADVERTISEMENT
"Sedang disiapkan tambahan pesawat Hercules dengan kapasitas 5 ton untuk operasi TMC yang direncanakan tiba Senin besok. Penambahan pesawat TMC ini karena prediksi BMKG akan ada pertumbuhan awan potensi dibuat hujan buat dalam beberapa hari ke depan" jelas Agus.
Nah Moms, yuk, terus kawal dan ikuti berita tentang penanganan masalah kabut asap ini. Tidak mau kan, anak-anak kita terutama yang masih balita sampai harus jadi korban karenanya?
Live Update