Fakta Tentang Stunting yang Dibahas Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno

18 Maret 2019 14:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Permasalahan stunting pada anak masih menjadi perhatian serius di Indonesia. Data terbaru Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia saat ini sebesar 30,8 persen. Angka tersebut masih jauh di atas ambang yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu sebesar 20 persen.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya stunting menjadi salah satu isu calon wakil presiden, Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno. Dalam debat cawapres semalam, Minggu (17/3), cawapres nomor urut 1 Ma'ruf Amin berjanji akan menurunkan angka stunting dengan cara melakukan upaya yang bersifat preventif dan promotif.
"Melalui germas, melalui PIS-PK dan juga mendorong tidak mengkonsumsi makanan yang menimbulkan yang kurang sehat, dengan KIA Kesehatan ibu dan anak, terutama untuk mencegah terjadinya stunting yang oleh pemerintah JKW-JK telah diturunkan 7 persen, dan kami berjanji akan menurunkan dalam 5 tahun yang akan datang sampai 10 persen, sehingga sampai pada titik 20 persen minimal", kata Ma'ruf dalam debat yang diselenggarakan di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta.
Cawapres no urut 01, Ma'ruf Amin (kiri) dan Cawapres bo urut 02, Sandiaga Uno (kanan) tiba jelang Debat Ketiga Calon Wakil Presiden (Cawapres) Pemilu 2019 di Hotel Sultan, Minggu, (17/3). Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Sedangkan menurut cawapres nomor urut 2, Sandiaga Uno, ia dan Prabowo Subianto berjanji menurunkan angka stunting dengan cara membuat program pemberian susu kepada ibu dan anak, serta menyediakan susu dan kacang hijau nantinya di setiap TK dan SD.
ADVERTISEMENT
"Putih itu adalah susu dan kita menjadikan bagian daripada Indonesia Emas, program utama kami. Siapa yang ingin menyumbangkan tablet, kacang hijau, silakan ini merupakan bagian dari pada program partisipatif kolaboratif yang ingin kita hadirkan untuk Indonesia karena tidak bisa diselesaikan pemerintah sendiri. Dengan program tersebut diharapkan kita bisa mengurangi stunting secara signifikan dalam 5 tahun ke depan sesuai dengan target yang sudah kita canangkan. Kami meyakini jika pemerintah fokus kepada pengurangan masalah, nanti kita akan memiliki generasi muda adalah generasi emas bangsa," kata Sandi.
Nah Moms, sebelum membahas lebih lanjut program-program penurunan angka stunting dari masing-masing cawapres, Anda harus paham terlebih dahulu, apa itu stunting. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mendefinisikan stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
ADVERTISEMENT
Menurut Dokter Spesialis Anak yang praktik di RS EKA BSD Tangerang, Dr.dr.Soedjatmiko, SpA (K), MSi, ada empat faktor utama yang menyebabkan anak bertubuh kerdil. Pertama, disebabkan oleh faktor ibu yang meliputi usia, tinggi badan, gizi ibu dan jarak kehamilan. Kedua, faktor bayi yang meliputi berat lahir, prematuritas, panjang lahir, nutrisi, genetik. Ketiga, faktor lingkungan sosial dan ekonomi. Dan keempat akibat faktor penyakit infeksi, investasi parasit dan polusi.
Dampak stunting pada anak sangat berpengaruh pada kemampuan kognitif, pendidikan dan perilakunya. Stunting yang disertai kurangnya stimulasi kognitif, kekurangan yodium dan anemia defisiensi besi, menyebabkan keterlambatan perkembangan pada anak. Anak pendek mengalami gangguan perkembangan perilaku pada awal kehidupan, cenderung terlambat untuk bersekolah, nilai akademik lebih rendah, dan kemampuan kognitifnya lebih rendah. Hasil studi longitudinal juga menunjukkan bahwa anak yang mengalami stunting lebih banyak merasa cemas, depresi dan rendah diri daripada anak-anak yang pertumbuhannya normal.
Anak pendek belum tentu stunting Foto: Shutterstock
Ada beberapa ciri-ciri stunting yang perlu Anda waspadai pada anak, yaitu:
ADVERTISEMENT
- Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), anak dikatakan stunting jika tinggi badan menurut usianya di bawah minus 2 standar deviasi dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO.
- Pertumbuhan giginya terlambat
- Proporsi tubuhnya normal namun anak terlihat lebih muda daripada anak seusianya.
- Berat badannya rendah, tapi punya pipi yang chubby karena persebaran lemak yang tidak merata
- Pertumbuhan tulang terlambat
- Anak stunting juga cenderung punya performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.
Jika Anda mendapati gejala stunting tersebut pada anak usia kurang dari dua tahun, maka belum terlambat untuk menanganinya. Pada periode ini, tumbuh kembang anak masih dapat dikejar lewat nutrisi dan stimulasi, Moms.
Upaya penanganan dan pencegahan stunting pada anak, menurut Dr.dr.Soedjatmiko, SpA (K), bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti:
ADVERTISEMENT
- Ibu melakukan perbaikan gizi
- Perbaiki gizi 2 tahun pertama kehidupan anak dengan memberikan ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MPASI), suplementasi mikronutrien, dan probiotik
- Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Rutin melakukan imunisasi
- Rutin memantau pertumbuhan berat badan, lingkar kepala, dan panjang badan tiap satu bulan sekali, dan
- Melakukan stimulasi untuk mengembangkan potensi anak
Tapi, bagaimana jika stunting baru diketahui setelah anak berusia lebih dari 2 tahun?
Mengutip laman Adoption Nutrition, anak stunting lebih dari usia 2 tahun berisiko tidak bisa memenuhi potensi pertumbuhan yang hilang meski nutrisinya dipenuhi setelah itu. Anak-anak dengan riwayat stunting juga berisiko mengalami keterlambatan kognitif dan kemampuan belajar.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, bukan berarti anak stunting usia 2 tahun ke atas tidak ada harapan, Moms. Ia juga bisa tumbuh meski lebih pendek daripada teman-teman sebayanya. Hanya saja, pemenuhan nutrisi sehari-harinya harus lebih diwaspadai untuk mencegah terjadinya obesitas.