Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Pilih Sekolah buat Anak

12 Juli 2018 15:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tingkatkan rasa percaya diri anak. (Foto: Thinkstock.)
zoom-in-whitePerbesar
Tingkatkan rasa percaya diri anak. (Foto: Thinkstock.)
ADVERTISEMENT
Memilih sekolah anak, bisa jadi hal yang cukup ‘memusingkan’ bagi para orang tua. Bayangkan saja, untuk bisa dapat nomor antrean mendaftar di sekolah yang diidamkan, orang tua harus sudah sigap sejak jauh-jauh hari. Tak berhenti di situ, perkara seleksi nilai agar anak dapat lolos masuk ke sekolah favorit pun jadi soal yang tak kalah rumit.
ADVERTISEMENT
Tapi, apakah benar memilih sekolah anak hanya sekadar yang berlabel favorit?
Lestia Primayanti, seorang praktisi pendidikan yang juga pendidik di sekolah Kembang, Jakarta Selatan, menyampaikan, ada hal yang lebih penting diperhatikan orang tua sebelum memilih sekolah anak, yaitu tentang kebutuhan si kecil.
“Orang tua perlu berpikir ulang, sebenarnya target-target yang kita buat sudah sesuai dengan kebutuhan anak-anak kita apa enggak?” ucap alumnus psikologi UI itu di acara ruang (ny)aman bertajuk Memilih Sekolah untuk Anak di Kekini Ruang Bersama, Cikini, Jakarta Pusat, kepada kumparanMOM pada Rabu (11/7).
Anak bermain boneka jari. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak bermain boneka jari. (Foto: Thinkstock)
Lalu, bagaimana orang tua bisa tahu apa yang dibutuhkan anak? Lestia menyebut, jika sekolah untuk anak selayaknya perlu bisa menunjang anak untuk dapat mengoptimalkan tumbuh kembang sesuai usianya. Bukan sekadar sekolah yang hanya fokus nilai-nilai akademik, tapi juga bisa menjadikan anak matang sebagai manusia kelak.
ADVERTISEMENT
“Mereka bisa menjadi orang dewasa yang berdaya dan bahagia dengan pilihan, keputusan, dan tujuan hidupnya nantinya,” ujar Lestia.
Di samping itu, Lestia juga berpendapat, orang tua perlu memastikan bakal sekolah anak nantinya memerhatikan proses belajar, bukan sekadar program dan fasilitas fisik.
“Caranya datanglah dan ngobrol dengan guru, pilih mereka yang tidak hanya sibuk bicara soal program, tapi lebih ke proses belajar. Bagaimana fasilitas sekolah itu digunakan untuk belajar anak,” tambahnya.
“Jadi, anak sebagai subjek bukan hanya objek dari sekolah,” tutup Lestia.