Ibu di AS Melahirkan Bayi Tanpa Tengkorak Akibat Aturan Anti-Aborsi

17 Juni 2019 17:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi aborsi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aborsi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seorang ibu di Amerika Serikat dipaksa untuk melahirkan bayi tanpa tengkorak. Kisah itu diceritakan seorang dokter di AS yang tak diungkap identitasnya dalam esai berjudul “The Myth of Choice”.
ADVERTISEMENT
Dokter tersebut menjelaskan bahwa bayi yang dikandung ibu tersebut menderita anencephaly atau cacat otak. Kondisi tersebut menyebabkan bayi lahir tanpa tengkorak atau juga tanpa otak. Padahal, daerah otak tersebut diperlukan untuk berpikir, mendengar, melihat, dan mengkoordinasikan gerakan. Tulang tengkoraknya yang tidak terbentuk secara sempurna bisa menyebabkan otak sering kali tidak tertutup oleh tulang atau kulit.
Anencephaly sendiri adalah cacat sistem syaraf yang sangat parah. Hampir semua bayi yang didiagnosis anencephaly meninggal saat masih dalam kandungan. Kalau pun bayi berhasil bertahan dalam kandungan, sekitar 40 persen dari bayi dengan anencephaly lahir prematur, namun berisiko tinggi untuk meninggal dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah kelahiran.
Ilustrasi Aborsi Foto: Pixabay
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 3 dari 10 ribu kehamilan di Amerika Serikat setiap tahunnya terdiagnosis anencephaly. Ini berarti ada sekitar 1,206 kehamilan di Amerika Serikat yang terpengaruh oleh anencephaly setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak ada yang bisa dilakukan oleh dokter untuk membantu ibu hamil yang mengandung bayi dengan anencephaly. Sehingga, jika kasus ini ditemukan pada kehamilan, dokter mungkin saja menyarankan sang ibu untuk menghentikan kehamilannya--terminasi atau pengguguran kandungan, dengan alasan medis.
Dokter biasanya mempertimbangkan pengeluaran bayi anencephaly tanpa menunggu usianya lebih besar agar proses pengeluarannya lebih mudah. Bila bayi sudah besar, tidak adanya tempurung kepala untuk membuka jalan lahir, berisiko membuat bayi tersangkut saat dilahirkan. Risiko tambahan yang mungkin terjadi pada ibu pada proses persalinan bayi anencephaly adalah kemungkinan terjadinya robekan-robekan pada jalan lahir karena tulang rahang bayi yang tajam.
Ilustrasi aborsi. Foto: Shutter Stock
Itulah kenapa, melihat kondisi kehamilan pasiennya, dokter di AS itu lantas menjelaskan kondisi tersebut kepada sang ibu yang penuh harapan. “Matanya memohon, untuk bisa mengakhiri kehamilannya,” kenang sang dokter.
ADVERTISEMENT
"Tapi tidak ada yang bisa melakukan aborsi. Tidak di negara ini, di rumah sakit ini. Lalu sang ibu pulang dengan kondisi yang masih hamil dan sedih," jelas dokter itu.
Ya Moms, undang-undang Anti-Aborsi yang diterapkan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat membuat dokter tersebut tidak bisa mengeluarkan bayi dari dalam perut sang ibu. Undang-undang tersebut, hingga kini menuai pro-kontra yang tajam di Amerika Serikat. Kalau menurut Anda, bagaimana sebaiknya?