Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Moms, tahukah Anda jika bayi sudah bisa mendengar sejak dalam kandungan? Ya, dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dokter Spesialis THT, Dr. dr. Ronny Suwento, Sp.THT-KL(K) menjelaskan bahwa proses mendengar sebenarnya sudah dimulai sejak si kecil di dalam kandungan, tepatnya pada saat usia 20 minggu kehamilan untuk nada-nada rendah. Selanjutnya saat janin berusia 35 minggu, ia sudah mulai bisa memberi reaksi pada nada menengah dan tinggi.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, pendengaran bayi juga bisa terganggu, Moms. Keterlambatan memberikan respons terhadap stimulus bunyi berisiko terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah. Ya, gangguan pertumbuhan jadi salah satu faktor yang berperan dalam perkembangan pendengaran bayi.
Selain itu, ada juga beberapa faktor yang turut meningkatkan risiko terjadinya gangguan atau hambatan proses mendengar, seperti: infeksi TORCHS (toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes dan syphillis), konsumsi obat-obatan tertentu pada trimester pertama kehamilan seperti kina atau antibiotik tertentu misalnya streptomisin dan gentamisin.
Tak hanya itu, bayi dengan beberapa kondisi kesehatan yang kurang baik saat lahir juga bisa menyebabkan gangguan pendengaran. Misalnya saja, bayi yang lahir dengan tidak atau terlambat menangis, atau bayi kuning dengan kadar bilirubin yang sangat tinggi sehingga menyebabkan masalah keracunan yang disebut kernicterus.
ADVERTISEMENT
Tentunya setiap ibu tidak ingin anaknya mengalami gangguan pendengaran. Lantas bagaimana cara mencegahnya?
Ya Moms, saat hamil lakukanlah kontrol rutin ke dokter kandungan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Jangan lupa ikuti pemeriksaan TORCHS dan hindari pemakaian obat-obatan yang bersifat toksik bagi telinga terutama pada trimester pertama kehamilan.
Lebih lanjut, Anda juga bisa melakukan deteksi dini gangguan pendengaran pada bayi , Moms. Terdapat dua tahap yang umum dilakukan yaitu skrining pada 48 jam pertama kehidupan dan menjelang bayi berusia 3 bulan.
Skrining yang dilakukan pada 48 jam pertama kehidupan adalah saat bayi baru lahir dan masih tinggal di rumah sakit. Metode ini menggunakan otoaccoustic emission (OAE) yang bertujuan untuk mengetahui kondisi rumah siput (koklea) yang berperan sebagai sensor terhadap bunyi dari sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya pemeriksaan kedua dilaksanakan menjelang bayi berusia 3 bulan dengan pemeriksaan OAE diagnostik dan brainsteam evoked response audiometry (BERA) untuk mengetahui kondisi saraf pendengaran sampai batang otak. Apabila terdiagnosis adanya gangguan pendengaran jenis saraf atau yang dikenal sebagai gangguan sensorineural, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan menggunakan frekuensi (nada) yang terinci dengan BERA tone burst atau pemeriksaan auditory steady state response (ASSR).
Moms, Dr. Ronny pun menganjurkan untuk dilakukan skrining pendengaran pada semua bayi baru lahir tanpa terkecuali terlebih jika tersedia fasilitasnya. Orang tua juga harus menjaga kebersihan telinga bayi untuk menghindari penyakit akibat infeksi.
Anda bisa membersihkan telinga bayi menggunakan kain kasa halus yang telah dibasahi baby oil. Sementara untuk bagian telinga luar bisa memakai cotton bud kecil yang bagian kapasnya juga dibasahi baby oil. Sebagai catatan, banyak dokter tidak menganjurkan pemakaian cotton buds untuk membersihkan telinga bagian dalam, karena berisiko merusak membran timpani dan cenderung mendorong kotoran semakin masuk.
ADVERTISEMENT