Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Lama Tidak Bercinta? Waspada Masuk dalam Pernikahan Tanpa Seks, Moms!
4 November 2018 19:43 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 24 September 2022 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Kapan terakhir kali Anda berhubungan seks dengan suami tercinta, Moms? Coba tanyakan ini pada diri sendiri sebagai pengingat Anda betapa hubungan seks yang sehat dan memuaskan kedua belah pihak sangat penting untuk kehidupan pernikahan.
ADVERTISEMENT
Apalagi setelah punya anak, tanpa keintiman fisik, bisa saja tanpa sadar hubungan Anda dan suami berubah menjadi sekadar sepasang orang tua. Ikatan pernikahan pun bisa jadi taruhannya.
Karena itu, seharusnya setiap pasangan tidak membiarkan keintiman fisik berkurang apalagi sampai hilang dalam kehidupan pernikahan mereka. Memang, kalau terjadi penurunan dalam beberapa tahun pertama pernikahan misalnya, wajar saja. Anda dan pasangan sama-sama butuh waktu untuk beradaptasi dengan bayi yang baru lahir misalnya. Tapi kalau terus-terusan? Pernikahan tanpa seks atau sexless marriage bisa terjadi.
Ini tentu saja tidak sehat. Pernikahan tanpa seks didefinisikan sebagai pernikahan dengan sedikit atau tidak ada aktivitas seksual antara suami dan istri sama sekali. Nah, Moms, yuk, pahami lebih jauh dan cegah hal ini terjadi.
Dilansir New York Times, seorang profesor dari Georgia State University, Atlanta, AS, Denise A Donnelly, menjelaskan bahwa pernikahan tanpa seks bisa terjadi karena beberapa hal yang berbeda-beda pada setiap pasangan. Namun umumnya, hal-hal berikut inilah yang jadi penyebabnya:
ADVERTISEMENT
- Libido atau dorongan seksual yang tidak serasi antara suami dan istri
- Konflik hubungan atau adanya perasaan negatif terhadap pasangan
- Penghentian seks secara pasif atau pasif-agresif
- Kebosanan
- Kelelahan
- Ketidaksetiaan
- Persalinan
- Disfungsi ereksi
- Gangguan hasrat hipo-seksual (dorongan seksual rendah)
- Efek samping obat
- Depresi atau masalah kesehatan mental lainnya
- Riwayat pelecehan seksual yang dialami salah satu pasangan
- Kecanduan pornografi
- Stres yang berlebihan
Sementara Michele Weiner Davis, penulis buku, Sex Starved Marriage, menjelaskan mengapa pernikahan dengan frekuensi seks yang rendah bisa menjadi masalah utama dalam pernikahan.
"Saat seseorang menginginkan lebih banyak sentuhan, kedekatan fisik, lebih banyak seks tapi pasangan lain berpikir tidak ada yang salah dari hubungan mereka, tentu saja pasangan ini jadi tidak nyambung dan keintiman akan cenderung menurun. Ini soal merasa diinginkan, dicintai, dihargai dan merasa terhubung dengan pasangan. Kalau sampai seperti ini, biasanya mereka akan berhenti menghabiskan waktu bersama, berhenti tertawa pada lelucon yang dilontarkan pasangannya, berhenti membuat kontak mata dan akhirnya ikatan di antara mereka benar-benar menghilang sehingga menempatkan pernikahan pada risiko perselingkuhan dan perceraian."
ADVERTISEMENT
Lantas apa yang dapat Anda lakukan?
Sebaiknya, kenali potensi terjadinya pernikahan tanpa seks dalam hubungan Anda. Bicarakan dengan pasangan tentang kurangnya frekuensi seks atau tidak adanya seks dalam pernikahan Anda. Ini mungkin sulit, tetapi sangat perlu.
Anda dan pasangan juga perlu menyadari bahwa mengubah pernikahan tanpa seks jadi penuh gairah lagi juga bukan perkara mudah. Anda berdua harus membuat keputusan dan komitmen untuk memiliki pernikahan yang lebih sehat.
Bila perlu, buat jadwal bercinta. Kedengarannya memang tidak romantis, tetapi bisa sangat membantu jika dilakukan dengan cara yang benar. Anda berdua justru akan memiliki sesuatu untuk dinanti-nanti dengan penuh gairah.
Atau supaya lebih mulus, coba rencanakan kencan atau liburan berdua tanpa anak-anak di mana Anda dan suami dapat melakukan aktivitas baru bersama. Ini bisa memperbarui cinta dan menciptakan percikan yang awalnya Anda berdua miliki.
Kalau Anda merasa belum cukup, pertimbangkan untuk menemui dokter. Siapa tahu ada kondisi medis yang memengaruhi kehidupan seks Anda dan pasangan? Dokter, bisa memberikan solusinya selama Anda dan pasangan mau bersikap terbuka padanya.
ADVERTISEMENT
Selain dokter, Anda bisa mempertimbangkan untuk menemui konselor profesional yang menangani masalah seksual dalam pernikahan. Terapis seks bersertifikat misalnya.
Semua usaha-usaha ini, jauh lebih tepat dan sehat daripada membuat keputusan sembrono untuk mengkhianati pasangan Anda dan menjadi tidak setia sebagai cara menangani rasa frustrasi akan kurangnya seks dalam pernikahan Anda.