Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Moms, seberapa sering Anda minta maaf pada anak ? Jika jarang atau tidak pernah, Anda perlu mulai membiasakannya.
ADVERTISEMENT
Dilansir Psychology Today, menurut psikolog Laura Markham Ph.D, meminta maaf kepada anak saat kita lalai sangat penting. Pasalnya hal ini dapat membuat anak paham pentingnya minta maaf dan menangkap pesan-pesan yang tepat tentang kapan dan bagaimana ia perlu meminta maaf.
Tidak usah khawatir, Moms, Laura menjelaskan, meminta maaf pada anak tidak membuat kita kehilangan wibawa atau membuat anak jadi tidak hormat, kok. Sebaliknya, anak justru akan merasa dihargai sekaligus merasa lebih menghargai kita sebagai orang tuanya.
Lantas, kapan dan bagaimana cara meminta maaf pada anak ? Berikut panduannya:
Minta maaflah sesering mungkin dan lakukan dengan mudah atau ringan. Tidak perlu menunggu sampai ada masalah besar, Moms! Kapan pun melakukan sesuatu yang Anda tidak ingin anak melakukannya, mintalah maaf.
ADVERTISEMENT
Misal, saat Anda lupa masuk pintu kamar tidurnya tanpa mengetuk terlebih dulu. Segera ucapkan, "Maaf ya, Ibu tadi lupa mengetuk pintu kamarmu."
Kalau balita suka tantrum karena masih sulit mengelola emosinya, seharusnya orang tua sudah tak lagi mengalaminya. Ya Moms, kita perlu mampu mengelola emosi -apapun yang anak lakukan. Jadi mintalah maaf saat Anda lepas kendali.
Misalnya dengan bilang, "Ibu tadi marah karena melihat kamu tidak juga mau membereskan mainan, dan ibu berteriak. Maafkan ibu ya, Nak! Ibu tahu, kamu tidak nyaman diperlakukan seperti itu dan ibu akan berusaha lebih sabar. Tapi sekarang hari sudah malam, kamu perlu membereskan mainan-mainan itu."
ADVERTISEMENT
Si kecil menangis keras dan tampak sangat kecewa karena Anda mengaduk cereal yang hendak dimakannya! Sepele, ya? Tapi bila bagi anak ini adalah masalah besar, minta maaflah.
"Ibu benar-benar lupa kalau kamu tidak suka sereal yang ada di dalam mangkuk diaduk. Maaf, ya. Ibu sangat menyesal. Besok ibu akan berusaha ingat, deh! Atau besok kamu mau coba menyiapkan cereal sendiri?"
Pastikan saat minta maaf Anda menjelaskan betul apa yang terjadi dan mengakui dampak tindakan Anda terhadap si kecil. Anak membutuhkan ini, Moms!
Misalnya dengan menjelaskan, "Kita sama-sama sangat kesal, kan? Deo tadi berteriak. Terus ibu mulai berteriak. Lalu Deo mulai menangis. Ibu minta maaf kalau teriakan ibu membuat Deo takut. Ibu memang sangat kesal, tapi seharusnya ibu bisa mengatur emosi Ibu sendiri. Kita tidak boleh berteriak pada orang yang kita cintai."
ADVERTISEMENT
"Ibu berteriak soalnya Deo daritadi disuruh mandi enggak mau!" Ups! Ini contoh yang salah, Moms. Jangan minta maaf pada anak lalu memaafkan diri kita sendiri dengan menyalahkannya. Sebagai orang tua, cobalah bersikap bijak dan beri anak panutan, apa pun yang terjadi.
Anak biasanya suka mengemukakan alasan mengapa ia berbuat salah. Bilang, "Aku pukul dia karena aku mau mainin bolanya tapi dia enggak kasih!" Tentu saja, memukul itu tetap salah dan tindakan salah tidak butuh alasan.
Nah Moms, jika kita ingin anak belajar mengekspresikan kemarahan mereka dengan tepat, kita perlu menunjukkan kepada mereka bagaimana dengan perilaku kita sendiri. Setuju, kan?