Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Nilai-nilai integritas bisa ditanamkan pada anak sejak dini lewat berbagai cara, salah satunya dengan mendongeng. Hal itu dibuktikan lewat Pagelaran Dongeng Jogja 2019 yang diselenggarakan Rumah Dongeng Mentari (RDM). Acara yang digelar pada Minggu (15/9) di Panggung Sekolah Hutan, Pinus Sari, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini juga didukung penuh oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
ADVERTISEMENT
Dalam acara itu, hadir sederet tokoh dongeng nasional, seperti Rona Mentari, Bagoeng Soebardjo, PM Toh, Chiki Fawzi, Kak Resha, Andi Yudha, Awam, dan Syamsudin. Tak ketinggalan, sebagai bentuk dukungan komisi antirasuah pada acara ini, Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang juga hadir dan bahkan ikut mendongeng.
Rona Mentari, pendongeng dan founder RDM mengatakan meski terlihat sederhana dan bisa disampaikan dengan cara yang menyenangkan, mendongeng merupakan cara efektif untuk menyampaikan berbagai nilai kehidupan kepada anak, salah satunya integritas.
"Jadi apa yang kita lakukan hari ini adalah upaya memupuk masa depan baik bangsa ini. Kami optimis terhadap bangsa ini jadi kami menyampaikan nilai-nilai integritas melalui dongeng-dongeng sederhana yang disampaikan sama para penutur terbaik," katanya.
ADVERTISEMENT
Integritas sendiri memang menjadi tema yang dibawa pada acara kali ini. Menanamkan nilai integritas pada anak sejak dini sangat penting, agar si kecil bisa mencapai cita-citanya dengan cara yang tepat.
"Anak kecil punya cita-cita jadi polisi, tentara, presiden, mau jadi guru mereka perlu nilai integritas. Tapi bagaimana cara menanamkan nilai itu tanpa anak-anak merasa digurui, tanpa anak-anak pusing dan membenci kalimat itu yaitu dengan cara menyampaikan cerita kepada mereka," katanya.
Nilai-nilai integritas juga terpancar dari cerita yang dibawakan para pendongeng. Bagoeng Soebardjo misalnya, menceritakan tentang macan yang resah, karena posisinya sebagai raja di Hutan Belantara Nusantara atau Belanus akan digantikan.
"Kemudian kancil yang terkenal pintar ingin membantu sebenarnya kenapa apa masalahnya. Oh bisa jadi ada yang mau gantiin raja hutan nih dan raja hutan ini marah. Mereka akhirnya mencari tahu jawabannya dengan berkeliling hutan untuk vertanya bintang lain," kisahnya.
ADVERTISEMENT
Ternyata tidak ada binatang lain yang mau menggantikan sang raja. Namun di situ, macan mengetahui bahwa ada hewan yang lebih kuat dari dirinya yaitu gajah. Cerita ini berpesan agar anak tidak sombong terhadap orang lain.
"Macan jiper ternyata ada binatang yang lebih kuat dari macan dan dia sadar tidak boleh sombong. Tidak boleh jadi pemimpin sok," katanya.
Acara ini dihadiri oleh 1500 peserta yang terdiri dari ibu dan anak. Mereka tampak antusias, mendengarkan dan berinteraksi dengan para pendongeng di atas panggung.
Salah seorang peserta, Oki Permatasari (40) mengajak kedua putranya yang masing-masing berusia enam dan delapan tahun untuk menghadiri acara dongeng ini. Dia mengatakan dongeng sangat penting bagi anak karena bisa membawa pesan dengan cara yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
"Ini sangat bagus karena disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Lihat saja wajah-wajah sumringah yang ada di sini mereka senang antusias mendengarkannya dan terus imajinasinya mesti berkembang," katanya.
Meski baru pertama kali mengikuti acara ini, Oki mengatakan konsep acara di hutan pinus sangatlah kreatif. Di sini anak-anak dan orangtua jauh lebih segar pikirannya, lantaran bergabung dengan alam.
"Menarik banget konsep di hutan pas kesini kan tadi kita langsung gabung sama alam banyak phon-pohon dan di tempat terbuka kan sudah bebas pikiran kita. Ditambah yang membuat terkesan itu begitu masuk kedalam banyak pesan-pesan yang ditempelkan. Seperti pesan hal yang paling peting cinta," katanya.
Hindra Setiyarini (37) orangt ua yang datang bersama anaknya yang berusia tiga tahun juga mengatakan menikmati acara ini. Mereka senang lantaran pendongeng di sini mempunyai ciri khas tersendiri. Variasi dalam mendongeng inilah yang membuat anak tidak bosan.
ADVERTISEMENT
"Ini macam-macam, sama semua bertutur tapi metode yang mereka pakai berbeda-beda ada yang pakai musik. Yang sebelumnya semuanya suaranya berbeda-beda karakteristiknya berbeda. Ada yang ilustrasi sambil menggambar," ujarnya.
Ya Moms, konsep acara di hutan pinus ini memang sangat menyegarkan. Sambil mendengarkan dongeng, pengunjung bisa mencicipi camilan tradisional seperti pisang kukus, kacang, dan ubi. Ada juga sejumlah pesan positif yang ditempel di pohon-pohon pinus itu.
Menurut Ayu Purbasari, Koordinator Pagelaran Dongeng Jogja 2019, tema acara kali ini adalah Gemah Limpah Loh Critane. Berdiri sejak 2 Agustus 2010 Rumah Dongeng Mentari (RDM) memang bertujuan mempopulerkan budaya mendongeng.
"Kita memang sangat menyakini bahwa dongeng itu adalah sebuah cara menyampaikan nilai-nilai baik dengan media yang tidak menggurui," katanya.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya banyak hal yang menginisiasi kita membuat acara-acara seperti ini. Harapannya biar di luar sana orang akan terbiasa dengan kegiatan mendongeng. Entah dari guru ke anak didiknya dari orang tua ke anaknya itu siapapun lah. Kami ingin mendongeng populer," tambahnya.
Ayu berharap, dengan adanya acara seperti ini, orang dewasa, khususnya orang tua bisa lebih punya komitemen untuk mendongengi anak -anak, karena sebenarnya mendongeng bukan sesuatu yang sulit.
"Semua orang bisa mendongeng. Setiap orang adalah pencerita. Jadi dongeng itu adalah media yang sangat menyenangkan sekali. Hari ini buktinya kita sudah empat tahun ini menyelenggarakan kegiatan Pagelaran Dongeng Jogja di hutan pinus yang jauh sekali dari pusat kota. Tapi kami yakin karena itu kami bisa mendatangkan banyak orang. Dan terbukti semua orang perlu lho cerita semua orang butuh didengarkan butuh mendongeng," tutupnya.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT