Pentingnya Antisipasi Dini Kanker Payudara

13 Desember 2017 14:37 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kanker payudara. (Foto: Waldryano/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker payudara. (Foto: Waldryano/Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kanker payudara telah menjadi salah satu penyakit yang paling diwaspadai khususnya oleh perempuan. Meskipun begitu, tak banyak yang tahu bahwa kanker payudara sudah bisa dideteksi sejak dini.
ADVERTISEMENT
Hal ini diketahui dan dipahami secara mendalam oleh Madelina Mutia, seorang penyintas kanker payudara yang berhasil sembuh dari penyakitnya. Perempuan yang akrab disapa Muti ini mengimbau para perempuan untuk lebih sensitif terhadap kesehatan payudaranya.
Awalnya, Muti harus menjalani pengobatan intensif karena terkena tumor jinak di bagian payudaranya. "Waktu itu sekitar tahun 2006, saya pernah memiliki tumor jinak pada payudara saya. Mengikuti saran dokter, akhirnya tumor itu diambil dan dokter pernah mengatakan bahwa saya harus disiplin kontrol untuk cek payudara setahun sekali, pokoknya tidak boleh terlambat," ungkapnya saat ditemui secara langsung oleh kumparan (kumparan.com) di Multifunction Room, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Saat masih mengidap tumor jinak, ia rutin melakukan pemeriksaan selama enam bulan sekali. Kemunculan kanker baru terjadi lima tahun kemudian dan timbul secara tiba-tiba. "Padahal 6 bulan sebelumnya saya cek, tidak ada apa-apa dan tidak terdeteksi. Kanker itu datangnya seperti maling," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Muti mengatakan bahwa dirinya merasa beruntung, karena mampu mendeteksi kanker payudara pada tubuhnya sejaka dini, sehingga ia langsung bisa mengangkat tumor sekaligus dengan payudaranya. Hal itu dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit.
"Setelah itu, saya menjalai kemoterapi selama 8 kali. Saat itu, semua rambut yang ada pada tubuh saya dicukur hingga botak, dari mulai rambut, alis, bulu mata, semuanya hilang. Kami ini para survivor akan seperti itu kalau sudah kena kanker dan harus kemoterapi," jelasnya.
Lebih lanjut, Muti juga menjelaskan adanya persepsi yang salah pada masyarakat. Pemikiran bahwa setiap orang yang sakit kanker itu pasti meninggal, menurutnya salah besar. Tak jarang juga, masyarakat berpikir bahwa seseorang yang menjalani kemoterapi biasanya akan meninggal, bukan sembuh.
ADVERTISEMENT
Hal itu disebabkan saat seorang pasien sudah mengetahui dirinya kanker, biasanya pasien ini akan dilarang untuk mengonsumsi berbagai makanan, layaknya seseorang yang sedang berdiet. Muti mengatakan bahwa saat seorang pasien masih harus menjalani serangkaian kemoterapi, justru stamina, pikiran dan semuanya harus fit.
Muti saat mengedukasi deteksi kanker payudara (Foto: Instagram/@lovepinkindonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Muti saat mengedukasi deteksi kanker payudara (Foto: Instagram/@lovepinkindonesia)
Muti menceritakan bahwa pada saat kemoterapi, seorang pasien justru boleh makan apapun, tidak boleh diet. Obat kemoterapi nantinya akan membunuh semua sel, baik sel yang baik dan yang jahat, sehingga tubuh pasien membutuhkan asupan untuk membentuk sel-sel baru.
"Kalau kamu diet, akan ada yang tidak seimbang pada tubuh kamu, dan kondisi kamu bisa drop, sehingga kuman akan mudah masuk. Kita tidak kuat untuk fight back dan akhirnya meninggal," ungkap perempuan yang merupakan Founder dari Love Pink Indonesia, sebuah organisasi berbentuk yayasan yang fokus untuk mengkampanyekan deteksi dini kanker payudara.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan kanker adalah kemoterapi, karena berasal dari dunia medis dan sudah teruji. Saat seseorang sudah terdiagnosa kanker dan menjalani masa kemoterapi, dukungan dari sesama survivor rasanya akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan yang lain.
Karena itulah, pada yayasan Love Pink yang ia gagas ini, ada suatu program yang dikhususkan untuk mengunjungi pasien atau berkomunikasi melalui WhatsApp grup, agar sesama survivor bisa membagikan cerita apapun seperti mengeluarkan keluh kesahnya sekaligus berkonsultasi.
Muti dan survivor lainnya seringkali berbagi tips untuk mereka yang sedang menjalankan kemoterapi. "Biasanya saat sedang kemo, mulut kan tidak ada rasa ya. Jadi kami sarankan supaya saat minum menggunakan es batu yang dicairkan dan lebih baik dicelupkan dulu ke dalam air sirup jadi lebih berasa," jelas perempuan yang kini berusia 49 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini kanker payudara masih menjadi penyakit yang masih terus menghantui. Namun, beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegahnya berkaitan dengan pola hidup dan pola makan seseorang. Makanan yang mengandung pengawet, pemanis buatan, yang banyak diproses, dan mengandung banyak perasa adalah makanan yang harus dihindari, atau setidaknya dikurangi.
Selain menjaga pola makan, kunci untuk sembuh sangat bergantung pada pola pikir penyintas kanker. Muti membuktikan sendiri bagaimana pola pikir positif dapat memberikan kekuatan dalam menjalani pengobatan.
"Saya menyadari bahwa kekuatan pikiran dan sikap mental yang positif itu kontribusinya besar sekali untuk kesembuhan seseorang. Dokter boleh kasih obat, orang bisa memberikan semangat. Tapi pikiran kamu yang akan menggerakan semua sel-sel ditubuh kamu dan meregenerasi sel baru. Once, kamu sedih, menangis, meratapi diri, itu yang malah membuat kamu susah sembuh. Semuanya berasal dari diri kita terlebih dahulu," ucap Muti di sela perbincangan.
Logo Kanker Payudara (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Logo Kanker Payudara (Foto: Pixabay)
Muti juga menyarankan seseorang untuk menghindari stres, dengan menyiasatinya. "Stres itu sangat perlu dihindari untuk pencegahan. Di Jakarta, susah memang menghindarinya. Dulu, saya liat macet atau pajangan miring saja, saya udah stres sendiri. Tapi sekarang saya mencoba untuk lebih santai," ceritanya.
ADVERTISEMENT
"Kalau macet, ya cari kesibukan saja, biar tidak terasa, karena sudah tidak bisa diubah keadaannya, Kalau kita stres, under pressure yang berkepanjangan, nanti yang teregenerasi adalah sel-sel yang jahat. Kalau terus menerus begitu, itu bisa memicu kanker," jelas wanita dengan rambut pendek itu.
Sebelum mengakhiri perbincangan, ia menyarankan agar masyarakat, khususnya perempuan, harus rutin SADARI (periksa payudara sendiri), sebaiknya dilakukan satu bulan sekali, di hari ke 7-10 saat menstruasi, dihitung dari hari pertama menstruasi.
Waktu tersebut adalah waktu yang ideal, saat hormon perempuan sedang dalam keadaan stabil. Ia meyakini bahwa kanker payudara tidak mengenal golongan, bahkan anak usia 9 tahun dan kaum laki-laki pun bisa terkena penyakit itu.
Ancaman kanker di Indonesia tengah meningkat. Menurut Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia dan Badan Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa akan peningkatan kasus kanker di dunia sebanyak 300 persen pada tahun 2030, Mayoritas kasus kanker akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui di Indonesia. Pada tahun 2010, penderita kanker payudara menduduki 28,7 persen dari total kasus kanker di Indonesia. Kasus kematian kanker payudara kebanyakan terjadi karena keterlambatan penanganan.