Penyebab Bayi Terlahir dengan Bibir Sumbing

21 Juli 2019 10:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi dengan bibir sumbing Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi dengan bibir sumbing Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Semua ibu tentu ingin bayi yang dikandungnya lahir dalam kondisi fisik yang sempurna. Namun, sebagian bayi terlahir dengan kelainan bawaan. Salah satunya adalah bibir sumbing.
ADVERTISEMENT
Bayi disebut memiliki bibir sumbing bila terdapat celah pada bibir atas, bisa juga di tengah, kanan atau kiri. Sumbing juga bisa terjadi pada langit-langit mulut atau palatum. Hal ini menyebabkan ada hubungan langsung antara hidung dengan mulut.
Pada etnis Asia, angka kejadian bibir sumbing sekitar 2,1 kasus di antara 1000 kelahiran. Di Indonesia sendiri, jumlah pasien bibir dan langit-langit mulut sumbing sekitar 3000-6000 kelahiran per tahun atau 1 kasus per 1000 kelahiran.
Lantas, apa yang menyebabkan bayi terlahir dengan kelainan ini?
Menurut dr Gentur Sudjatmiko SpB, SpBP-RE (K) dalam bukunya yang berjudul Mengenal Sumbing, munculnya bibir sumbing terjadi saat perkembangan embriologi pada minggu ke-5 hingga minggu ke-9 kehamilan.
Ilustrasi ibu hamil. Foto: Pixabay
Pada periode itu, wajah dan bibir atas janin berkembang. Namun karena suatu sebab, jaringan yang seharus menyatu, gagal menyatu pada fase ini. Kegagalan penyatuan jaringan ini yang menyebabkan sumbing pada bibir maupun langit mulut.
ADVERTISEMENT
Nah, sebenarnya para ahli juga tak mengetahui secara jelas penyebab bibir sumbing, Moms. Namun mereka menduga faktor genetik dan penggunaan zat kimia berbahaya (zat teratogen) selama hamil berperan dalam munculnya kelainan ini pada bayi. Zat teratogen terdapat dalam obat-obatan, rokok, alkohol, dan lain sebagainya.
Hasil operasi bibir sumbing Foto: Shutterstock
Penggunaan obat antikonvulsan juga ditunjuk sebagai faktor risiko bayi terlahir dengan bibir atau langit-langit mulut sumbing. Antikonvulsan adalah obat untuk mengembalikan rangsangan sel saraf demi mencegah atau mengatasi kejang. Ibu hamil dengan epilepsi misalnya, memang masih dianjurkan mengkonsumsi obat ini.
Faktor risiko lain adalah ada riwayat sumbing pada keluarga, kedua orang tua berusia di atas 30 tahun, juga ibu kekurangan asam folat, vitamin B6 dan Zinc saat hamil.
ADVERTISEMENT