Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Apakah anak Anda sering berkhayal, Moms? Mulai dari berkhayal tinggal di rumah yang lantainya terbuat dari gulali supaya tidak sakit kalau jatuh, berkhayal punya ayam peliharaan yang banyak agar Anda tidak perlu lagi membeli telur, atau berbagai khayalan lainnya.
ADVERTISEMENT
Tak perlu khawatir, ini wajar, Moms. Ini menunjukkan bahwa anak berada dalam proses berpikir menyelesaikan pemecahan suatu masalah. Bukan cuma itu, anak juga sedang belajar mendapatkan informasi melalui apa yang dilihat, mengobservasi, menanyakan sesuatu, memprediksi dengan berandai-andai, dan mencoba mencari solusi yang ada dalam pikiran anak.
Mengutip tulisan Sikhah, guru Taman Kanak-kanak Pertiwi, Banyumas, Jawa Tengah di laman Sahabat Keluarga Kemdikbud, daya khayal pada usia dini akan berperan dalam kemampuan anak dalam perkembangan intelektual, terutama kemampuannya dalam bidang abstrak.
Karena itu, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan orang tua agar khayalan atau imajinasi anak tidak menimbulkan hal yang negatif. Seperti berakibat terus menerus merengek agar terwujud keinginannya, hendaknya.
ADVERTISEMENT
Apa saja? Simak 5 tips berikut ini:
1. Bangkitkan pengertian
Cobalah mengarahkan pembicaraan menjadi sebuah cerita atau dongeng yang membangkitkan pengertian anak tentang kenyataan dari khayalannya maupun keadaan orang tua yang mungkin belum mampu mewujudkan apa keinginan anak walau dalam bentuk khayalan.
Misal, ”Untuk memelihara ayam yang banyak, kita harus punya lahan yang cukup,” atau bisa juga, ”Kalau lantainya dari gulali, nanti bisa jadi lengket dan penuh semut.”
2. Kembangkan jadi diskusi
Sesungguhnya daya khayal anak mengarah pada kemampuan kreativitasnya dalam berpikir. Ide dan kemampuan berkhayalnya merupakan indikasi bahwa kemampuan abstrak anak mulai berkembang. Hal ini yang akan menentukan kemampuannya di masa mendatang dalam berinovasi dan berkreatifitas.
Untuk mendukung kemampuan anak tersebut, coba kembangkan khayalan anak melalui diskusi kecil untuk menumbuhkan pemahaman dalam cara berpikir apa yang ada dalam imajinasi dan kenyataan yang ada. Selain mendorong perkembangan intelektual anak, cara ini dapat mengasah logika berpikir anak.
ADVERTISEMENT
Misal, "Kenapa kamu tidak ingin ibu membeli telur? Apakah kamu takut uang ibu habis? Selain dengan memelihara ayam supaya tidak usah beli telur, kira-kira apalagi ya, Nak, yang dapat kita lakukan untuk berhemat?"
3. Jangan putus khayalannya
Sebaiknya, Anda tidak memutus khayalan yang diungkapkan anak meskipun terdengar aneh atau ajaib. Hal ini akan mengecewakan anak sehingga anak menjadi tidak tertarik untuk berkhayal kembali, Moms.
Biarkanlah anak menuntaskan imajinasinya tentang rumah berlantai gulali, memelihara banyak ayam, atau apapun yang merupakan ekpresi kemampuannya untuk membayangkan hal masa depan. Imajinasi anak tentang masa depan bahkan dapat menjadi motivasi anak yang dapat mengarahkannya mencapai cita-citanya.
4. Hargai pembicaraan anak
Cobalah menjadi pendengar yang baik saat anak bercerita tentang khayalannya. Lambat laun jika respons orangtua positif dan mampu menjawab pertanyaan kritis anak dengan jawaban kritis, anak akan semakin memahami kondisi sebenarnya.
5. Beri aktivitas yang beragam
ADVERTISEMENT
Berbagai aktivitas menarik dapat membantu anak mengurangi atau meredakan khayalannya terhadap hal-hal yang tidak atau belum bisa diwujudkan. Namun Anda juga tidak perlu menjadi resah bila anak terus berkhayal atau berimajinasi.
Lagipula, banyak kok, hal positif yang dapat kita lihat dari anak yang suka berkhayal. Mulai dari membantu perkembangan bahasa anak dengan seringnya bertanya dan mengemukakan ide-ide khayalannya, melatih berpikir logis, belajar dalam memecahkan masalah hingga membantu dalam berpikir menggunakan simbol.
Jadi bila anak menceritakan khayalan barunya lagi, katakan saja pada anak, ”Amin, semoga bisa terwujud ya, Sayang.”