Yuk, Tambah Wawasan Anak dengan Menjelaskan 5 Hal Tentang Hari Waisak

19 Mei 2019 11:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi keluarga Buddha Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga Buddha Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hari ini, Minggu (19/5) adalah Hari Raya Waisak 2563 BE. Keluarga Anda mungkin tidak merayakannya. Atau malah tidak menyadari karena tahun ini Waisak jatuh pada hari Minggu sehingga terasa seperti akhir pekan biasa saja?
ADVERTISEMENT
Meski demikian, tidak ada salahnya mengetahui lebih jauh tentang apa dan bagaimana peringatan Waisak. Ini dapat menambah wawasan Anda sekeluarga sekaligus membantu anak mendalami materi pelajaran di sekolah tentang keberagaman.
Apalagi sesuai dengan data sensus penduduk Badan Pusat Statistik terakhir (2010) di Indonesia ada sekitar 1.7juta jiwa pemeluk agama Buddha. Bisa saja salah satunya tetangga, teman sekolah, atau rekan kerja si kecil saat ia kelak dewasa.
Sementara di dunia, pemeluk agama Buddha diperkirakan mencapai 500 juta hingga 1 miliar jiwa. Artinya, anak juga dapat belajar tentang budaya dan tradisi agama lain, sehingga dapat memahami perbedaan dan persamaan antara keluarganya dengan orang lain. Kemampuan ini akan menumbuhkan rasa empati dan toleransi, Moms.
ADVERTISEMENT
Bagaimana caranya? kumparanMOM merangkum hal-hal yang dapat Anda pelajari bersama anak terkait Hari Raya Waisak bersama Romo Suherman Widjaja dari Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (MAGABUDHI) Tangerang Selatan:
Sejumlah biksu melakukan ziarah di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (18/5). Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Apa itu Waisak?
Waisak, adalah hari raya utama bagi umat Buddha karena di hari inilah mereka memperingati tiga peristiwa suci dalam kehidupan Guru Agung Buddha Gautama, atau disebut sebagai Trisuci Waisak. Tiga peristiwa ini terjadi tepat pada saat bulan purnama sidhi (purnama penuh sempurna) di bulan Waisak, pada tahun yang berbeda-beda sebelum masehi (SM).
Peristiwa suci pertama, adalah lahirnya bayi Siddharta calon Buddha pada tahun 623 SM di Kapilavasthu, Nepal. Bayi Siddharta dilahirkan memiliki 32 tanda dari seorang Mahapurisa yang artinya "orang besar” dan kemudian hari menjadi Buddha dan dikenal dengan Buddha Gautama.
ADVERTISEMENT
Diceritakan bahwa langit menjadi sangat cerah dan jernih, bunga-bunga bermekaran dan burung-burung bernyanyi, para naga muncul di angkasa menyemprotkan dua aliran air yang murni (yakni air panas dan air dingin), yang dengan lembut memandikan bayi kecil tersebut.
Peristiwa suci kedua, adalah peristiwa pertapa Siddharta Gautama mencapai Pencerahan atau Penerangan Sempurna menjadi Buddha, yaitu pada tahun 588 SM di Bodhgaya, India. Pencapaian (tingkat kebudhaan) ini, adalah hasil dari perjuangan Beliau melalui pelatihan diri yang luar biasa dengan meditasi yang khusyuk sehingga berhasil menembus 4 Kesunyataan atau Kebenaran Mulia dengan jelas dan terang.
Peristiwa suci ketiga adalah wafatnya Buddha Gautama pada tahun 543 SM di usia 80 tahun di Kusinara, India. Beliau wafat (parinibbana), dengan meninggalkan pesan agar para siswa-Nya memandang ajaran Beliau sebagai guru mereka.
Ilustrasi kalender Foto: Shutterstock
Kenapa setiap tahun Hari Waisak tanggal berubah?
ADVERTISEMENT
Ketiga peristiwa Trisuci Waisak terjadi pada bulan Vesakha pada kalender Buddha yang dipercaya dapat memperhitungkan gerakan bulan dan gerakan matahari sekaligus.
Karena perhitungannya kalendernya berbeda dengan perhitungan kalender masehi maka hari Waisak berbeda-beda setiap tahun jika dibandingkan penanggalan masehi. Tapi akurasinya tampak dari setiap hari Waisak yang biasanya jatuh pada bulan Mei atau awal Juni pasti akan bulan purnama, dan saat detik Waisak itu pasti bulan purnama penuh.
Hari Waisak yang diperingati tahun ini pada 19 Mei 2018, merupakan hari Waisak 2563 Buddhist Era (BE). Perhitungan kalender Buddha ini dimulai dalam sejarah sejak wafatnya Sang Buddha. Tahun 1 BE (Buddhist Era) adalah pada tahun 544 SM.
ADVERTISEMENT
Perhitungan kalender ini dapat jadi kesempatan Anda untuk menjelaskan pada anak tentang berbagai perhitungan kalender yang ada di dunia, Moms. Seperti kalendernnBCE yang merupakan singkatan dari Before Christ Era atau SM (Sebelum Masehi), kalender Islam dikenal singkatan H yang merupakan singkatan dari Hijriah dan lainnya.
Sejumlah biksu melakukan ziarah di Candi Borobudur. Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Seperti apa Hari Raya Waisak diperingati?
Sebenarnya esensi dari Trisuci Waisak bagi umat Buddha adalah memperingati hari penting tentang ajaran yang agung dari Buddha. Namun kini, Waisak juga diwarnai dengan perayaaan melalui berbagai kegiatan yang penuh sukacita. Biasanya berupa tari-tarian dan menyanyikan lagu Buddhis yang syairnya berupa kutipan ajaran Buddha Dharma.
Aktivitas lain yang juga kerap mengisi hari Waisak adalah berbagai kegiatan sosial atau berbuat kebajikan dengan membantu orang lain.
ADVERTISEMENT
Ada juga sekte Buddhis yang mengisi hari Waisak dengan ritual memandikan rupang Buddha. Ritual ini terinspirasi dari fenomena kelahiran bayi Siddharta. "Walaupun ini sebenarnya tidak tepat, karena bayi Siddharta atau bayi calon Buddha belum menjadi Buddha," ujar Suherman yang juga merupakan dosen Ilmu Manajemen di beberapa perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Anak juga ikut merayakan Hari Raya Waisak Foto: shutterstock
Apakah anak-anak ikut memperingati Waisak?
Tentu saja! Ada banyak kegiatan yang dapat melibatkan anak dalam peringatan hari Waisak. Misalnya berbagai lomba khas anak-anak, menggambar, mewarnai, mendengarkan cerita, menghias atau menyalakan lampion, hingga pemakaian atribut-atribut Buddhis.
Sejumlah umat Budha mengikuti kirab saat prosesi kirab Waisak 2563 BE/2019 di kawasan Candi Borobudur. Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Di mana kita bisa melihat peringatan Waisak?
Rangkaian peringatan Waisak dilakukan di mana-mana. Tapi ada beberapa tempat di Indonesia di mana rangkaian peringatan ini dilakukan secara besar-besaran dan ritual peribadatannya dapat disaksikan oleh masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Antara lain di Temanggung, Grobogan, Candi Mendut dan di Candi Borobudur, Jawa Tengah. Di Candi Borobudur, pada akhir ritual, biasanya umat Buddha akan melepas lentera atau lampion ke udara sebagai tanda harapan akan cahaya kedamaian yang menyinari dunia.
Tidak heran kalau rangkaian peringatan ini biasanya jadi acara yang juga dinanti-nanti oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Kalau Anda termasuk yang ingin menyaksikannya, pastikan Anda mematuhi aturan dan tetap menjaga kekhusyukan peribadatan mereka ya, Moms.
Ingin mengajak si kecil ikut serta menyaksikannya? Pastikan Anda sudah memberitahu anak bahwa ia perlu tetap menjaga sikap dan menghormati umat yang tengah beribadah meski ia melihatnya seperti sebuah festival yang meriah.
Selamat Hari Raya Waisak Foto: Shutterstock
Apa yang biasanya diucapkan pada hari Waisak?
ADVERTISEMENT
Tidak ada kalimat khusus yang digunakan untuk mengucapkan selamat di hari Waisak, karena sesungguhnya Waisak adalah pengingat bagi umat Buddha untuk terus menjaga ajaran Buddha Dharma.
Umat Buddha sendiri, biasanya mengucapkan syair berikut pada peringatan Waisak:
Atthana Rakkhati, Saranam Dhammam, Annanam Saranam, Dhammam Lokhiya Rakhati. Artinya: Tiada Perlindungan yang Aman di Dunia ini, Kecuali Dhamma yang Dipraktekkan dengan Ketulusan Hati.
Setelah itu, mengucapkan: Selamat Memperingati Hari Raya Waisak, Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata (semoga semua mahluk berbahagia). Sadhu, sadhu, sadhu.
Jadi bila ingin mengucapkan selamat, kita bisa mengatakan: Selamat Memperingati Hari Raya Waisak!