Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
4 Faktor yang Dongkrak Sudrajat-Syaikhu: Swing Voters hingga Mesin PKS
28 Juni 2018 15:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil quick count Pilgub Jabar 2018 , paslon Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) berhasil menduduki posisi kedua dengan perbedaan suara hanya 2-3 persen dari paslon di posisi pertama. Padahal, dalam berbagai survei elektabilitas pasangan Asyik selalu berada di posisi ketiga, jauh di bawah Ridwan Kamil-Uu Ruhzanul Ulum dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.
ADVERTISEMENT
Pengamat politik Universitas Padjadjaran Firman Manan mengaku tidak terkejut dengan hasil quick count tersebut. Sebab, selama dua pilgub sebelumnya, Jawa Barat memang selalu memberikan kejutan.
"Kaget sih enggak ya, artinya begini kita punya pengalaman kalau pemilih Jabar itu memang agak unpredictable ya," ujar Firman pada kumparan, Kamis (28/6/2018).
Firman menganalisa, setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan suara Asyik bisa terdongkrak begitu pesat di hari pencoblosan.
1. Swing voters mengalihkan suara ke Sudrajat-Syaikhu
Firman menjelaskan, ada berbagai survei yang diadakan sebelum pemilihan, jumlah swing voters atau undecided voters selalu besar bahkan mencapai angka 20-30 persen. Ia menduga, mereka akhirnya menyalurkan dukungan kepada Asyik di bilik suara dan menyebabkan lonjakan suara besar untuk pasangan yang diusung oleh PAN, PKS, dan Gerindra tersebut.
ADVERTISEMENT
"Nah, swing voters itu karakteristiknya meyakini pilihannya di akhir-akhir. Siapa pasangan calon yang bisa memanfaatkan saat terakhir itu, mempersuasi, maka akan mendapat insentif suara. Di sini, Asyik optimal," ujar Firman.
2. Faktor Aher dan kerja mesin PKS
Militansi kader PKS sudah bukan hal baru. Menurut Firman, militansi ini juga yang menjadi faktor besar pendongkrak suara Asyik hingga mampu menyalip pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi. Apalagi, ada momentum mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (Aher), yang dianggap bisa menyatukan para kader PKS untuk memenangkan Asyik.
"Kalau menurut saya, ini memang soal elektabilitas mesin partai. Karena, secara popularitas udah enggak ngejar. Jangan lupa ada momentum Kang Aher menyelesaikan masa jabatan gubernur, Aher tokoh PKS dan mampu menggerakkan partai dan PKS ini kan sudah terkenal solid," ujar Firman.
ADVERTISEMENT
Militansi PKS terasa dalam tiga hari masa tenang, saat semua simpatisan dan kader dengan militan membombardir media sosial dan juga bergerak dari pintu ke pintu mengajak untuk memilih Asyik.
3. Dukungan dari parpol dengan kantung suara besar di Jawa Barat
Salah satu faktor lain yang mendongkrak suara Asyik di detik-detik terakhir adalah efektivitas dari parpol pendukung untuk memanfaatkan area dengan jumlah suara besar seperti di Bogor, Depok, dan Bekasi. Di Kabupaten Bogor saja, jumlah pemilih bisa mencapai tiga juta lebih dan menjadi daerah dengan pemilih terbanyak.
"Area megapolitan seperti Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan Kota Bogor, intinya megapolitian ini tinggi (suaranya) dan tergantung siapa yang bisa mempengaruhi di situ. Asyik di sana masih dominan, sedangkan di daerah lain itu masih Rindu," ujar Firman.
ADVERTISEMENT
4. Kegagalan lawan tandingnya menangkal kampanye hitam
Meski diunggulkan dari awal, pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruhzanul Ulum dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dinilai tidak bisa meng-counter serangan black campaign yang ditujukan pada keduanya. Hal tersebut menjadi salah satu faktor naiknya suara pasangan Asyik di hari pemilihan.
"Di akhir itu kampanye hitam sangat masif. Terlepas siapa yang produksi, karena isunya itu terkait isu identitas seperti LGBT, Syiah, musyrik. Artinya, ada insentifnya adalah ke Asyik, dan tembakannya ke Rindu (Ridwan Kamil-Uu Ruhzanul) dan Deddy-Dedi," jelas Firman.
Firman juga menyebut, pasangan Rindu bisa selamat dan memenangi quick count karena dukungan golongan pemilih milenial yang gagal 'digarap' oleh Asyik. Sehingga, pasangan Deddy-Dedi menjadi yang paling terkena dampaknya karena tidak memiliki basis suara yang kuat.
ADVERTISEMENT
Reporter: Ferry Fadhlurrahman