Anak SMA Banyak Punya Akun Abal di Medsos untuk Pantau Pacarnya

9 Februari 2018 17:06 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi UU ITE (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi UU ITE (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Dalam menggunakan media sosial saat ini harus berhati-hati. Bukan saja saat memposting foto tapi dalam memberikan caption juga harus berhati-hati.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Fadil Imran, dunia maya bukan dunia ghoib yang tanpa bentuk. Karena jika pengguna sosial memposting foto dan memberi caption yang tak sesuai norma maka akan ditindak.
"Penggunaan kata-kata dunia maya tidak boleh lagi sekarang. Karena ada sebagian orang menafsirkan dunia maya itu dunia ghoib tanpa bentuk. Ya bukan alam nyata," kata Brigjen Fadil Imran di acara diskusi bertajuk "Melawan Hoax dengan Budaya Literasi dan Bermedia Sosial yang Sehat", Jumat (9/2).
"Salah besar, kami bisa tangkap itu. Jadi ini harus diubah mindset ini. Dunia internet ada normanya. Ini yang perlu terus kita literasi," lanjut dia.
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
Fadil Imran menambahkan ketika dirinya berkeliling SMA di Jakarta, ia merasa kaget. Kenapa? Ternyata banyak anak-anak SMA yang punya akun media sosial yang abal-abal.
ADVERTISEMENT
"Saya keliling SMA di Jakarta, apakah kamu punya akun abal-abal, mereka bilang punya, ini tantangan buat kita semua. Saat ditanya buat apa, untuk mematai pacarnya," ucap Fadil Imran.
Ditambahkan Fadil, ada beberapa perbuatan yang dapat dipidana akibat mengunggah sesuatu ke media sosial. Meski belum ada di dalam Undang-undang ITE.
"Contoh ada orang pasang meme kebakaran karena truk tangki terguling di Afrika. Lalu dia buat meme, inilah kekejaman rezim terhadap Muslim Rohingya Myanmar. Ini kan provokasi nih," jelasnya.
Untuk itu, Polri membuat Satuan Tugas (Satgas) bernama Nusantara. Satgas ini dibentuk untuk meminimalisir penggunaan isu primordialisme dalam kampanye pilkada serentak 2018. Fadil Imran mengimbau agar masyarakat tak menggunakan isu primordialisme dalam pilkada tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Kami juga berkoordinasi dengan seluruh masyarakat, KPU, dan Bawaslu, agar seluruh rangkaian pemilihan gubernur, wali kota, bupati, ini bisa berjalan dengan fair," tutur Fadil Imran.