Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Anwar Ibrahim Singgung Kondisi Malaysia Beda Indonesia di Pilpres 2019
21 Mei 2018 9:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Kekalahan Najib Razak dalam pemilu Malaysia dari Mahathir Mohamad dianggap akan menjadi preseden dalam pemilihan presiden di Indonesia pada 2019. Kubu oposisi di tanah air menganggap petahana, dalam hal ini Presiden Joko Widodo, bukan sesuatu yang mustahil dikalahkan.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang menyerukannya adalah kubu PKS yang mengusung Prabowo untuk menghadapi Jokowi pada pemilu, dengan menggemakan jargon #2019GantiPresiden.
"Mahathir menang, semakin pede ngalahin Jokowi? Saya yakin begitu (menang), 92 tahun aja bisa menang apalagi Pak Prabowo baru 60-an tahun. Percaya diri dong," kata Sohibul di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Sabtu (12/5).
kumparan mewawancarai Anwar Ibrahim sebagai salah satu tokoh utama koalisi penguasa Malaysia soal sikap tersebut. Menurut politisi yang kini akur dengan Mahathir Mohamad tersebut, pemilu bukan sekadar perebutan kekuasaan.
Anwar sendiri saat ditanya mengenai perbandingan kondisi Malaysia dan Indonesia, dalam hal ini Najib dan Jokowi di 2019 mendatang, menilai ada hal yang berbeda.
"Yang kami ajukan bukan sekadar penggantian tokoh. Politik ini bagi saya bukan persaingan, perebutan kekuasaan di kabinet," kata Anwar yang ditemui di Jakarta, Minggu (20/5).
ADVERTISEMENT
"Tapi yang kami pentingkan adalah program pembangunan, menghentikan korupsi, dan menjaga kesejahteraan rakyat," kata pemimpin Partai Pakatan Rakyat (PKR) ini lagi.
Pemberantasan korupsi memang menjadi visi utama pemerintahan Mahathir yang disokong koalisi dengan PKR di Malaysia. Salah satu langkah pertama setelah Mahathir terpilih perdana menteri adalah dimulainya kembali penyelidikan megakorupsi 1MDB terhadap Najib Razak.
Menurut Anwar, korupsi harus terlebih dulu diberantas, baru setelah itu memperkuat pertumbuhan ekonomi demi pemerataan kesejahteraan rakyat.
"Korupsi itu menjalar dan harus dicekal dari sekarang. Kemudian program ekonomi, walau ekonomi Malaysia relatif baik, dibangun dan dipacu dengan meyakinkan, tetapi tidak menjaga kesejahteraan rakyat," kata Anwar kepada kumparan.
"Jurang kesenjangan semakin melebar, semua program-program (sebelumnya) hanya untuk keuntungan kelompok kecil. Jadi ini juga harus diperbetulkan," kata pria 70 tahun ini lagi.
ADVERTISEMENT
Anwar Ibrahim kembali ke kancah perpolitikan Malaysia setelah dibebaskan dari penjara pekan lalu. Dia melakukan rekonsiliasi dengan Mahathir untuk membentuk koalisi demi menggulingkan kepemimpinan Najib Razak yang diduga korup.
Anwar juga digadang akan menjadi Perdana Menteri Malaysia setelah Mahathir menyerahkan jabatannya.
Ke Indonesia, Anwar Ibrahim bertemu dengan mantan Presiden RI ke-3 BJ Habibie . Kedua tokoh bangsa ini berkomitmen meningkatkan kerja sama kedua negara.
Simak transkrip lengkap wawancara khusus Anwar Ibrahim di sini .