Boeing Sembunyikan Kesalahan Sistem Kendali di Pesawat Lion Air JT-610

14 November 2018 12:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Boeing 737 Max 8 (Foto: Dok. Boeing)
zoom-in-whitePerbesar
Boeing 737 Max 8 (Foto: Dok. Boeing)
ADVERTISEMENT
Boeing dituduh menyembunyikan kerusakan sistem kendali yang terdapat di kokpit pesawat Boeing 737 MAX. Kerusakan sistem ini diduga jadi salah satu penyebab jatuhnya Lion Air JT-610 yang menewaskan 189 orang bulan lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut para ahli penerbangan, pejabat FAA (Badan Aviasi Federal AS), dan pilot yang terlibat dalam penyelidikan JT-610 kepada Wall Street Journal (WSJ), Selasa (13/11), hal ini baru disampaikan Boeing dalam buletin keselamatan penerbangan seminggu setelah kecelakaan Lion Air terjadi. Sumber WSJ mengatakan, jika Boeing memberitahukannya lebih dulu bisa jadi insiden bisa dihindari.
Kerusakan sistem itu terdapat pada sistem pencegahan mati mesin yang baru diaplikasikan pada Boeing 737 MAX 8 dan 9. Sistem ini tidak ada di 737 versi sebelumnya sehingga tidak familiar di kalangan penerbang.
Sistem baru ini memiliki sensor yang akan menyala jika pilot tidak sengaja menaikkan hidung pesawat terlalu tinggi sehingga membahayakan penerbangan.
Yang akan dilakukan sistem ini kemudian adalah mendorong hidung pesawat turun dengan keras. Dalam skenario ini, kecelakaan bisa terjadi. Menurut buletin Boeing, sistem ini bisa mendorong hidung pesawat terlalu dalam, membuat pesawat menukik tajam lalu jatuh.
Boeing 737 Max 8 (Foto: Dok. Boeing)
zoom-in-whitePerbesar
Boeing 737 Max 8 (Foto: Dok. Boeing)
Dalam kasus pesawat Lion Air bernomor ekor PK-LQP, diduga ada kerusakan data dalam sistem ini yang membuat sensor menyala kendati hidung pesawat tidak naik.
ADVERTISEMENT
Padahal menurut buletin Boeing, kerusakan sistem ini bisa dihindari jika pilot segera mematikan sistem tersebut untuk memulihkannya.
Pengungkapan Boeing mengejutkan para ahli penerbangan dan pilot. Sistem ini tidak pernah diberitahukan sebelumnya kepada maskapai atau penerbang. Hal ini memicu protes dari para pilot.
Pasalnya sistem pada MAX 8 berbeda dengan versi 737 sebelumnya yang tidak secara otomatis menurunkan hidung pesawat. Untuk 737 versi lama, Boeing melakukan pelatihan selama bertahun-tahun untuk pengoperasian sistem ini. Pilot wajib menghafal cara mengatasinya, namun tidak dengan MAX 8.
"Sangat konyol menempatkan sebuah sistem di pesawat dan tidak memberitahu pilot yang mengoperasikannya, terutama jika berkaitan dengan kendali penerbangan. Mengapa mereka tidak diberikan pelatihan?" kata Kapten Mike Michaelis, ketua komisi keselamatan di Allied Pilots Association.
ADVERTISEMENT
Salah satu pejabat FAA kepada WSJ mengatakan sebelumnya Boeing tidak pernah menyoroti permasalahan ini dalam semua silabus pembelajaran atau diskusi dengan maskapai dan regulator soal 737 MAX 8 sebelumnya.
Suasana Pelatihan Pilot Pesawat Lion Air Boeing 737 di Bandara Mas Angkasa Training Center, Cikokol, Tangerang. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Pelatihan Pilot Pesawat Lion Air Boeing 737 di Bandara Mas Angkasa Training Center, Cikokol, Tangerang. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Boeing baru mengubah silabus pembelajaran soal pesawat mereka seminggu usai insiden Lion Air JT-610. Menurut Direktur Angkasa Training Center (ATC) Lion Air, Dibyo Soesilo, ada tiga materi tambahan yang diberikan Boeing, yaitu runaway stabilizer, airspeed unreliable, dan recovery training.
Runaway stabilizer ini, kata Dibyo pada Senin (12/11), merupakan pelatihan kepada pilot untuk mengatasi situasi ketika hidung pesawat tiba-tiba turun tanpa diperintah.
Dibyo menyebut, penambahan materi ajar itu memang khusus dilakukan karena permintaan Boeing. “Artinya begini, simulator ada pelatihan namanya A, B, C, D, ditambahkan dari yang tidak ada, Ini harusnya normalnya tidak terjadi apa-apa, kejadian ini karena ada arahan dari Boeing harus ada pelatihan ini,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Pekan lalu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan adanya kerusakan sensor pesawat bernama Angle of Attack (AOA). AOA ini menunjukkan kemiringan pesawat yang menjadi dasar penghitungan kecepatan pesawat.
Sejauh ini telah ada 200 Boeing 737 MAX yang dikirimkan ke maskapai di seluruh dunia. Pihak Boeing tidak merespons mengapa sistem kendali baru ini dirahasiakan. Namun mereka mengaku yakin dengan sistem keselamatan 737 MAX.
"Kami mengambil semua langkah untuk memahami seluruh aspek dalam insiden ini, bekerja sama dengan tim penyidik dan seluruh otoritas regulator yang terlibat. Kami meyakini aspek keselamatan 737 MAX," ujar pernyataan Boeing.