Lion Air Ubah Materi Pelatihan untuk Pilot Usai Jatuhnya JT-610

12 November 2018 16:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Pelatihan Pilot Pesawat Lion Air Boeing 737 di Bandara Mas Angkasa Training Center, Cikokol, Tangerang. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Pelatihan Pilot Pesawat Lion Air Boeing 737 di Bandara Mas Angkasa Training Center, Cikokol, Tangerang. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Penyelidikan sementara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terhadap jatuhnya Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT-610, mengungkap adanya masalah pada indikator penunjuk kecepatan (airspeed indicator) pesawat Boeing 737 Max 8 tersebut.
ADVERTISEMENT
Usai adanya masalah itu, Boeing selaku pabrikan pesawat, meminta pusat pelatihan yang dimiliki Lion Air Group yakni Angkasa Training Center (ATC), untuk mengubah silabus pembelajaran bagi pilot. Salah satu penambahan materi ajar yakni terkait penanganan masalah airspeed (airspeed unreliable).
Direktur ATC Lion Air, Dibyo Soesilo, mengatakan, materi airspeed unreliable itu termasuk dari 3 materi tambahan baru yang diberlakukan Boeing sejak 5 November lalu.
“(Materi barunya) ada runaway stabilizer, airspeed unreliable, dan recovery training,” kata Dibyo di ATC Lion Air, Balaraja, Tangerang, Senin (12/11).
Suasana Pelatihan Pilot Pesawat Lion Air Boeing 737 di Bandara Mas Angkasa Training Center, Cikokol, Tangerang. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Pelatihan Pilot Pesawat Lion Air Boeing 737 di Bandara Mas Angkasa Training Center, Cikokol, Tangerang. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Runaway stabilizer merupakan pelatihan kepada pilot untuk mengatasi situasi ketika hidung pesawat tiba-tiba turun tanpa diperintah. Sementara itu recovery training melatih pilot untuk mengendalikan pesawat di berbagai situasi. Dibyo menyebut, penambahan materi ajar itu memang khusus dilakukan karena permintaan Boeing.
ADVERTISEMENT
“Artinya begini, simulator ada pelatihan namanya A, B, C, D, ditambahkan dari yang tidak ada, Ini harusnya normalnya tidak terjadi apa-apa, kejadian ini karena ada arahan dari Boeing harus ada pelatihan ini,” ucapnya
Suasana Pelatihan Pilot Pesawat Lion Air Boeing 737 di Bandara Mas Angkasa Training Center, Cikokol, Tangerang. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Pelatihan Pilot Pesawat Lion Air Boeing 737 di Bandara Mas Angkasa Training Center, Cikokol, Tangerang. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Sebelumnya, KNKT mengungkapkan dari penyelidikan sementara terhadap black box flight data recorder (FDR) Lion Air PK-LQP, terdapat masalah di penunjuk kecepatan (airspeed indicator) di empat penerbangan sebelum jatuh di perairan Karawang pada 29 Oktober lalu.
Selain itu juga terdapat perbedaan dua indikator penunjuk sikap atau Angle of Attack (AOA) pada pesawat Lion Air. Perbedaan penunjuk AOA itu berkaitan dengan kerusakan penunjuk kecepatan Lion Air. Namun, masalah itu belum bisa dipastikan sebagai penyebab jatuhnya pesawat yang mengangkut 181 penumpang dan 8 awak itu.
ADVERTISEMENT