Capim KPK Johanis Mengaku Sebagai Jaksa Sering Ditawari Uang

28 Agustus 2019 13:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Johanis Tanak mengikuti tes wawancara dan uji publik capim KPK di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu, (28/8). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Johanis Tanak mengikuti tes wawancara dan uji publik capim KPK di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu, (28/8). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Calon Pimpinan (capim) KPK dari unsur jaksa, Johanis Tanak, banyak menjawab pertanyaan panitia seleksi (pansel) terkait dengan korupsi di tubuh kejaksaan. Salah satunya mengenai kasus teranyar keterlibatan jaksa yang notabene merupakan pengawal proyek Pengamanan Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D).
ADVERTISEMENT
Pertanyaan itu ditanyakan oleh anggota pansel Al Araf, apakah program itu bagus untuk terus dilakukan atau tidak, sebab jadi area baru korupsi bagi jaksa.
"Kalau menurut hemat saya TP4 baik karena tujuan pembangunan nasional dicanangkan atau diamanatkan APBN dan APBD itu dikawal supaya anggaran pemerintah bisa terwujud dan terimplementasi," kata Johanis di Kemensetneg, Jakarta Pusat, Rabu (28/8). Johanis adalah Direktur Tata Usaha Negara pada JAM Perdata dan Tata Usaha Negara Kejagung.
Menurutnya, program itu harus tetap ada. Permasalahan adanya korupsi di sektor itu, kata dia, tak bisa digeneralisir kepada semua proyek yang diawasi kejaksaan.
Johanis Tanak mengikuti tes wawancara dan uji publik capim KPK di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu, (28/8). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Hemat saya tergantung pelaksana jaksa, mungkin saja jaksa tidak punya integritas sehingga terjadi penangkapan. Jadi tidak bisa digeneralisasi," kata dia.
ADVERTISEMENT
Al Araf melanjutkan pertanyaannya terkait maraknya OTT terjadap jaksa dalam beberapa waktu belakangan. Ia bertanya apakah kasus korupsi di kejaksaan merupakan hal yang serius atau bukan.
Johanis pun menjawab bahwa kembali lagi, perilaku korup jaksa dikembalikan kepada pribadi jaksa tersebut apakah memiliki integritas atau tidak.
"Kembali lagi keseriusan pimpinan belum tentu ditanggapi positif oleh para jaksa. Kalau serius ya sangat serius (mengatasi kasus korupsi)," kata dia.
"Menurut saya integritas kepribadian yang kurang. Kalau punya integritas tidak akan melakukan (korupsi). Saya sering ditawarkan sejumlah uang, tapi saya tidak terima," pungkasnya.