Dalih Pemerintah China Penjarakan Muslim: Pendidikan Warga Negara

10 September 2018 4:58 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uighur (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Uighur (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
Kebijakan Pemerintah China membuat kamp khusus untuk warga minoritas Islam yang dituduh ekstremis menyedot perhatian. Kamp konsetrasi warga Muslim ini disebut memiliki tujuan untuk mentransformasi apa yang disebut pemerintah sebagai "mereka yang terjangkit paham radikal" agar tidak mengganggu keteraturan sosial dan politik di tangan Partai Komunis China.
ADVERTISEMENT
Laporan Associated Press menyebutkan bahwa ribuan minoritas Muslim Uighur serta beberapa warga asing dari Kazakhstan ditahan di penjara yang terletak di Kota Xinjiang. Kehidupan penjara dikelola seperti pusat pendidikan yang berisikan materi cuci otak tentang pelajaran ideologi negara China.
Kementerian Luar Negeri AS memperkirakan terdapat puluhan ribu orang yang ditahan di penjara sejenis. Stasiun televisi di Turki yang dioperasikan oleh para pelarian dari Xinjiang menghitung ada 900 ribu tahanan.
The New York Times mengutip sebuah dokumen pemerintah yang mengungkapkan maksud keberadaan kamp untuk "mentransformasi masyarakat melalui pendidikan". Pemerintah khawatir jika ekspresi identitas minoritas Muslim Uighur bisa dijadikan kedok paham ekstremisme hingga terorisme.
"Setiap orang yang terjangkit dengan virus ideologi harus dikirim 'pusat perawatan kependudukan' melalui pendidikan transformatif guna mengantisipasi penyakit yang kemungkinan muncul," tulis dokumen resmi partai di kota Hotan, Xinjiang.
ADVERTISEMENT
Namun, tujuan tersebut dianggap tidak masuk akal oleh beberapa pihak. Peneliti dari Xinjiang Party School. Qiu Yuanyuan, mengatakan bahwa perlakuan pemerintah justru bisa memicu paham kekerasan. "Metodologi yang ditetapkan secara serampangan dalam pendidikan ini digunakan dengan salah," tulis Yuanyuan.
China memang tengah dijangkiti fobia terhadap kelompok minoritas. Sebuah peraturan pemerintah yang terbit menulis "75 tanda ektremis agama," di antaranya memelihara janggut, beribadah di luar tempat masjid, dan tiba-tiba berhenti merokok serta minum minuman keras.
Namun, laporan kamp cuci otak ini dibantah oleh pemerintah China. Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian kepada kumparan, Rabu (30/5) membantah adanya penjara bagi ribuan umat Islam di Xinjiang. Dia bahkan menyebut berita itu palsu. "Itu berita palsu. Laporan itu direkayasa," kata Xiao.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan bahwa sebanyak 21 juta Muslim di China hidup harmonis dengan pemeluk agama lain, termasuk di Xinjiang. "Muslim di China ada di bawah perlindungan hukum China, mereka hidup dengan harmonis," kata Xiao.