Di Madinah, Cinta Mak Cum untuk Kakek Mahmud Tak Luntur

20 Juli 2019 12:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mak Cum (kanan) saat menemani kakek Mahmud di kamar hotel di Madinah, Arab Saudi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mak Cum (kanan) saat menemani kakek Mahmud di kamar hotel di Madinah, Arab Saudi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
ADVERTISEMENT
Kalsum Litiloli duduk di tepian ranjang kamar hotel Saraya Amal, Madinah, sembari mengusapi kaki suaminya, Mahmud Sopamena, dengan minyak tawon. Sebelum diusapi kakinya, Mahmud terus mengigau sambil terpejam matanya. Tidak lama kemudian, dia terlelap nyenyak.
ADVERTISEMENT
"Kakinya dingin, diusap-usap minyak tawon baru tidur," kata Kalsum yang akrab disapa Mak Cum kepada kumparan, Jumat (19/7).
Mahmud, 87, sedang menderita luka. Di pelipisnya tertempel pembalut luka, kakinya juga bengkak. Dia dua kali terjatuh saat mencari Mak Cum yang tidak ada di sampingnya. Ketika itu, Mak Cum sedang salat di Masjid Nabawi, sekitar 300 meter dari Masjid Nabawi.
Sejak baru tiba di Madinah, Selasa lalu, Mahmud tidak ingin dipisahkan dari istrinya. Dipeganginya tangan Mak Cum kendati keduanya di kursi roda. Dia bahkan cemburu dan marah kepada petugas yang mendorong istrinya. Pasangan asal Ambon dari embarkasi Ujung Pandang 13 (UPG 13) ini akhirnya ditempatkan di kamar yang sama.
Kakek Mahmud di kamar hotel di Madinah, Arab Saudi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Mak Cum mengaku ikhlas tidak salat di Masjid Nabawi demi mengurus suaminya di kamar hotel. "Bapak maunya di samping beta, dari pada jatuh lagi," kata perempuan berusia 75 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan, Mak Cum mengatakan telah mengenal Mahmud sejak masih sekolah di Desa Kulu, Pulau Saparua, Maluku Tengah. Dia mengaku jatuh hati kepada Mahmud bukan karena parasnya, tapi budinya.
"Kenal dari SD, beta tidak tahu akan berjodoh. Hatinya bersih, tidak ada hati busuk. Beta tidak melihat wajahnya," kata Mak Cum.
Sehari-harinya Mahmud adalah petani. Mak Cum mengenang, ketika Mahmud berladang atau ke hutan, dialah yang mengantarkannya makanan. Sementara di rumah, Mak Cum berjualan ketupat dan gorengan.
Mak Cum (kanan) saat menemani kakek Mahmud di kamar hotel di Madinah, Arab Saudi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Anak mereka delapan, cucu 11. Putra-putrinya inilah yang membiayai keberangkatan Mahmud dan Mak Cum ke tanah suci untuk berhaji.
"Allah yang kasih mereka rezeki, anak-anak yang bayari," kata Mak Cum.
Mak Cum mengatakan, Mahmud adalah anak tunggal di keluarganya. Ini menjadikan Mak Cum satu-satunya tempat bagi Mahmud bercerita dan berkeluh kesah. Yang membuat Mak Cum semakin sayang kepada Mahmud adalah karena suaminya itu penyabar.
ADVERTISEMENT
"Dia tidak pernah marah, sama anak-anak sabar," ujar Mak Cum.
Mak Cum (kiri) saat menemani kakek Mahmud di kamar hotel di Madinah, Arab Saudi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Puluhan tahun hidup bersama, cinta Mak Cum kepada Mahmud tak luntur. Keduanya akan berada di Madinah sebelum berangkat ke Mekkah menjalani prosesi haji dan umrah. Di Baitullah nanti, Mak Cum akan mengucapkan doa-doa kebaikan untuk dirinya dan suaminya, di dunia akhirat.
Ketika kumparan datang, Mak Cum baru selesai membantu suaminya mandi. Di hari itu pekerjaannya banyak, termasuk menyuapi makan Mahmud dan mencucikan pakaiannya. "Beta ikhlas, kalau tidak ikhlas bagaimana?" kata Mak Cum.
Dari tepian ranjang, Mak Cum kemudian membisikkan kata-kata penyemangat bagi suaminya, berharap diijabah oleh Allah di tanah suci ini.
"Bapak semoga cepat sehat. Ini hari Jumat, banyak-banyak istigfar, jangan sakit-sakit lagi," ujar Mak Cum.
ADVERTISEMENT