GNPF Ulama Minta SBY Tak Paksakan AHY Maju Pilpres, Tiru Mega dan Puan

28 Juli 2018 15:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Konfrensi pers GNPF terkait acara Ijtima Ulama, Jum'at (27/7). (Foto: Ricad Saka/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konfrensi pers GNPF terkait acara Ijtima Ulama, Jum'at (27/7). (Foto: Ricad Saka/kumparan)
ADVERTISEMENT
Gerakan Nasional Pengawal Fatma Ulama (GNPF) menyatakan Ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhono (AHY) belum layak untuk ikut dalam kontestasi politik di Pilpres 2019 mendatang.
ADVERTISEMENT
Ketua umum GNPF ulama, Yusuf Muhammad Martak meminta Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga ayah dari AHY, tidak paksakan untuk maju sebagai capres maupun cawapres.
"Saya punya keyakinan karena Pak SBY sebagai orang tua dan sebagai ketua umum, beliau akan cermat melihat sikon dan bisa menyusun strategi ke depan, kapan waktunya AHY akan dicalonkan," kata Yusuf di sela acara Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional di Hotel Menara Peninsula, Jakarta Barat, Sabtu (28/7).
Yusuf meminta SBY untuk belajar dari Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Menurutnya, AHY masih berada di bawah Anies Baswedan yang memang salah satu figur yang direkomendasikan dalam forum ijtima ulama dan tokoh nasional ini.
ADVERTISEMENT
"Saya punya kekhawatiran kalau itu dipaksakan, orang mengambil contoh barometer seperti Pilkada DKI Jakarta, sementara mungkin menjadi pertimbangan bagi SBY. InsyaAllah kepada beliau (SBY) mengukur dan melihat," ujarnya.
Yusuf mengemukakan bahwa seharusnya SBY melihat Ketum PDIP Megawati yang tidak memaksakan anaknya, Puan Maharani untuk maju di Pilpres 2019.
"Seperti saya lihat Megawati, enggak lihat Puan harga mati, karena sekali lagi semua ada ukurannya, setiap motor setiap mesin kan harus dilihat kemampuannya, nanti takut enggak maksimal di tengah jalan," tegasnya.