Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Aksi protes terhadap RUU Ekstradisi di Hong Kong yang telah berlangsung sejak 10 pekan lalu masih terus berlanjut. Massa kembali melancarkan aksi protesnya pada Minggu (11/8) malam.
ADVERTISEMENT
Meskipun aksi telah dilarang, nyanyian "Bebaskan Hong Kong " terdengar bergema di seluruh wilayah Sham Shui Po. Lebih dari seribu demonstran ikut berunjuk rasa dengan mengenakan baju berwarna hitam. Mereka bersorak, membunyikan klakson, dan mengacungkan jempol.
Massa juga menggelar aksi damai di bandara internasional dan stasiun kereta bawah tanah.
Polisi berupaya untuk membubarkan massa lebih cepat dengan menembakkan gas air mata. Untuk pertama kalinya, polisi menembakkan gas yang membuat mata pedih itu di sebuah stasiun kereta bawah tanah Kwai Fong dan taman bermain anak-anak.
Polisi juga menggunakan tongkat untuk mendorong massa keluar dari pusat perbelanjaan. Demonstran kemudian membalas dengan melempar batu bata dan bom molotov sebanyak dua kali.
"Kami sudah beraksi sepanjang hari tapi kami tidak lelah, ini adalah respons kami terhadap Carrie Lam," kata seorang demonstran Sing Ah, dilansir Reuters, Senin (12/8). Lam merupakan Pemimpin Eksekutif Hong Kong.
ADVERTISEMENT
"Jika dia tidak mendengarkan dan menanggapi permintaan kami, kami akan terus melakukan protes di seluruh Hong Kong," ujarnya.
Dilansir South China Morning Post, Senin (12/8), korban luka dilaporkan berjatuhan di distrik Tsim Sha Tsui, Sham Shui Po, Wan Chai, dan Kwai a Chung. Keterangan dari rumah sakit setempat, ada 13 orang yang terluka, di antaranya 9 laki-laki dan 4 perempuan.
Sementara itu, Pemerintah Hong Kong melaporkan bahwa bom molotov melukai seorang polisi. Aksi ini merupakan kelanjutan dari demo protes terhadap rencana pemerintah untuk menerapkan UU Ekstradisi dengan China. Undang-undang yang memungkinkan pelaku kriminal di Hong Kong untuk diadili oleh Pemerintah Beijing.
Demo yang telah berlangsung sejak awal Juni tersebut kini berkembang menjadi gerakan yang tututannya semakin luas, yakni reformasi demokrasi di Hong Kong.
ADVERTISEMENT