Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Nama Akbar Alamsyah (19) mencuat setelah rangkaian demo rusuh di DPR mereda. Ia menjadi salah satu korban dalam insiden itu. Dia mengalami luka parah di kepala, lalu kritis, dan akhirnya meninggal pada Kamis (10/10).
ADVERTISEMENT
Keluarga pertama kali menyadari hilangnya keberadaan Akbar pada Kamis, 26 September 2019. Ketika itu, keluarga tak bisa menghubungi Akbar. Keluarga mencari ke berbagai tempat, menghubungi rekan-rekan Akbar.
Belakangan, keluarga baru tahu Akbar ikut demo pada 25 September 2019.
"Enggak, sama sekali enggak ada ngomong mau ikut demo. Kalau izin juga kita omelin," kata Kakak Akbar, Fitri Rahmayani usai pemakaman Akbar di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (11/10).
Fitri dan keluarga lalu berupaya menghubungi siapa pun yang dinilai mengetahui keberadaan Akbar. Keluarga juga memantau kabar di media sosial dan grup WhatsApp soal korban demo rusuh.
Keluarga sempat mendatangi Polres Jakarta Barat karena mendapat informasi ada anak bernama Akbar yang terdata di sana. Tapi, tidak ada informasi yang diberikan oleh pihak kepolisian. Di sana, keluarga hanya diberikan data bahwa Akbar ditangkap, tapi tak diberi tahu bahwa Akbar dilarikan ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Kecewanya kenapa Polres enggak bilang kalau Akbar sudah di rumah sakit," kata Kakak Akbar lainnya, Irwan.
Keluarga kemudian mendapat informasi bahwa Akbar saat itu berada di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Keluarga langsung datang untuk memastikan informasi itu.
Titik terang mulai ditemukan keluarga. Polisi meminta data yang dibutuhkan untuk memastikan korban merupakan Akbar. Sebab, saat ditemukan tak ada data pribadi yang melekat pada Akbar.
"Jadi pihak Inafis minta untuk mendatangkan sidik jari itu, jadi pas direkam semuanya ada kelihatan data KTP segala macamnya," kata Irwan.
Keluarga sempat tak diizinkan melihat Akbar, tapi akhirnya ibunya, Rosminah diizinkan melihat untuk memastikan korban merupakan Akbar.
"Itu juga pas di RS Polri udah enggak boleh lihat. Alasannya, Akbar lagi perawatan intensif. Mama pertama kali lihat 10 menit kalau enggak salah, karena saking enggak kuat," tutur Fitri.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Fitri mendapat cerita dari ibunya bahwa kondisi Akbar sangat mengenaskan. Luka pada kepalanya sangat parah.
"Jadi kepalanya besar (pembengkakan) kayak pakai helm, kayak semacam tumor, kepala gede, lebam bibirnya, sampai menutupi lubang hidung saking keluarnya, jontor," kata Fitri.
Selama berada di RS Polri, keluarga meminta informasi kronologi Akbar bisa sampai dirawat di RS Polri. Keluarga akhirnya tahu Akbar sempat mendapat penanganan medis di RS Pelni. Keluarga juga diberi tahu bahwa Akbar sudah sempat dioperasi di RS Pelni sebelum dirujuk ke RS Polri.
"Penanganan pertama dioperasi di RS Pelni baru Jumat 12.20 WIB dipindah di RS Polri. Enggak dijelasin kenapa," tutur Irwan.
Selama di RS Polri Kramat Jati, Akbar sempat menunjukkan tanda-tanda membaik. Dalam kondisinya koma, pria yang baru habis kontrak kerja pada 17 September 2019 itu merespons apa yang disampaikan ibunya.
ADVERTISEMENT
"Dia sempet merespons. Mama kan bisikin nih, dia keluar air mata. Terus dia bibirnya kayak orang mau ngomong jadi geter gitu. Mata keadaan tertutup. Tangannya sempat gerak," ungkap Fitri.
Namun kemudian, keadaan Akbar semakin menurun. Tim dokter lalu merujuk Akbar ke RSPAD Gatot Soebroto untuk mendapat penanganan lebih lanjut pada 30 September 2019.
Selama di sana, kondisi Akbar tak kunjung membaik. Ia pun menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis (10/10).
"Kalau kata dokter karena syaraf," ucap Irwan.
Akbar lalu dibawa ke rumah duka di Jalan Kebon Mangga, Jakarta Selatan. Keluarga memakamkan Akbar di pemakaman Gelonggan.