Jokowi Minta BMKG Beli Alat Pendeteksi Tsunami yang Lebih Canggih

24 Desember 2018 11:45 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo tinjau lokasi terdampak tsunami di Hotel Mutiara Carita. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo tinjau lokasi terdampak tsunami di Hotel Mutiara Carita. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tsunami di Selat Sunda yang menerjang kawasan pesisir di Banten dan Lampung Selatan, terjadi bukan karena adanya gempa bumi. Tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam itu diduga akibat longsor bawah laut yang disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau.
ADVERTISEMENT
Belum tersedianya alat deteksi dini tsunami selain yang disebabkan gempa itu membuat banyak nyawa melayang. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 281 orang tewas dan 1.016 luka-luka.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang kembali, Presiden Jokowi memerintahkan kepada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk segera membeli alat deteksi dini tsunami yang lebih canggih, agar tsunami yang terjadi selain karena gempa bisa terpantau.
"Ke depan saya perintahkan ke BMKG untuk membeli alat-alat deteksi, warning system yang bisa memberikan peringatan dini kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa secepatnya (menyelamatkan diri)," ujar Jokowi saat meninjau lokasi tsunami di kawasan Carita, Banten, Senin (24/12).
Presiden Joko Widodo tinjau lokasi terdampak tsunami di Hotel Mutiara Carita. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo tinjau lokasi terdampak tsunami di Hotel Mutiara Carita. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Jokowi menambahkan, hingga saat ini instansi berwenang masih menyelidiki penyebab pasti tsunami tersebut. Meski beberapa pihak seperti BNPB dan BMKG menyebut tsunami di Selat Sunda diduga akibat longsor bawah laut yang disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau.
ADVERTISEMENT
"Sekarang ini kan kita belum bisa menyimpulkan (penyebab pasti tsunami). (Penyebabnya) kalau bukan dari gempa iya, tapi jangan menyimpulkan dulu," ucapnya.
Sebelumnya Ahli Marine Geology King Abdulasiz University, Satrio Antoni, mengatakan Indonesia harus belajar dari Jepang dan Taiwan dalam upaya mendeteksi tsunami dan gempa.
Menurut Satrio, Jepang dan Taiwan sudah memasang teknologi sensor bawah laut yang dinamakan Sub-marine cable Based System. Satrio lalu membandingkan dengan teknologi pendeteksi tsunami yang dimiliki oleh Indonesia yang masih berupa buoy system.
Presiden Joko Widodo tinjau lokasi terdampak tsunami di Hotel Mutiara Carita. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo tinjau lokasi terdampak tsunami di Hotel Mutiara Carita. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Alat pendeteksi ini, dijelaskan Satrio, sulit untuk dipertahankan karena rawan akan pencurian dan vandalisme. Untuk itu, Satrio berharap pendeteksi bawah laut yang lebih akurat seperti sensor bawah laut digunakan juga di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Sampai saat ini, negara kecil seperti Jepang saja sudah memiliki lebih kurang sekitar 500 buah sensor bawah laut (Sub-marine Cable Based System,). Dari total keseluruhan sensor sekitar 2.500-3.000-an sensor gempa dan tsunami yang dimilikinya," ujar Satrio dalam keterangan tertulis, Minggu (23/12).