Joshua Wong, Pemuda Hong Kong di Garda Terdepan Penentang China

20 Agustus 2019 11:36 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joshua Wong. Foto: Getty Images/Paula Bronstein
zoom-in-whitePerbesar
Joshua Wong. Foto: Getty Images/Paula Bronstein
ADVERTISEMENT
Tubuhnya kurus, sehari-hari dirinya memakai kacamata. Sekilas, Wong Chi-fung nampak seperti pelajar di Hong Kong kebanyakan.
ADVERTISEMENT
Tapi, nyatanya Wong Chi-fung tidak seperti pemuda lainnya. Pria yang dikenal luas dengan panggilan Joshua Wong ini dianggap berbahaya oleh Pemerintah China.
Saking menakutkannya, Joshua Wong masuk daftar hitam di sejumlah negara seperti Thailand dan Malaysia.
Joshua Wong. Foto: REUTERS/Jorge Silva
Bukan tanpa alasan. Joshua adalah inisiator dan otak dari demo besar di Hong Kong. Bersama jutaan warga lainnya, ia turun ke jalan menentang Beijing.
Joshua lahir di hari-hari terakhir kekuasaan Inggris di Hong Kong, tepatnya pada 13 Oktober 1996. Terlahir dalam kondisi Dyslexia membuat Joshua punya kesulitan untuk membaca dan menulis.
Aktivis demokrasi Hong Kong, Joshua Wong. Foto: AFP/PHILIPPE LOPEZ
Berkat bantuan dari ibunya, Joshua bisa menyesuaikan diri. Dia mengenyam pendidikan menengah di salah satu SMA Kristen di Hong Kong. Joshua sempat melanjutkan pendidikan tinggi di United Christian College, sebelum akhirnya pindah ke Universitas Terbuka Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Semasa kecil tak pernah terbayang di benak Joshua untuk menjadi aktivis. Pengalaman hidup serta kedua orang tuanya yang mendorongnya untuk menjadi dirinya saat ini.
"Saya ingat bahwa saya pernah diajak (orang tua) mengunjungi keluarga miskin ketika saya berusia 13 tahun. Ketika saya mengunjungi mereka, kami akan mengabarkan Injil dan juga berdoa," ujar Joshua, seperti dilansir South China Morning Post.
"Satu tahun kemudian, saya kembali ke keluarga itu untuk mengunjungi mereka, pada saat itu saya baru sadar bahwa hanya berdoa untuk mereka tidak akan membawa perubahan, kita perlu mengubah dengan tindakan," kata Joshua.
Aktivis di Usia Muda
Joshua Wong. Foto: AFP
Peristiwa itu jadi titik balik hidup Joshua. Pada 2011, saat usianya baru beranjak 14 tahun ia bersama teman-temannya mendirikan Shcolarism.
ADVERTISEMENT
Gerakan yang mayoritas anggotanya adalah pelajar ini berupaya untuk memprotes rencana pemerintah untuk menerapkan program Pendidikan Nasional dan Moral (NME) di setiap sekolah.
Joshua Wong berbicara kepada para pemrotes di lokasi protes utama gerakan itu di distrik Admiralty Hong Kong pada 6 Desember 2014. Foto: AFP/JOHANNES EISELE
Program baru --yang berisi tentang pendidikan doktrin nasionalis dan komunis China-- itu dianggap sebagai upaya pencucian otak dari Partai Komunis China di Hong Kong.
Gerakan yang pada awalnya berangkat dari pamflet dan selebaran, demonstrasi kecil, berkembang menjadi gerakan sipil terbesar di daratan China semenjak pembantaian Tiananmen 1989.
Joshua pun berhasil mengerakkan lebih dari 120 ribu pelajar untuk menduduki kantor-kantor pemerintah. Aksi yang berlangsung selama berbulan-bulan itu akhirnya berhasil membuat otoritas setempat membatalkan program tersebut.
"Anak muda harus menyadari meskipun kalian cuma seorang pelajar, belum lulus dari sekolah atau universitas, jika anda ingin, maka anda dapat membuat perubahan di masyarakat," ujar Joshua kepada kumparan, Sabtu (17/8).
ADVERTISEMENT
Umbrella Movement
Joshua Wong berbicara kepada para pemrotes di lokasi protes utama gerakan itu di distrik Admiralty Hong Kong pada 6 Desember 2014. Foto: AFP/JOHANNES EISELE
Pada 2014, Joshua kembali membuat gebrakan. Ia memimpin unjuk rasa pro-demokrasi yang disebut dengan Umrbrella Movement atau Gerakan Payung.
Disebut demikian karena pengunjuk rasa menggunakan payung untuk melindungi diri dari tembakan gas air mata aparat keamanan.
Gerakan Payung menuntut agar rakyat Hong Kong diberi hak pilih secara demokratis yakni kesempatan untuk memilih pemimpinnya sendiri.
Joshua Wong berbicara kepada para pemrotes di lokasi protes utama gerakan itu di distrik Admiralty Hong Kong pada 6 Desember 2014. Foto: AFP/JOHANNES EISELE
Aksi ini menyeruak setelah Beijing mengeluarkan ketentuan untuk setiap calon pemimpin Hong Kong harus diseleksi dan berasal dari perwakilan pemerintahan China.
Namun, aksi yang berlangsung selama 79 hari ini gagal. Pemerintah Hong Kong tutup mata dan seolah-olah tidak mendengar sama sekali permintaan lebih dari 100 ribu demonstran.
Joshua terus berjuang di garis depan kampanye pro-demokrasi di Hong Kong. Pada 2016, dia membentuk partai baru bernama Demosisto. Salah satu kandidat Demosisto berhasil memenangkan kursi di dewan legislatif pada 2016.
ADVERTISEMENT
Dipenjara
Aktivis demokrasi Hong Kong Joshua Wong (tengah) setelah meninggalkan Lembaga Pemasyarakatan Lai Chi Kok di Hong Kong, Senin (17/6). Foto: ISAAC LAWRENCE / AFP
Aksi 'berani' Joshua membuat Beijing marah. Pada Agustus 2017, Joshua dan rekan-rekan aktivisnya Nathan Law dan Alex Chow, divonis hukuman penjara selama tiga bulan atas penghinaan terhadap pengadilan karena mengumpulkan massa secara ilegal pada demo 2014.
Dia bersama teman-temannya kemudian mengajukan banding dan dibebaskan dengan jaminan setelah dipenjara selama 6 hari.
Upaya penahanan Joshua tidak berhenti begitu saja, dia kembali dijebloskan ke penjara pada Mei 2019 setelah pengadilan membuka kembali kasusnya.
Polisi anti huru hara mengepung aktivis pro demokrasi, Joshua Wong (tengah), setelah pawai di Distrik Sha Tin, Wilayah Baru Timur, di Hong Kong. Foto: Reuters/Tyrone Siu
Joshua mulai menjalani hukumannya pada Mei 2019. Ia keluar lebih cepat, lantaran pengadilan menilai usianya masih belia. Joshua dibebaskan pada Senin (17/6) setelah menjalani 5 minggu hukuman penjara.
Dipenjara tidak membuat Joshua Wong berkecil hati. Keluar dari penjara, Joshua langsung bergabung dengan Aksi Protes RUU Ekstradisi.
ADVERTISEMENT
Dia tidak pernah absen di setiap aksi yang rutin berlangsung di setiap akhir pekan selama 2 bulan terakhir.
"Kami tidak pernah takut dan kami akan terus melanjutkan pertempuran kami," kata Joshua.
Quote Joshua Wong. Foto: Putri Sarah Arifira/ kumparan.