Kata Kemendikbud soal Eka Kurniawan Tolak Anugerah Kebudayaan

10 Oktober 2019 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eka Kurniawan. Foto: Twitter/@ekakurniawan__
zoom-in-whitePerbesar
Eka Kurniawan. Foto: Twitter/@ekakurniawan__
ADVERTISEMENT
Novelis Eka Kurniawan menolak Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019 dari Kemendikbud. Penulis novel ‘Lelaki Harimau’ itu seharusnya menerima penghargaan untuk kategori ‘Pencipta, Pelopor, dan Pembaharu' yang akan diserahkan di Istora Senayan, Jakarta, Kamis Malam (10/10).
ADVERTISEMENT
Melalui akun Facebook pribadinya, Eka menyampaikan bahwa keputusannya itu sudah bulat. Ia menegaskan, sikap penolakannya itu sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakseriusan pemerintah dalam menghargai pekerja seni dan budaya.
Salah satu ketidakseriusan itu, kata Eka, terkait hadiah bagi peraih anugerah yang lebih kecil ketimbang atlet yang menang kompetisi. Ia mencontohkan, atlet peraih medali emas dapat memperoleh Rp 1,5 miliar dari negara. Sementara dia, hanya mendapat pin dan uang senilai Rp 50 Juta.
“Jujur, itu terasa mengganggu sekali. Kontras semacam itu seperti menampar saya dan membuat saya bertanya-tanya, Negara ini sebetulnya peduli dengan kesusastraan dan kebudayaan secara umum tidak, sih?" tanya Eka dalam unggahan di Facebook, Rabu (9/10).
Menurut Eka, awalnya ia memang sempat berpikir untuk menerima hadiah tersebut. Namun, suara hatinya berkata lain. Pikirannya pun menerawang terhadap aksi pembredelan buku yang disita oleh aparat beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Penulis berusia 43 tahun itu pun menyoroti negara yang diam melihat pembajakan buku, hingga tak peduli soal perlindungan pajak yang membuat harga sebuah buku jadi lebih mahal.
“Saya tak ingin menerima anugerah tersebut, dan menjadi semacam anggukan kepala untuk kebijakan-kebijakan negara yang sangat tidak mengapresiasi kerja-kerja kebudayaan, bahkan cenderung represif,” lanjut penulis novel ‘cantik itu luka’ tersebut.
Eka Kurniawan. Foto: Twitter/@ekakurniawan__
Oleh sebab itu, kata dia, penolakannya bukan semata-mata urusan hadiah. Menurutnya, ada hal-hal mendasar seperti itu yang layak untuk dipertanyakan. Belum lagi, kata Eka, soal pengusutan kasus pelanggaran HAM terhadap penyair Wiji Thukul yang tak pernah selesai.
“Suara saya mungkin sayup-sayup, tapi semoga jernih didengar. Suara saya mungkin terdengar arogan, tapi percayalah, Negara ini telah bersikap jauh lebih arogan, dan cenderung meremehkan kerja-kerja kebudayaan,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Yayuk Sri Budi Rahayu, Kasubdit Diplomasi Budaya Dalam Negeri Kemendikbud menjelaskan, pihaknya tak mempermasalahkan keputusan Eka yang menolak penghargaan tersebut. Menurutnya, Kemendikbud memberikan penghargaan kepeda Eka sesuai dengan implementasi UU No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
"Apabila yang bersangkutan menerima atau tidak, itu hak dari penerima," kata Yayuk saat dikonfirmasi terpisah, Kamis (10/10).
Terkait dengan keresahan Eka yang menyinggung soal hadiah di bidang budaya yang terlalu kecil, Yayuk tak menampik hal tersebut.
"Memang (hadiahnya) masih kecil bila dibanding apresiasi di bidang olah raga. Inilah kemampuan yang bisa negara berikan. Semoga kedepan bisa lebih baik," tutupnya.
Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi merupakan penghargaan yang diberikan atas prestasi dan dedikasi seseorang dalam membesarkan kebudayaan Indonesia. Ada 8 kategori dengan total 59 orang penerima yang dijadwalkan menerima penghargaan tersebut.
Eka Kurniawan. Foto: Twitter/@ekakurniawan__
Jauh sebelum menerima penghargaan dari Kemendikbud, Alumnus Fakultas Filsafat UGM itu menerima penghargaan Prince Claus Awards 2018 di Belanda. Yakni, sebuah penghargaan bergengsi di bidang sastra dunia.
ADVERTISEMENT
Novel pertamanya 'Cantik Itu Luka' telah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa, sementara novel keduanya, 'Lelaki Harimau' telah diterbitkan dalam bahasa Inggris, Italia, Korea, Jerman dan Prancis.
Novel keduanya itu berhasil membawanya ke jajaran sastrawan dunia. Pada 2015, Jurnal Foreign Policy menobatkannya sebagai satu dari 100 pemikir paling berpengaruh di dunia.