Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Khawatir Ponselnya Disadap, Warga China Takut Bicara soal Uighur
10 Januari 2019 12:04 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
ADVERTISEMENT
"Saya tidak bisa bicara banyak, karena sekarang ponsel diawasi dan jika polisi tahu, saya akan dipenjara."
ADVERTISEMENT
Percakapan kumparan dengan seorang pria etnis Muslim Hui di China itu lantas terhenti. Pria dengan bernama Islam Sulaiman itu menolak menjawab pertanyaan kumparan soal kehidupan Muslim dan Uighur di China melalui WeChat.
Sulaiman yang tinggal di Suzhou hanya ingin berbicara jika bertemu langsung. Ponsel bisa disadap, kegiatan diawasi gerak-geriknya lewat CCTV yang jumlahnya ribuan di China.
Sebelum mengakhiri percakapannya, Sulaiman mengatakan "pemerintah meyakini bahwa Muslim adalah teroris".
Menurut laporan berbagai lembaga HAM dan media, ada 1-3 juta warga Uighur yang disekap di kamp konsentrasi di Xinjiang. Dengan alasan sebagai lembaga pelatihan, warga Uighur ditanamkan doktrin Partai Komunis dan menanggalkan ajaran agamanya.
Ramai di berbagai media termasuk kecaman di banyak negara, isu ini ternyata hening di China. Pasalnya, warga ketakutan membicarakannya di publik, apalagi melalui ponsel yang rentan penyadapan.
Hal ini dialami sendiri oleh mahasiswa Indonesia di Shanghai, Anisah Maryam. Terletak 4.000 km jauhnya dari Xinjiang, warga kota Shanghai juga ketakutan jika bicara soal Uighur .
ADVERTISEMENT
"Ketika saya mengangkat isu Uighur di grup mahasiswa hanya ditanggapi satu orang, dan lainnya mencoba menyetop percakapan karena khawatir diawasi," kata Anisah kepada kumparan pekan ini.
Mahasiswa jurusan desain di sebuah universitas ternama di kawasan Pudong ini mengatakan anggota grup di aplikasi WeChat itu mengancam akan keluar jika terus membahas Uighur. Mereka khawatir disadap dan terlibat masalah jika percakapan itu bocor.
"Esoknya, grup selama 30 menit mengalami gangguan akses, yang diterjemahkan bebas oleh anggota grup yang membenarkan pernyataan anggota lain, yaitu grup sedang dalam pengawasan," kata Anisah lagi.
Yang ditakuti warga tidak hanya penyadapan ponsel, tapi juga kamera CCTV yang terdapat di seluruh sudut kota. Mahasiswa Indonesia lainnya di Shanghai, Rina -bukan nama sebenarnya-, mengatakan keberadaan CCTV ini membuat warga China merasa diawasi.
ADVERTISEMENT
"CCTV ada di mana-mana, di setiap sudut. Dengar-dengar dari orang yang punya rumah makan Muslim, mereka takut ngobrol sama kita yang berkerudung, takut diawasi," kata Rina kepada kumparan.
CCTV di China bukan barang sembarangan. Teknologi kamera pengawas China memiliki pemindai wajah canggih yang bisa mendeteksi identitas seseorang dalam waktu singkat.
April tahun lalu, polisi di Nanchang China bisa melacak dan menangkap seorang buronan yang berada di tengah 60 ribu orang dalam sebuah konser. Ini berkat teknologi pemindai wajah di CCTV mereka.
"Pertama tiba di China, yang menarik perhatian adalah kamera CCTV yang ada di mana-mana. Di lobi, kampus, taman. Saya pernah hitung di jalan raya terpasang 5 CCTV di satu sisi jalan yang menghadap ke arah yang sama," kata Anisah.
ADVERTISEMENT
Bahkan, CCTV dipasang di depan masjid yang biasa didatangi warga Indonesia di Shanghai untuk mengaji.
"Ada lima kamera CCTV terpasang di gerbang masjid dengan bentuk kamera yang berbeda dan agak tersembunyi," lanjut Anisah.