Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Baru pada pertempuran yang ketiga di Jawa Timur , ia akhirnya menang. Dua kali kalah tak membuatnya surut. Ia pulang dari ‘perantauan’-nya di pusat pemerintahan negeri, dan kembali ke ujung timur Jawa.
"Saya orang Jawa Timur--lahir di Jawa Timur, besar di Jawa Timur. Saya rasa kita semua pasti punya cita-cita untuk membaktikan apa yang kita masih bisa lakukan untuk daerah di mana kita dibesarkan," ujar Khofifah saat berkunjung ke kantor kumparan, Februari 2018.
Itu sebabnya Khofifah selalu kembali pulang meski telah malang melintang di ibu kota. Di Jakarta, Khofifah punya setumpuk rekam jejak baik di legislatif maupun eksekutif. Ia duduk sebagai anggota DPR RI pada 1992-1999, dan menjejak Senayan lagi pada 2004-2008.
ADVERTISEMENT
Ragam jabatan ia emban di parlemen, mulai Ketua Fraksi PPP, Ketua Komisi VIII Bidang Agama dan Sosial, Ketua Komisi VII Bidang Energi Ristek dan Lingkungan Hidup, Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa, sampai Wakil Ketua DPR.
Sementara di eksekutif, Khofifah pernah menjabat Menteri Pemberdayaan Perempuan era Presiden Abdurrahman Wahid, dan kemudian menjadi Menteri Sosial dalam Kabinet Kerja Jokowi.
Kini, setelah meraup 53,55 persen suara bersama Emil Dardak dan mengalahkan Gus Ipul-Puti Guntur, Khofifah menjadi perempuan pertama di kursi Gubernur Jawa Timur.
Berikut petikan perbincangan kumparan dengan Khofifah di Surabaya dan Jakarta.
Apa yang membuat Ibu bisa menjaga semangat hingga pertempuran ketiga?
Kata Gus Dur, “Orang berani hidup, harus berani berjuang. Orang berjuang harus mau berkorban. Tiap berkorban, pasti ada pahalanya.”
ADVERTISEMENT
Gus Dur terlalu sering pesan itu ke saya.
Seperti apa peran penting relawan dalam memenangkan Ibu?
Akar rumput luar biasa. Saya mendapat sapaan hangat dari mereka dengan suasana sangat kondusif. Partisipasi akar rumput sangat konkret.
Banyak relawan yang mendukung, ada 81 elemen. (Beberapa di antaranya) Barisan Gus Sholah, Sahabat Kamil (Khofifah-Emil) yang paling besar punya Hasyim Muzadi, KPK (Komite Pendukung Khofifah), di Madura ada Aspek (Alainsi Santri, Pemuda, Ekonom, Kiai), ada Sedulur Rikho.
Kontribusi Muslimat MU disebut paling besar?
Mereka hanya lihat, Bu Khofifah punya kompetensi, punya kapasitas, dan kebetulan itu ‘ibu’ mereka. “Ini ibu kita loh, yang bantu kita, ayo kita rewang (bantu).” Bahasa (ucapan) itu di bawah kuat sekali. Jadi mereka datang menyediakan tenaga, dan saya terus memaksimalkan ikhtiar.
ADVERTISEMENT
Meme yang beredar, The Power of Emak-emak , itu memang emak-emaknya Muslimat. Beberapa di antara mereka mendapat mandat dari daerah untuk maju.
Setelah Pilkada Serentak, kini terdapat total 10 perempuan yang menjadi kepala daerah di Jawa Timur. Bagaimana Ibu melihatnya?
Saya bahagia. Mudah-mudahan ketika banyak perempuan yang sudah bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, kami bisa menunjukkan low politics, yaitu politik yang makin soft dan friendly dengan kehidupan masyarakat luas seperti di negara-negara Skandinavia.
Harapan saya, persepsi masyarakat tentang politik yang keras itu bisa tereduksi. Kalau hilang mungkin nggak, tapi bisa berkurang.
Norwegia dan Swedia sudah memberikan representasi perempuan di parlemen dengan kuota 30-35 persen sejak tahun 2000-an. Mereka bisa jadi role model. Yang terjadi adalah politik yang lebih santun di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dengan itu, anak-anak muda melihat politik sebagai sesuatu yang bisa mereka nikmati. Bisa jadi bagian dan enjoy di dalamnya. Tidak melihat politik sebagai hal seram.
Regulasi memberikan afirmasi kepada anak muda dan perempuan, sudah memberi ruang, jadi tanggung jawab kita semua untuk menggerakkannya.
Apakah ada perbedaan karakter pemilih di Jawa Timur antara Pilgub 2018 dan sebelumnya?
Anak-anak muda di Jawa Timur kebetulan pada pilgub kali ini tingkat partisipasi politiknya meningkat. Ini sangat bagus. Sirkulasi elitenya akan lebih baik.
Mudah-mudahan nantinya anak muda juga akan masuk pada proses politik berikutnya, karena kebersamaan untuk membangun demokrasi berkualitas itu penting.
Partisipasi generasi muda itu kemarin terjawab karena Mas Emil (wakil Khofifah, Bupati Trenggalek yang berusia 34 tahun) mewakili usia mereka ya. Jadi ada peningkatan keikutsertaan anak muda dalam memilih.
ADVERTISEMENT
------------------------
Simak rangkaian laporan mendalam Perempuan Penguasa Timur Jawa di Liputan Khusus kumparan.