Kisah Rodhi, Pelukis Difabel Asal Kendal yang Inspiratif

19 Februari 2018 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Art Rodhi. (Foto: Instagram@art_rodhi)
zoom-in-whitePerbesar
Art Rodhi. (Foto: Instagram@art_rodhi)
ADVERTISEMENT
Memiliki keterbatasan fisik tidak membuat Rodhi Mahfur atau yang lebih dikenal dengan Art Rodhi untuk berhenti berkarya. Pria asal Kendal ini sukses menghasilkan banyak karya lukis dan sketsa foto wajah realistis hingga menggelar pameran ke Jepang.
ADVERTISEMENT
Rodhi merupakan penyandang disabilitas, kedua kakinya tak mampu lagi menyanggah tubuhnya setelah insiden kecelakaan yang terjadi 2003 silam, saat berusia 14 tahun, tepatnya kelas 3 SMP.
"Aku pakai kursi roda karena pada 2003 lalu aku kecelakaan motor saat memboncengi tanteku ke wartel. Saat aku mau menyalip truk, ternyata ada motor melaju kencang dari arah yang berlawanan. Aku yang salah, " ujar Rodhi saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Minggu (18/2).
Peristiwa itu mengakibatkan kedua tangan, bagian punggung belakang, dan kedua kakinya mengalami patah tulang. Lantaran uangnya sudah habis untuk mengganti biaya ganti rugi orang yang ditabrak, ia sampai tak melakukan pengobatan pada tubuhnya.
"Karena aku harus ganti rugi banyak, kondisi keuangan sulit saat itu. Sampai tidak ada uang untuk aku operasi patah tulang dan akhirnya lari ke alternatif," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Mengetahui kondisinya yang hanya bisa terbaring lemah di kasur, tak jarang teman, tetangga, serta kerabat datang menjenguknya. Merasa malu karena pasca kecelakaan hingga 2010 terus diberi uang oleh kerabat yang datang menjenguknya, Rodhi pun akhirnya berpikir untuk bisa memanfaatkan uang itu sebagai modal usaha.
Rodhi tak ingin merepotkan orang dan bertekad mengembalikan ekonomi kelurga yang sempat jatuh usai insiden itu. Pria 28 tahun itu juga mengaku sudah gemar menggambar sejak duduk di bangku sekolah dasar.
"Karena aku memang sejak kecil cuma bisa gambar, akhirnya aku memutuskan untuk membelanjakan uang Rp 100 ribu hasil pemberian orang-orang," ujarnya.
"Sejak kecil aku memang sudah suka gambar, kalau guru SD dulu menyuruh mencatat, aku pura-pura nyatat padahal aku itu lagi gambar," sambung Rodhi.
ADVERTISEMENT
Pada Januari 2012, setelah kedua tangannya sembuh dari rasa ngilu, ia mulai melukis dengan media cat besi, 2 kuas, dan kertas karton. Ia kemudian memulai dengan melukis seekor burung. Namun sayang, hasil lukisannya itu hilang saat sedang dijemur di luar rumah.
Pria 28 tahun itu kemudian bertahap melukis menggunakan kanvas. Enam hasil lukisan pemandangan yang ia buat diikutsertakan oleh temannya dalam pameran di Pendopo Kendal. Tak disangka, enam karya lukisnya itu semuanya laku terjual.
"Alhamdulillah uang hasil pameran itu aku bisa belikan laptop," tutur Rodhi.
Sejak saat itu, Rodhi mulai membuat akun Facebook untuk mengunggah hasil karya lukisnya. Sampai akhirnya ada orang dari luar negeri yang menguhubungi teman Rodhi melalui Facebook, ia menyampaikan pesan ingin memberikan uang untuk Rodhi, agar dibelikan keperluan melukis.
ADVERTISEMENT
"Aku tidak kenal orang itu sama sekali, yang pasti dia orang Inggris yang tinggal di Prancis dan memang pelukis realis juga sama kaya aku. Aku dikasih uang Rp 500 sama dia dan aku belikan perlengkapan melukis. Dia juga sering kasih gambar ke aku lewat email dan aku suruh gambar trus respons dia terkejut melihat gambar aku," katanya.
Tak hanya itu, pada 25 November 2014 lalu, tepatnya di hari ulang tahun Rodhi, ada seorang pengusaha meneleponnya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Yang lebih mengejutkan, orang tersebut mengatakan akan menyewakan rumah di daerah BSD, Tangerang Selatan untuk ditinggali Rodhi dan keluarga.
"Dia sering-sering komen unggahan aku, pas telpon dia tanya kenapa kondisi aku seperti ini. Beliau bilang aku harus tinggal di kota agar tidak sulit berkembang dalam berkarier. Hingga pada Januari 2015, aku sama ibu menempati rumah di BSD itu," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa bulan tinggal di BSD, Rodhi melakukan operasi pada pusarnya akibat insiden kecelakaan lalu. Selama dua bulan dirawat di rumah sakit, ia membuat sketsa wajah anak perawat untuk menghilangkan rasa bosan. Hasil sketsa itu dinggah di akun Instagramnya, yang akhirnya membuat ia banyak dikenal.
Tak hanya itu, Rodhi juga membuat program Kolaborasi Ide Kreatif yang diberi nama Difabel Art untuk mengajarkan anak-anak melukis, yang ia beri nama Difaberl Art. Ia kemudian mencari difabel lainnya yang belum memiliki keahlian, dari situlah ia mengajarkan teknik-teknik melukis.
Hingga akhirnya, saat ini berhasil memasarkan karya lukis dan sketsa wajah melalui akun Instagram. Rodhi mengaku, untuk sketsa wajah berkuran kertas A4, ia beri tarif Rp 140 ribu.
ADVERTISEMENT
Selain masyarakat, kalangan menteri juga kerap kali memesan untuk wajahnya dibuat sketsa. Istri Presiden SBY ke-6, Ani Yudhoyono juga pernah membeli karya lukisnya yang bergambar panen padi dan lebah. Ia bahkan pernah mengikuti pameran lukis di Jepang.
"Mantan Ketua DPR, Ade Komarudin pernah pesan, Aa Gym, Saan Mustofa pesan dan bayar Rp 3 juta, Menteri Agraria, Sofyan Djalil juga pesan dan bayar Rp 5 juta," ucapnya.
Rodhi juga berpesan kepada para penyadang difabel lainnya, agar bisa mengubah pola pikir menjadi poisitif.
"Tonton lah film yang menambah wawasan. Selalu belajar terus dan jangan ada waktu yang terbuang sia-sia," tutupnya.