Kivlan Zen: Prabowo ‘Mandito’ Saja, Kasih Gatot yang Punya Modal Besar

15 April 2018 12:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Keputusan Prabowo Subianto maju kembali di laga Pemilihan Presiden 2019 menuai ragam reaksi, tak terkecuali dari kawan dan rekan sesama eks militer, mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zen.
ADVERTISEMENT
Kivlan yang merupakan senior Prabowo sekaligus bekas anak buahnya di Kostrad, selama ini kerap membela Prabowo dari berbagai desas-desus yang sering kali menyudutkan Ketua Umum Gerindra itu.
Berikut petikan perbincangan kumparan dengan Kivlan, Kamis (12/4).
Kivlan Zen. (Foto: Twitter @kivlan_zen)
Prabowo maju jadi calon presiden lagi. Menurut Anda?
Pendapat saya, baguslah Prabowo (nyapres), kalau belum capek dia. Sudah tiga kali dia mencalonkan diri, mulai konvensi capres Golkar di Bali (tahun 2004 yang dimenangkan oleh Wiranto yang lalu maju jadi capres berpasangan dengan Salahuddin Wahid), calon wapres (berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri tahun 2009), capres (berpasangan dengan Hatta Rajasa pada 2014). Sekarang capres lagi.
Kalau dia masih kuat, ya bagus. Maksudnya kuat fisik, kuat kantong, kuat jaringan. Bagus, bagus. Tapi kalau dia mau mandito (menjauhi keriuhan), ya bagus juga. Dia bisa jadi penasihat, sebagai kingmaker, kasihlah sama (mantan Panglima TNI Jenderal Purn) Gatot Nurmantyo yang muda.
ADVERTISEMENT
Sejumlah sumber mengatakan, Jenderal TNI (Purn.) Gatot Nurmantyo datang menemui Prabowo di kediamannya, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Februari 2018. Mereka kemudian menggelar pertemuan empat mata di ruangan tertutup.
Pada pertemuan itu, Gatot melamar menjadi calon presiden Partai Gerindra. Namun Prabowo tidak menjawab apakah menerima lamaran tersebut atau tidak. Saat itu, Gatot juga menawarkan untuk mengamankan segala logistik pilpres karena ia di-backup oleh salah satu pengusaha besar.
Kalau dia (Prabowo) mau melawan Jokowi, saya perkirakan sekarang dia kalah, sudah. Karena jaringannya tidak sehebat waktu Jokowi belum jadi presiden.
Setelah Jokowi jadi presiden, jaringan dia hebat--jaringan pembiayaan, jaringan mekanisme pengawasan. Semua sudah dia kendalikan.
Jokowi kan sudah pegang kekuasaan. Dulu (saja) dia belum megang kekuasaan, dia sudah bisa memenangi (pilpres). Nyatanya dia bisa memenangi pertempuran dan menjadi seorang presiden.
ADVERTISEMENT
Sekarang dia sudah pegang jaringan. Semua jaringan--jaringan keuangan, jaringan informasi, jaringan kekuasaan. Paling tidak, dia akan bisa gunakan dan kerahkan itu untuk memenangkan pertempuran.
Prabowo sudah nggak pegang kekuasaan, nggak pegang jaringan keuangan. Jaringan-jaringan lainnya seperti jaringan pendukung juga sudah pergi, ingin (calon) yang fresh. Dan yang fresh itu ya Gatot. Kalau Prabowo beri kesempatan sama Gatot, bagus.
Dia (Prabowo) siap, didukung oleh partai. Tapi kan keputusan terakhir tanggal 10-8-18 (10 Agustus 2018, batas akhir pendaftaran calon presiden). Masih bisa banyak terjadi perubahan-perubahan. Bisa jadi.
Gerindra, PKS mendukung (Prabowo), PAN belum. Kalau Gerindra dengan PKS, sudah cukuplah nyalonin (presiden). Tapi kalau cuma dua jaringan (partai), nggak besar kekuatannya. PAN dan PKB bisa saja dengan Gatot.
ADVERTISEMENT
PKS terlihat masih maju-mundur mendukung Prabowo. Jumat (13/4), Presiden PKS Sohibul Iman mengatakan proses penentuan koalisi politik harus lewat Majelis Syuro yang akan menggelar pertemuan akhir April. Pertemuan itu disebut Gerindra akan dihadiri oleh Prabowo.
Sementara itu, relawan Gatot juga berkunjung ke kantor DPP PKS untuk menjajaki sikap PKS terkait pencalonan Gatot. Kini lewat relawannya, menurut Sohibul, Gatot tengah menyusun rencana untuk bertemu langsung dengan PKS.
Lipsus Ikhtiar Prabowo, Gatot membayangi. (Foto: Antara Foto/Saiful Bahri)
Bagaimana Anda melihat kesiapan Prabowo dan Gatot?
Gatot itu finansialnya cukup, cukup besar. Dari letnan juga sudah bisnis dia. Dia nggak usah minta sama Tommy Winata. Itu bukan uangnya Tommy Winata (buat maju capres), tapi uangnya sendiri. Dari letnan dua dia sudah bisnis dengan Tommy Winata, jadi itu uang sendiri, bukan uang haram, bukan uang taipan.
ADVERTISEMENT
Jaringan keuangannya, dulu dia kerja sama dengan Gelael, Tommy Soeharto, Cendana, Tommy Winata, Bakrie. Saya tahu tuh.
Bayangkan saja uangnya, tapi itu nggak bisa diekspose, toh. Belum lagi perkawanannya sama Tommy Winata dan taipan lain. Bukan hanya dengan yang nonpribumi. Sama pribumi juga banyak.
Gelael, Aburizal Bakrie, Tommy Soeharto, grup Cendana. Ini kerja sama (dengan Gatot) sudah lama. Saya tahu kok, waktu saya berhubungan (dengan mereka) mau ekspor batu bara ke Filipina Selatan tahun 2006, teman-temannya udah langsung gabung ke Gelael, Aburizal Bakrie, Tommy Soeharto.
Ucapan Kivlan tersebut dibantah oleh Aburizal Bakrie melalui juru bicaranya, Lalu Mara, yang mengatakan, “Tidak (benar). Perusahaan Bakrie itu kan perusahaan tbk (perusahaan publik atau perusahaan terbuka) yang semua kerja samanya harus disampaikan kepada otoritas Bursa Efek Indonesia, termasuk siapa pemegang sahamnya. Semua tercatat di BEI. Dan selama ini kan Pak Gatot sebagai prajurit TNI mana bisa menjalin kerja sama bisnis.”
ADVERTISEMENT
Dengan Ricardo Gelael, putra sulung konglomerat Dick Gelael yang kini mengelola perusahaan Gelael, Gatot Nurmantyo disebut sumber kumparan memang memiliki kedekatan.
Sementara Tommy Soeharto dan Mbak Tutut yang dihubungi melalui asisten mereka, belum berkomentar tentang ucapan Kivlan soal perkawanan dan kerja sama Gatot dengan keluarga Cendana.
Saya tahu karena saya kan ada bisnis di Manila sampai sekarang, mau ekspor tahun 2006. Jadi di situ dia (Gatot) kelihatan uangnya banyak. Cuma kan (bisnis betulan) nggak bisa dia lakukan karena masih dinas. Kalau dinas kan menaruh saham yang bisa.
Belum lagi jaringan-jaringan ekonomi karena pertemanannya. Jadi untuk soal ekonomi, nggak usah diragukan, bisa dia. Soal biaya (capres), dia jelas mampu.
Makanya, saya nggak dukung Prabowo lagi, karena Prabowo yaa perkiraan saya kalahlah dari segi jaringan. Percuma dong dia mencalonkan diri untuk kemudian kalah. Malu, toh?
ADVERTISEMENT
Dia nggak punya modal lagi. Dia punya bisnis, dari adiknya, sudah dipotong, sudah diambil. Bisnis minyak sudah dipotong. Semua bisnis dia sudah dipotong sama grupnya Jokowi.
Siapa pegang kekuasaan, dia pegang uang. Siapa pegang kekuasaan, dia pegang ekonomi. Di mana-mana begitu permainan di dunia.
Soal ‘pemotongan’ bisnis Prabowo oleh kelompok Jokowi itu dibantah oleh Pramono Anung--Sekretaris Kabinet yang juga mantan Sekjen PDIP. “Aduh, nggak ada yang seperti itu,” tegasnya kepada kumparan.
Politikus PDIP Maruarar Sirait menyatakan hal senada. “Jokowi tidak punya karakter seperti itu. Menghambat ekonomi orang yang beda pandangan politik itu bukan Jokowi. Saya kenal banget Jokowi.”
Lipsus Ikhtiar Pamungkas Prabowo (Foto: AFP/BAY ISMOYO)
Kenapa sebegitu pesimistis dengan Prabowo?
Kalau pendapat saya, sebaiknya Prabowo mandito sajalah. Saya sebagai sahabat dan senior, saya sudah berjuang untuk dia sejak dia belum jadi taruna, sejak dia masih sipil, saya ambil dia sebagai adik asuh waktu taruna. Sampai berjuang melawan Benny Moerdani, saya berdua sama dia; melawan Luhut, saya berdua sama dia.
ADVERTISEMENT
Saya tahu kemampuan dia. Dia bagus, tapi untuk saat ini pendapat saya, sudahlah mandito saja sebagai kingmaker.
Bukan saya musuhan sama Prabowo, tapi kita carilah yang fresh dan siap tanding. Ini sudah banyak dukungan buat Pak Gatot.
Ya nggak pa-palah tiga (capres). Biar saja Gatot (maju) juga, Prabowo iya, Jokowi iya. Supaya pecah suara. Kalau tidak, nanti satu putaran saja, kalah Prabowo. Bikin dua putaranlah, gitu.
Survei Elektabilitas Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
------------------------
Ikuti terus laporan mendalam Ikhtiar Pamungkas Prabowo di Liputan Khusus kumparan.