Konsep Pemimpin dan Anak Buah ala Handry Satriago

28 November 2018 9:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO GE Handry Satriago dalam acara kelas kumparan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
CEO GE Handry Satriago dalam acara kelas kumparan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
"Good leader is student of leadership"
Begitulah kira-kira sepenggal kalimat inspiratif dari seseorang yang luar biasa, Handry Satriago. Nama yang tak asing lagi di telingamu bukan?
ADVERTISEMENT
Ya, dia adalah CEO General Electric Indonesia, salah satu perusahaan tertua di dunia.
Sebelum ia sesukses seperti sekarang ini, memimpin perusahaan besar, Handry berangkat dari kerja keras dan kondisi yang tak mudah.
CEO GE Handry Satriago dalam acara kelas kumparan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
CEO GE Handry Satriago dalam acara kelas kumparan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Bagaimana tidak, saat usianya menginjak 17 tahun, ia harus menerima takdir bahwa dokter memvonisnya menderita kanker kelenjar getah bening. Kanker itu ternyata sudah menyentuh tulang, hingga Handry harus menerima kenyataan ia tak bisa berjalan normal seperti biasanya.
Namun Handry bukanlah orang biasa. Ia tak cepat menyerah, dan memilih bangkit hingga bisa sesukses seperti sekarang.
Hadir dalam acara kelas kumparan yang pertama bertema "Leadership and Followership", Handry membagikan semangat dan cerita inspiratifnya kepada karyawan kumparan. Bukan kisah sedih, tetapi bagaimana ia membangun karier hingga menjadi pemimpin utama perusahaan besar.
ADVERTISEMENT
"Saat saya bekerja tahun 1993 dan dunianya berubah. Saya belajar banyak dari buku di sekolah soal bisnis. Apa pun yang kalian pelajari selama 4-5 tahun sangat berubah. Saya enggak pernah membayangkan percepatan seperti ini. Kalau soal disrupsi ini serial," kata Handry di kantor kumparan, Jalan Jatimurni 1A, Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (27/11).
Handry bercerita, awalnya ia bekerja hanya mengikuti model yang sudah ada. Akan tetapi ia mulai menyadari bahwa untuk maju dan berkembang, ia harus menjadi sosok pembeda dan menghadirkan sesuatu yang tak biasa.
"Yang terjadi adalah kita enggak tahu model bisnis yang tepat. Saya enggak terlalu banyak terganggu apakah kerja dengan milenial atau generasi apa pun tapi saya khawatir tentang kerja apa dan belajar apa saat ini. Sekarang banyak perusahaan yang besar dan memproduksi produk bagus dan hilang," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Itu soal kecepatan dianggap hilang karena enggak bisa. Kodak enggak siap dengan handphone pakai kamera. Banyak dot com (media) yang punya semangat di awal namun kemudian hilang," sambungnya. .
Meski GE adalah perusahaan yang mampu bertahan dalam waktu yang tak sebentar, bagi Handry tetap harus selalu ada inovasi agar tak ketinggalan perusahaan lain dan tergerus zaman. Yang terpenting salah satunya adalah mengikuti perkembangan teknologi.
"Terjadi akselerasi teknologi itu gila-gilaan. Bisnis lampu misalnya ada 2 yang terbesar, yaitu GE dan perusahaan Belanda yang nyebelin itu. Karena dulu ketika bikin lampu, untuk disusul oleh perusahaan kecil jangka waktunya panjang. Dulu pas ada bohlam itu lama merajai pasar lalu muncul lampu putih. Kemudian ada lampu model-model lainnya," urai Handry.
ADVERTISEMENT
"Kemudian lampunya kayak TL tapi masuk ke soket bohlam, tapi kemudian kembali tersusul, lalu no brand. LED itu dalam 3 tahun bisa dibuat di home industry. Semua pabrik di Indonesia tutup, jauh lebih murah beli di China, dicap di Indonesia, lalu dijual. Kemudian kita mengalami ke depan, people talk to machine, machine talk to people," imbuh dia.
Dengan penuh semangat, sambil sesekali bergerak lincah di kursi rodanya, Handry kemudian memberikan gambaran soal konsep anak buah yang tak lagi relevan diterapkan di perusahaan-perusahaan. Menurutnya, saat ini adalah komunikasi dan bagaimana memberikan masukan satu sama lain dalam satu tim.
"Tapi masalahnya kita enggak bakat jadi pemimpin. Dapat instruksi dan mengerjakan. Itu konsep anak buah harusnya udah enggak ada lagi. Saya suka bercanda kan bahasa Inggrisnya enggak ada itu anak buah masa fruit child. Itu kita bawa turun-temurun tapi saat itu it works karena pergerakan bisnis slow. Sekarang kan semua serba cepat," ujar pria berusia 49 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Karyawan kumparan yang mengikuti kelas ini begitu antusias. Dalam sesi tanya jawab, tak kurang dari lima orang mengemukakan pendapat dan bertanya kepada Handry.
Di akhir kelas, CEO kumparan Hugo Diba memberikan kaos kumparan untuk Handry Satriago.
CEO kumparan Hugo Diba (kiri) dan  CEO GE Handry Satriago (kanan). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
CEO kumparan Hugo Diba (kiri) dan CEO GE Handry Satriago (kanan). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)