Maraknya Keturunan Asia di Vancouver, Salah Satunya Warga Indonesia

2 Agustus 2018 6:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
China Town di Vancouver, Kanada (Foto: Daniel Chrisendo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
China Town di Vancouver, Kanada (Foto: Daniel Chrisendo/kumparan)
ADVERTISEMENT
Vancouver yang terletak di pantai barat Kanada adalah salah satu kota yang paling beragam di dunia. Bagaimana tidak? Dari total populasi yang kurang dari 600 ribu orang, 59.6% dari total penduduknya berasal dari kelompok minoritas. Hal ini membuat Vancouver disebut sebagai kota “Terasia” di luar Asia. Kota berikutnya adalah Toronto memiliki 35% orang Asia, San Francisco memiliki 33%, Calgary memiliki 23%, London memiliki 21%, dan Sydney memiliki 19%.
ADVERTISEMENT
Sementara kelompok mayoritas yang berasal dari Eropa, khususnya Inggris mengisi 46.1% dari total populasi Vancouver dan 2.4% merupakan kelompok aborigin. Keberagaman ini juga dapat dilihat melalui bahasa yang digunakan. Bahasa Inggris dan Bahasa Prancis adalah bahasa resmi di Kanada. Namun di Vancouver, sekitar 52% dari penduduknya berbicara bahasa lain selain Inggris dan Prancis sebagai bahasa pertamanya. Kebanyakan dari mereka adalah bahasa-bahasa Asia.
Mengapa banyak orang Asia di Vacouver? Kanada yang memang secara umum adalah negara yang toleran terhadap perbedaan dapat melihat peran penting dari imigran yang datang ke Kanada. Kelompok imigran Asia yang paling banyak adalah China (28.3%) yang sudah mulai datang pada tahun 1850-an. Mereka datang untuk bekerja di tambang emas dan kemudian dipekerjakan untuk membangun jalur kereta api Pasifik Kanada. Jalur ini menghubungkan British Columbia yang saat itu agak terisolasi dengan kota-kota lain di bagian timur Kanada.
ADVERTISEMENT
Perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja saat itu sangat senang mempekerjakan imigran China karena mereka suka bekerja keras dengan bayaran yang rendah. Hal ini membuat keturunan Inggris cemburu dan mulai mendiskriminasikan orang China pada saat itu. Namun sekarang diskriminasi bukanlah masalah lagi.
Bendera Kanada (Foto: Daniel Chrisendo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Kanada (Foto: Daniel Chrisendo/kumparan)
Kelompok minoritas lainnya yang cukup terlihat adalah keturunan India dan Filipina, masing-masing mencapai 6% dari total populasi. Sementara mereka yang memiliki keturunan Jepang dan Korea berjumlah 1.7% dan 1.5% dari total populasi. Alasan kedatangan merekapun macam-macam mulai dari alasan sekolah sampai bekerja. Namun semuanya sama-sama berkontribusi terhadap pembangunan Kanada.
Keturunan Indonesia sendiri mencapai 3.150 jiwa di Vancouver atau sekitar 0.15% dan lebih dari 21.000 jiwa di seluruh Kanada. Kedatangan bangsa Indonesia pertama kali ke Kanada tercatat setelah perang dunia kedua atau setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebanyakan dari mereka yang bermigrasi ke Kanada adalah orang Indo, atau mereka yang lahir dari pasangan campuran Eropa dan Indonesia. Mereka datang karena tantangan rasial yang mereka alami setelah Indonesia merdeka. Mereka tidak terima di Indonesia, namun juga tidak diterima di Belanda.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pada akhir tahun 1960an dan awal tahun 1970an, warga Indonesia keturunan China mulai datang ke Kanada, juga karena diskriminasi yang mereka alami di Indonesia setelah pembantaian besar-besaran kelompok PKI. Akhirnya setelah tahun 1998, ketika sentimen terhadap keturunan China semakin meningkat di Indonesia, migrasi ke Kanada dengan jumlah yang cukup signifikan pun terjadi lagi. Kanada menjadi tujuan migrasi karena kestabilan politik di negara tersebut dan sikap Kanada yang mendukung hak asasi manusia dan kebebasan beragama.
Saat ini, 80% warga Indonesia yang tinggal di Kanada adalah mereka yang keturunan China. Kebanyakan dari mereka beragama Kristen, dan 10% dari mereka adalah Muslim. Dua organisasi pertama yang mengayomi masyarakat Indonesia adalah the Indonesian-Canadian Association dan the Canadian-Association Society.
ADVERTISEMENT