Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Melihat Ragam Balancing Art di Dunia dan Trik-triknya
4 Februari 2018 16:17 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu Rock Balancing menjadi kesenian yang populer. Dikutip dari Garden Design , Rock Balancing sudah menjadi kesenian yang diakui secara internasional.
"Balancing Art awalnya disebut stone balancing atau rock balancing. Di Italia disebut Equilibrio. Di Jepang disebut Ishihana. Sementara, di Eropa banyak disebut Cairn dan Rock Stacking. Ada juga yang menamainya Inuksuk dan di Belanda disebut Stein," sebut Suryadi, pendiri Balancing Art Indonesia kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (4/2).
Di Indonesia, Balancing Art Indonesia menjadi komunitas yang kerap melakukan penyusunan batu-batu. Batu dari segala ukuran disusun dengan seimbang dan menghasilkan panorama yang menakjubkan.
Tak hanya batu, kadang benda-benda lain, seperti koin juga kerap kali disusun oleh komunitas yang bermarkas di Yogyakarta ini.
ADVERTISEMENT
Kemudian untuk tingkat dunia, banyak masyarakat atau seniman yang menggemari kesenian ini. Salah satunya adalah Kokei Mikuni, seniman asal Jepang.
Dalam beberapa video dan foto, Mikuni berhasil mengubah batu-batu dari bentuk yang beragam menjadi sebuah karya seni yang indah.
Dikutip dari Nextshark, Mikuni butuh beberapa tahun untuk mampu menyusun bebatuan itu. Setiap harinya ia menghabiskan beberapa jam untuk mengasah tingkat kefokusan dan konsentrasinya.
Di akun Instagramnya,@rocksportrait, Mikuni sudah diikuti oleh 140 ribu pengikut. Para pengikutnya kagum dengan kreasi tangan Mikuni. "Kamu sangat luar biasa," ungkap seorang pengguna Instagram @saba___parsa.
Ragam batuan, gaya dan trik-triknya
Selain Mikuni, ada juga seniman Rock Balancing yang terkenal, yaitu Michel Grab. Sejak tahun 2008, ia menekuni kerajinan menyusun batuan dari alam, khususnya yang terdapat di sungai-sungai.
ADVERTISEMENT
Grab sendiri dalam beberapa karyanya menyebut ada beberapa tipe batu di setiap lokasi yang pernah ia kunjungi, antara lain granit dan batu pasir berwarna di Boulder Creek; batu kapur di Ottawa; bebatuan bulat di Portonova, Italia; dan batu berbentuk gelembung di Cattolica, Italia, yang sebenarnya lebih keras sehingga lebih dimanfaatkan untuk penyeimbang.
"Mereka juga utamanya terdapat warna oranye di batu. Hal itu terlihat indah karena kontras dengan warna langit yang biru," tulis Grab.
Setelah mengenal ragam batu, gaya dari Rock Balancing sendiri ada bermacam-macam. Menurut Suryadi, gaya-gaya tersebut adalah sebuah hierarki yang memiliki jenis kesulitan bertingkat. Di antara gaya tersebut antara lain:
1. Stacking, inuksuk, cairn.
2. Bridge
ADVERTISEMENT
3. Counter balance
4. Tic tac toe
5. Combination
6. Tornado
7. Stone flower
8. Jedi.
Untuk membuat batu-batu dapat tersusun dengan indah, Grab memberikan sediki cara untuk mewujudkannya.
"Unsur paling mendasar untuk menyeimbangkan fisik media adalah menemukan semacam 'tripod' untuk batu bisa berdiri. Setiap batu ditutupi oleh berbagai lekukan kecil atau besar yang bisa berfungsi sebagai tripod untuk batu berdiri tegak dengan baik," sebut Grab.
Langkah selanjutnya adalah menemukan titik nol, atau ketenangan di dalam diri pembuat. Menurut Grab, Rock Balancing bisa berkembang menjadi jenis meditasi yoga baru.