Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Lantunan selawat terus menggema ketika peti Edi Chandra Purnama (Pupung Sadili, 54) dan Adi Pradana (Dana, 23) didekatkan ke liang lahat. Satu per satu jenazah dikeluarkan dan langsung dikebumikan.
ADVERTISEMENT
Jumat (30/8) pukul 16.00 WIB, suasana pemakaman di Taman Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut Jakarta diiringi tangis. Isak keluarga tak terbendung, air mata terus diseka saat jenazah Pupung dan Dana dimakamkan di satu liang yang sama.
"Pupung, tuh, orangnya sangat baik, bisa lihat di sini yang hadir. Teman-temannya banyak, teman SD, SMP, SMA, dan semuanya. Orangnya sangat naif, tidak tahu dunia, kadang-kadang kita nilai. Enggak mengerti tipu-tipu dunia seperti apa," ujar Asoka Wardana mengenang mendiang adiknya.
"Kemudian Dana, anak yang pintar. Banyak [temannya] yang datang ke sini juga."
Pupung dan Dana merupakan ayah dan anak korban pembunuhan yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri, Aulia Kesuma (45). Aulia nekat membunuh suami dan anak tirinya karena terjerat utang bank mencapai Rp 10 miliar.
ADVERTISEMENT
"Rp 10 miliar [total utang], Rp 7 miliar di [Bank] Danamon, Rp 2,5 miliar di [Bank] BRI dan Rp 500 juta di kartu kredit,” ucap Kapolres Sukabumi, AKBP Nasriadi, dalam keterangannya, Rabu (28/8).
Siasat Aulia adalah meracuni keduanya dengan menyewa empat pembunuh bayaran (Sugeng, Agus, Alva, dan Rodi). Setelah Pupung dan Dana tewas di rumahnya sendiri, yakni di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, jenazah keduanya langsung dibawa ke dalam mobil dan dilarikan ke sebuah daerah di Sukabumi.
Andil anak kandungnya, Geovanni Kelvin (25), adalah membakar jenazah ayah dan saudara tirinya dengan maksud menghilangkan jejak. Kelvin kini dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) karena ikut tersambar api saat melancarkan aksinya.
ADVERTISEMENT
Ini semua berawal dari permintaan Aulia agar rumah mereka dijual, namun Pupung tak menggubris lantaran Dana tak menyepakatinya. Sementara pengembangan lainnya, Aulia dan Pupung sama-sama memiliki utang dan sepakat menjual rumah, namun, seiring berjalannya waktu, pembagian keuntungan dari penjualan rumah itu menjadi masalah. Polisi masih terus menyelidiki.
"Jadi masalahnya sengketa pembagian penjualan rumah," ujar Kapolda Jabar, Irjen Pol Rudy Sufahriadi.
Bahkan sebelum meracuni suami dan anak tirinya, Aulia merencanakan alternatif santet sebulan sebelum pembunuhan terjadi. Aulia sempat berkonsultasi kepada paranormal.
"Jadi Aulia pernah curhat dengan ibu itu (asisten rumah tangga) untuk menggunakan paranormal," kata Nasriadi.
"Konsultasi ke paranormal agar bisa meluluhkan suaminya agar bisa menjual rumah, tapi enggak berhasil. Kemudian ke paranormal agar disantet dan sebagainya, tapi enggak berhasil," ungkap Nasriadi.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya, Aulia menggunakan cara terakhir agar keinginannya terpenuhi. Senin, 22 Agustus, Aulia mengumpulkan keempat pembunuh bayaran bersama Kelvin di sebuah apartemen di Kalibata, Jakarta Selatan, untuk mendiskusikan rencana menghabisi nyawa keluarganya sendiri. Keesokan harinya, para pembunuh yang dijanjikan bayaran Rp 500 juta itu mulai melancarkan aksinya.
Tak hanya pembunuh, Aulia juga penipu
Asoka berkali-kali menegaskan Pupung tak pernah menyakiti Aulia hingga membuat perempuan itu tega membunuh Pupung. Asoka menjamin tak ada tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di dalam hubungan Pupung dan Aulia.
Asoka menyebut Aulia sempat berbohong berbagai hal kepadanya dan keluarga Pupung. Saat pertama kali bertemu dengannya, kata Asoka, Aulia tak mengakui Kelvin sebagai anaknya, melainkan keponakannya.
ADVERTISEMENT
"Perkara umur yang Pupung ditipu, pelaku, tuh, umur sebenarnya berapa? Anaknya sekarang, si Kelvin, enggak diakui [sebagai anak], [tapi] sebagai keponakannya pada saat pertama kali ketemu dengan saya. Banyak hal lain yang perlu saya luruskan," jelasa Asoka.
"Jadi mungkin nanti pada kesempatan lain saya akan meluruskan apa yang diakui oleh pelaku, dalam hal ini antara lain soal KDRT, tidak pernah dilakukan oleh almarhum," kata dia.
Saat diperiksa polisi, Aulia sempat memberi penjelasan yang berbelit-belit terkait status Kelvin. Awalnya, ia mengaku Kelvin adalah keponakannya karena perbedaan usia yang hanya terpaut 10 tahun.
Dalam KTP, disebutkan Aulia kelahiran 1984. Setelah dipaksa mengaku, Aulia akhirnya berterus terang ia lahir pada 1974, dan mengakui Kelvin adalah anak dari suaminya terdahulu. Dengan demikian, usia Aulia adalah 45 tahun, bukan 35 tahun.
ADVERTISEMENT
Saat ini, keempat tersangka: Aulia, Kelvin, dan dua eksekutor, Agus dan Sahid, terancam hukuman mati atas jeratan pembunuhan berencana. Polisi telah memeriksa sejumlah saksi, dan sedang memburu dua eksekutor lainnya.
"Pasalnya 340 KUHP," kata Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya, AKBP Jerry Siagian.